All Chapters of Guardians of Shan: Chapter 21 - Chapter 30
198 Chapters
Naga dari Kikiro – 7
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵ Sesuatu menangkap tubuhku.  Aku membuka mata. Rupanya aku digendong seorang wanita berambut biru. Dia lalu menurunkanku. “Nenek!” seru Aoi. “Maaf, Lian.” Aku menatap wanita yang ternyata nenek dari Aoi. Wajahnya tidak menunjukkan kalau dirinya sudah tua, justru sebaliknya. “Te ... Terima kasih.” Aku menunduk. “Aku terlalu bersemangat.” Wanita itu mengelus rambutku. “Lain kali, hati-hati.” Hayya terpaku menatapku. Kulihat dia baru saja turun tanpa hambatan.  Aku yang heran memanggil namanya. “Hayya?” Gadis itu malah lenyap seketika itu juga. Dia bahkan tidak menjerit atau mengeluarkan suara selain langkah kakinya yang sayup-sayup menyatu dengan udara. Aku berbalik dan hanya ada kami bertiga di hutan ini. “Ada apa?” Wanita itu menatap sekeliling. “Mungkin Pengalih-Rupa,” ujarnya. “Kalian bermain terlalu jauh, sebaiknya menginap di rumah kami.” Aku menatap s
Read more
Naga dari Kikiro – 8
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵“Itukah?”“Itu mereka!”Kami disambut dengan kerumunan begitu tiba di Desa Embi. Mereka berdiri depan rumah masing-masing seolah menunggu sedari tadi. Aku menunduk, takut akan tatapan tajam itu.“Itu Oruko-san!” Ada yang berseru.Takeshi terus melangkah dalam wujud naga. "Mana rubah itu?"Hayya yang menyahut. "Sudah mati."“Kamu tidak melindunginya, he?” sahut seseorang. “Kamu ini penyihir! Gunakan sihirmu!”Hayya diam saja. Aku turut merasa tidak enak. Tidak mampu membalas ucapan mereka. Bibir Hayya gemetar sambil menggenggam erat rambut Takeshi.“Sudah,” ujar Takeshi. “Kyoki berhasil kubunuh, kita aman untuk sementara.”“Kamu terluka parah,” sanggah seseorang. “Apa anak itu belum juga tahu masa lalunya? Dia bahkan nyaris membunuhmu untuk kedua kalinya–”&ld
Read more
Naga dari Kikiro – 9
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Aku paham mengapa meragukan tindakan kami tadi. Mengapa tidak? Tanaman indah yang menghiasi kuil kini harus hancur lebur akibat tanganku. Yang tersisa hanyalah semak belukar yang acak-acakan. "Itu ... Aku terburu-buru." Aku menunduk. Takeshi menghela napas. "Tidak apa-apa." Ia memang tidak marah, tapi aku masih merasa bersalah.Aku menunduk, membiarkannya menatap tanaman malang itu. Telingaku siap mendengar omelan dan hinaan.Takeshi mendehem, "Kita perlu ke Aibarab besok.""Untuk apa?""Selain membeli bunga baru, juga berdagang," jelas Takeshi. "Lagipula, Mariam ingin aku menemuinya di sana."Atau dia yang ingin menemuinya? Aku tahu, ia juga ingin menemui Count Wynter yang juga kakak tirinya, Pangeran Zayd. Kuharap aku akan bertemu Mariam di sana."Lanjutkan tidur kalian," ujar Takeshi. "Besok kita ke sana."***"Ayo, Lian!" Hayya menarik tanganku yang masih
Read more
Naga dari Kikiro – 10
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Hening seketika.Mata kuning Safir terus menatapku, membuatku bimbang. Aku salah tanya? Dia tahu siapa aku? Kalaupun tahu, apa ruginya bagiku? Lagipula, urusannya dengan Mariam sudah selesai sejak dia dibebaskan, bukan?Idris menepuk bahuku. "Ah, Kaira, kau harus bersabar menunggunya pulang."Aku nyaris lupa untuk menyamar. Namun, tampaknya dia tidak keberatan jika aku bertanya. Bukankah Mariam atau Hiwaga sosok terkenal di Aibarab? Sama halnya dengan Idris?"Sosok yang dimaksudnya bernama Hiwaga," ujar Idris. "Dia seorang Pemburu Sihir seperti Oruko Takeshi dari Kikiro.""Pemburu Sihir?" Safir memastikan. "Terakhir kulihat dia kabur bersama gadis berambut hijau dari sini. Nisma binti Wynter mengejar mereka dengan pasukan mayat hidup.""Lalu?" Idris kembali bertanya. "Kamu menolongnya?"Safir mengangkat sebelah alis. "Kaukira aku ini apa? Dia nyaris membunuhku dulu, kami tidak memiliki hubungan spesial.
