All Chapters of Suamiku Mencintai Wanita Lain: Chapter 51 - Chapter 60
70 Chapters
51
"Apakah hanya itu yang kau pikirkan setiap hari? Kau memikirkan bagaimana perasaanku padamu, Shelin? Tidak adakah yang lebih penting untuk kau renungkan?""Bagaimana menurutmu? Aku kan lebih banyak di rumah. Hidupku akan lebih berwarrna jika kau mencintaiku, Abizhar.""Jangan berharap banyak dariku.""Apa yang dimiliki perempuan itu sampai kau tidak bisa berhenti mencintainya?"Jika kau bertanya lagi hal yang sama aku akan jawab tidak ada, Shelina, pikir Abizhar sambil mengemudikan mobilnya ke Panti. Ya Tuhan, semoga sepulangnya dari Panti, aku masih diberi kesempatan untuk bertemu Shelina lagi. Semoga dia tidak menutup pintu rumahnya rapat-rapat.Bayangan Shelina menangis tak bisa pergi dari pikirannya. Mengapa aku terlambat mencintaimu, Shelina, keluh Abizhar. Baru kusadari betapa aku mencintaimu setelah sekian lama aku bersamamu. Dadaku nyeri ketika melihatmu menangis dan lemah seperti tadi.Di sisi lain Abizhar tidak bisa mengesampingkan Yuni. Dia harus melihat keadaan perempuan i
Read more
52
Sebenarnya aku ingin memberitahu perihal anak yang dikandung Shelina waktu itu, pikir Yuni. Tapi mengapa lidahku sekarang tercekat? Setelah yang dilakukan Shelina padaku-menolong nyawaku-aku tidak sampai hati merusak namanya."Shelina tidak bersalah," kata Yuni mengejutkan Abizhar. "Akulah yang mengancamnya. Aku yang membuatnya marah padaku hingga tragedi di tol itu terjadi.""Apa maksudmu?" tanya Abizhar terbelalak. "Jadi Shelina bukan ingin membunuhmu? Itu yang ingin kau katakan?"Bayangan kecelakaan itu masih jelas di pikiran Yuni. Saat dia keluar dari mobil setelah mobilnya rusak, matanya menatap mata Shelina yang bersimbah darah. Dia melihat Shelina tidak sadarkan diri lebih dulu baru dirinya.Mata itu. Cara Shelina menatapnya membuat Yuni bertanya-tanya. Tidak ada kelicikan di sana. Sorotan mata itu lebih terkesan pilu seakan ada penyesalan di sana. Penyesalan yang tak pernah Yuni lihat dari mata Shelina.Yuni mengangguk bersalah. "Betul. Pertengkaran itu dipicu olehku yang meng
Read more
53
Shelina berhasil menusuk hati Abizhar dengan kalimatnya. Pria itu terlihat jengah diingatkan soal dirinya yang yatim-piatu. Entah mengapa, Shelina merasa hatinya ikut nyeri saat mengatakannya, namun dia tak punya pilihan. Dia harus bersikap sangat kasar agar Abizhar berhenti menekannya.Pria itu harus menyerah. Pria itu harus bisa melepaskannya. Setiap menatap wajah pria itu Shelina terus teringat oleh dosa besarnya dan itu menimbulkan sesak yang tidak bisa dijelaskan pada siapa pun."Jadi itu artiku bagimu, Shelina," lirih Abizhar sambil mengangguk-angguk. Rahangnya mengeras. "Tidak ada yang salah lahir tanpa orangtua, Shelina. Tidak semua orang beruntung sepertimu. Shelina, aku tahu perempuan yang kejam, tapi tak kusangka kau benar-benar tidak punya hati!""Bukankah kau selama ini menilaiku begitu?" jawab Shelina tenang. "Inilah aku, Abizhar. Aku hanya melihatmu dari ketampananmu, dan setelah aku bosan, aku tidak punya alasan lagi untuk mempertahankanmu.""Kau ingin aku pergi. Oke!"