Read more
Naga dari Kikiro – 11
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵   Aku mengenakan gaun hijau muda, rambutku disanggul dengan jepit turquoise berbentuk bunga melati. Aku dan kedua saudariku sengaja didandan mirip atas perintah Idris. Hayya mengenakan gaun biru muda sementara Azya berwarna putih dengan bando. Azya tidak mampu mengendalikan telinganya yang terus bergerak saking antusiasnya. Aku jadi ingat pesan Idris sebelum kami bersiap-siap. "Kamu cukup tersenyum dan menyambut tamu," ujar Idris. "Dan ingat, jika orang bertanya siapa kamu, jawablah ..." "Kaira binti Idris," balasku. "Binti itu artinya 'putri dari,' 'kan?" Idris mengangguk. "Bagus. Kamu hanya perlu duduk dan menyapa. Jangan mengobrol terlalu lama." "Iya, Tuan." Idris tersenyum. "Untuk di sini, kamu perlu memanggilku dengan peny
Read more
Naga dari Kikiro – 12
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Aneh.Aku masih saja hidup.Terhirup bau busuk sekelilingku. Aku rupanya berada di perut ular tadi. Kenapa tidak hancur? Seharusnya aku sudah menyatu dengan darah dan akan keluar lagi dalam bentuk hina."Halo?"Suaraku menggema. Tidak ada yang membalas.Sekitarku gelap gulita. Aku hanya bisa melihat kegelapan dan meraba sambil merangkak. Dapat kurasakan perut kenyal ular itu bergesekan dengan tanah.Aku teringat sosok berambut putih beberapa saat sebelum ditelan hidup-hidup.Itu Mariam.Jelas Mariam.Rambut putih melambai di udara, kedua tangannya memegang sesuatu yang panjang seperti pedang, pakaiannya kini tampak baru dengan rok panjang. Tidak kusangka, kali ini dia memilih bertarung dengan rok alih-alih celana seperti sebelumnya."Halo?"Suaraku menggema. Kuharap ada yang membalas."Siapa di situ?!" Suara seorang gadis menyahut. Aku tidak mengenalnya."Aku Kai
Read more
Penyihir Hijau – 1
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵ Aku didudukkan pada sebuah kursi empuk dekat singgasana kosong. Entah siapa yang menyuruh, aku disuruh duduk dan diam menunggu. Meski keadaan luar tampak genting, entah kenapa suasana di dalam istana tampak begitu tenang dan keributan hanya terjadi di luar. Seakan ancaman tersebut bukan apa-apanya. Aku tatap sekeliling. Istana ini didominasi warna keemasan, lengkap dengan ratna mutu manikam menghias lantai dan perabotan. Tidak tanggung, beberapa pedang yang tersusun di belakang singgasana sebelah kiriku tertata rapi dan bersinar berkat sejumlah batu mulia itu. Di antara pedang yang dijaja, ada di antaranya cukup menarik perhatianku. Sebuah pedang patah yang di bawahnya tertulis, "Hadiah dari Satria Sanjaya Purnama Tirta kepada Raja Safar al-Khidir" yang diukir dari lapisan emas pula. Kenapa pedang ini patah? Apa ini melambangkan hubungan raja itu kepada si pemberi? Di sebelah kanan singgasana raja itu, ada singg
Read more
Penyihir Hijau – 2
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵«Zahra ~ Zabuz »Beberapa hari berlalu dengan sama, seorang abdi menceritakan tentang kedatangan pria itu lagi. Sosok yang senantiasa datang ke negeriku tanpa diundang maupun diizinkan. Alasannya selalu sama, menjemput rakyatnya yang tersesat di negeri Jin ini. Namun, ada pula karena alasan lain, yang menurut kami tidak masuk akal."Bagaimana bisa?" heran Umi. "Bukannya seluruh gerbang tertutup?"Abdi itu terdiam sejenak, suaranya memelan sekaligus gemetar. "Ia masuk lewat ... Celah di jendela rakyat.""Apa?!" Umi lantas menegakkan posisi duduk. "Di mana dia sekarang?""Kami mengejarnya," jawab abdi itu. "Ia ke sini untuk jemput rakyat Aibarab."Sebenarnya, kalau bukan rakyat Aibarab yang tersesat di sini, beberapa jin iseng kadang "mengajak" masuk lalu mengurung mereka. Biasanya untuk bersenang-senang atau tumbal, korban dari serangan jarak jauh–permainan klasik di Zabuz, berburu mangsa tanpa
Read more
Penyihir Hijau – 3
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Selama Putri Zahra bertutur, aku habiskan malam dengan makanan beserta penutupnya. Belum pernah aku nikmati makan sebanyak ini.Zahra kembali bercerita.***Pada suatu malam, Khidir menjenguk ke kamar Zahra. Ia mengajak gadis itu mengobrol sebentar. Tepat di paviliun ini. Mereka menatap bulan purnama yang bersinar terang di tanah Aibarab. Baru kali ini Zahra melihat langit malam jernih bertabur bintang."Indah, bukan?" tanya Khidir.Zahra menatapnya lalu mengiakan. Indah nian baginya.Khidir menarik napas. "Kamu kesepian?"Zahra paham kalau pria ini merasa terlalu jauh darinya, padahal mereka bisa bertemu setiap malam sementara pagi hingga petang Khidir akan berdiam diri di tempatnya. Meski ia sesekali minta kedatangan Zahra untuk menambah aura, entah apa itu. "Tidak." Zahra menjawab dengan sangat pelan, masih ada jarak antara mereka.Khidir lalu duduk dan minum. Sesekali
Read more
Penyihir Hijau – 4
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Idris menepuk bahuku. "Ayo, kita pulang."Khidir menatap kami. "Ini giliranku, kalian istirahatlah."Apa maksudnya?Mariam lekas-lekas mengenggam tanganku. "Aku pengasuhnya sekarang. Tugas kalian sudah selesai, terima kasih."Dia lalu menarikku menjauh. Membiarkan Idris menatap kami dengan heran.Padahal dulu Mariam yang tampak keberatan dan bicara seakan tidak sabar menyerahkanku pada para pria ini. Idris tampak menyusul. Masih dengan wibawa para bangsawan demi menjaga martabat, meski Mariam jelas tengah menusuknya di depan seorang raja."Mariam," ucap Idris. "Kamu tidak ingin beristirahat di rumahku barang sebentar?""Kamu punya?" balas Mariam."Rumahku di Aibarab ada tiga," ujar Idris. "Silakan mau pilih yang mana."Mariam hanya menjawab. "Carikan yang paling jauh darimu.""Kalian ini." Kini Khidir yang mendekat sambil berkacak pinggang. "Tidak perlu repot-repot, aku
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status