Read more
54
"Aku pergi! Ingat kata-kataku. Aku tidak akan kembali padamu sekali pun kau bersujud di kakiku!" Kalimat itu terngiang-ngiang terus di telinga Shelina. Dia beberapa kali mengecek ponselnya dan tak ada pesan sama sekali dari Abizhar. Ya apa yang aku harapkan, pikir Shelina sendu. Setelah aku menjatuhkan harga dirinya tidak mungkin dia bertekad untuk mendekatiku lagi.Mata Shelina membelo saat dia masuk ke ruang kerjanya. Roland tengah memilah-milah beberapa dokumen yang harus ditandatangani Shelina. Shelina pikir Roland takkan menunjukkan batang hidungnya secepat itu, tapi mengingat waktu cuti Roland sudah habis untuk mengurus Yuni, memang sudah seharusnya Roland kembali ke kantor.Shelina berdeham, menegur Roland, "Mengapa kau sibuk di sini? Bukankah kau misuh untuk urusan pernikahanmu?""Pernikahanku? Dengan siapa?" sahut Roland acuh tak acuh. Matanya masih terfokus pada apa yang dikerjakannya."Memangnya kau tidak tahu Yuni memilihmu dan ingin menikah denganmu?" jawab Shelina bingun
Read more
55
"Kau. Kaulah anak Lila yang sebenarnya. Dan yang pasti kau juga anak Papa.""Aku?" tanya Shelina menggeleng-geleng tak percaya. "Aku anak Mama Lila? Aku anak kandung perempuan kejam itu?!""Ya," sahut Pak Edward tenang. Sama sekali tak ada rasa bersalah telah membohongi anaknya sekian lama. "Ibu yang kau kenal sebagai ibu kandungmu yang meminta Papa untuk membawamu ke rumah.""Sayang, apa kau masih sedih karena anak kita tidak selamat?" tanya Pak Edward merujuk pada bayi mereka yang terlilit tali pusar hingga meninggal dalam kandungan. "Apa yang bisa kulakukan untuk menghiburmu?"Istrinya menatap nanar ke arahnya. "Aku dengar Lila juga melahirkan. Di mana bayi itu sekarang? Apa Ariadi menerima anak itu?""Apa maksud pertanyaanmu?""Jangan sampai anak itu dibuang. Dan kau sebagai ayah dari bayi itu seharusnya yang menjaga anak itu, bukan suami Lila!""Lalu apa?""Cari anak itu! Kita besarkan anak itu sama-sama!""Kau... Kau mau merawat anak hasil perbuatan haramku dengan perempuan lain
Read more
56
Bu Lila ingin diantarkan ke Panti Asuhan saja, di mana dia bisa dekat dan mengurus Yuni. Hal itu akhirnya memicu Abizhar untuk bertanya mengapa ibunya bisa sepeduli itu pada Yuni.Sebelum Bu Lila turun dari mobilnya, Abizhar menahan ibunya. "Jawab saja pertanyaan saya, Ma. Apakah Yuni anak kandung Mama? Sejak hari pertama Mama mengangkatku sebagai anak, Mama selalu membahas Yuni, menanyakan hal-hal apa yang Yuni suka. Mama jugalah yang ingin saya berpacaran dengan Yuni.""Abizhar, bukankah kau mencintai Yuni?""Dulu, sekarang tidak," jawab Abizhar tegas.Bu Lila menghela napas kecewa. "Kau pasti marah tahu kebenarannya.""Saya hanya ingin Mama jujur.""Ya, Yuni anak kandung Mama dengan pria lain," sahut Bu Lila lirih. Dia memandang anaknya dengan sekelebat penyesalan. "Kau tak perlu tahu siapa pria itu. Pria itu juga tak tahu soal Yuni. Maafkan Mama, Abi. Mama takut hari ini terjadi, di mana ayahmu mengusir kita..""Dan terkait Shelina," potong Abizhar tidak peduli dengan kesedihan Bu
Read more
57
Abizhar tidak menunda apapun dalam pekerjaannya. Tak ada sedetik pun dia berada di ruang kerjanya. Dia datang ke beberapa lokasi proyek untuk meninjau dan pada sorenya dia menemui calon investor yang potensial bagi salah satu proyek lainnya. Sampai pada akhirnya dia kembali ke kantor, dan membiarkan rasa sepi dan penyesalan itu merambati hatinya.Dia bertanya pada sekretarisnya apakah Pak Komisaris (baca: ayahnya) atau asisten Pak Komisaris datang membawa kabar. Hanya soal waktu dia disuruh angkat kaki dari perusahaan oleh ayahnya. Memang hari itu dia belum dengar tentang pemecatannya, tapi dia sudah menyiapkan diri untuk pergi.Abizhar duduk di kursi kebesarannya. Disandarkannya punggungnya. Apa yang salah, pikirnya termenung. Dari mana asal-muasal kekacauan ini? Dari aku yang dulu mencintai Yuni? Dari aku meninggalkan Yuni dan memilih Shelina demi jabatan dan tanah? Dari aku yang membiarkan dua wanita yang mencintaiku bertengkar hingga kecelakaan itu terjadi? Dari aku yang tidak bisa
Read more
58
Sopirnya memberitahu bahwa barang-barang Shelina sudah dibawa ke rumah dekat kantor. Mulai malam ini dia tidak akan kembali ke rumahnya dengan Abizhar. Entah mau diapakan rumah itu, tapi yang jelas dia tidak bisa lagi melanjutkan hidup dengan hal-hal yang mengingatkannya pada Abizhar.Shelina turun di depan lobi rumah Pak Ariadi. Dia menghela napas, menguatkan dirinya. Semua akan baik-baik saja, dia mengingatkan dirinya. Ya kau pasti akan kena marah, mungkin juga lebih buruk sebab kau telah mengkhianati Abizhar. Kau tidak punya pilihan untuk menghindar dari masalahmu, Shelin, kecuali kau ingin Abizhar ikut menderita denganmu.Dengan kesiapan dalam dirinya, dia menemui ayah mertuanya yang duduk di ruang tamu. Mata Pak Ariadi menatap tajam Shelina, membuatnya sempat ragu untuk mengaku."Kau. Papa dengar kau sempat dirawat bahkan lupa ingatan," kata Pak Ariadi setelah mempersilakan Shelina duduk. "Bagaimana kabarmu, Shelina? Sudah pulih?""Sudah, Pa. Papa tidak usah khawatir, jiwa raga s
Read more
59
Shelina segera dibawa ke rumah sakit oleh sopirnya beserta dua anak buah Pak Ariadi. Pak Ariadi memerintahkan mereka untuk mengawasi Shelina. Saat pertama kali dia kenal Shelina, dia tahu bahwa Shelina perempuan yang berani dan percaya diri. Orang yang seperti itu tidak mungkin menyerah begitu saja. Bisa saja dia sakit keras atau alasan lain hingga dia melepaskan suami yang selama ini dikekapnya.Pak Ariadi kembali duduk seorang diri, kemudian menelepon Abizhar untuk pulang. Semua kekacauan yang terjadi pada keluarganya bukan sesuatu yang tiba-tiba. Dia yang sakit menyebabkannya tidak bisa mengendalikan istrinya yang degil.Sambil menunggu Abizhar diteleponnya Edward. Diberitahunya perihal kedatangan Shelina padanya. Edward rupanya marah padanya. "Jangan telepon aku lagi, eh? Aku sudah menyuruh anakku untuk bercerai dari anakmu! Karena kau tak becus jaga istri, anakku dituduh hal yang tidak dilakukannya!""Anakmu tetap ingin ada kerjasama di antara kita.""Kerjasama bisnis? Bah! Kau b
Read more
60
Sebelum ke kantor Roland menemui Yuni di Panti dengan sebuket bunga mawar putih di tangannya. Bu Lila mendengus melihatnya di dekat pintu kamar Yuni yang terbuka. Dia hampir saja membentak Roland agar pergi dari hadapannya, tapi mengingat kesepakatannya dengan Shelina, dia mengalah. Dia membiarkan Roland masuk.Yuni yang baru saja selesai disuapi bubur ayam oleh Bu Lila, tersenyum. Bu Lila memperhatikan hal itu. Jadi dia memang betul tidak menginginkan Abizhar lagi, pikirnya sedih. Bagaimana bisa? Ah, sudahlah, memikirkan masalah anak-anak hanya membuat kepalaku mumet!Roland menaruh buket itu di meja samping dekat tempat tidur Yuni. "Bagaimana dengan keadaanmu, Yuni?""Aku sudah sehat, cukup sehat untuk melihatmu," jawab Yuni cepat. "Roland, ada yang ingin aku katakan. Aku ingin menjadi..""Aku setuju. Mari menikah."Bu Lila yang melihat itu menghela napasnya dengan jengkel. Dilihatnya dua anak muda di hadapannya yang saling menukar senyum. Rasanya jika bukan karena keadaan Yuni yang
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status