Home / Romansa / FATAMORGANA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of FATAMORGANA: Chapter 41 - Chapter 50

81 Chapters

Bab 41.Semua Brengsek

Aku segera menjauhkan diriku darinya. Kupunguti pakaianku satu persatu dan kupakai kembali. Kesadaranku sudah sempurna. Saat ini wajahku sangat merona antara malu dan tak tahu diri. Sedan wajah itu menggelap melihat pemberontakanku berhasil. "Tolong keluar dari rumahku," ucapku dingin dengan wajah datar. Kembali wajah Keyko menggelap sorot matanya yang tajam membuatku jengah. Langkah panjangku menuju arah pintu dan membukanya lebar-lebar adalah isyarat yang kuat aku mengharapkan kepergiannya dariku. Bukannya tidak tahu, pria itu hanya bergeming melihat tubuhku berdiri dan membuka pintu dengan lebar-lebar. Sepersekian menit belum ada pergerakan darinya, aku mulai kehilangan kesabaran. "Aku bilang pergilah dari rumahku!" Nada suaraku mulai tinggi. Seolah siap menggema di setiap sudut rumahku yang cukup sederhana itu. "Tidak seharusnya dan tidak sepantasnya Anda ada di rumah jalang seperti saya." Keterkejutan mutlak itu terpancar jelas da
Read more

Bab 42. Sebuah Harga Diri

Aku berlari masuk ke dalam. Tiba-tiba rasa takut itu menjelma. Sepagi ini siapa yang akan merampok rumahku? Buluku meremang seketika. Sesampainya di dalam langsung ku tutup pintu rumahku. Baru saja aku mau masuk kamar, Bukk! Gelap. Beberapa saat kemudian aku menggeliatkan badanku. Eh! Apa-apaan ini? Kok aku diikat? Terus ini! Ini kenapa? Kok aku diikat, mataku dituttup kain. "Buka tutup matanya!" Perintah itu terdengar dari bibir seorang perempuan yang aku tafsir sudah berkisar 50 tahunan. Dan ada beberapa orang yang tiba-tiba mendekatiku. Mereka membuka penutup mataku. Seketika aku melihat pemandangan yang tidak mengenakan sama sekali. Pandanganku terbentur pada seorang wanita yang masih sangat cantik dan anggun meskipun sudah menjelang setengah abad. Jujur aku tak mengenal sama sekali perempuan itu. Dengan gesture tangannya yang ramping perempuan itu memberi isyarat kepada anak buahnya untuk meninggalkan ruangan. Aku
Read more

Bab 43. Harga Diri Yang Terhina

"Daiva!" Panggilan itu kuabaikan. Aku terus berjalan tanpa menoleh ke belakang lagi. Harga diriku di mata orang-orang itu sudah benar-benar hancur. Gerahamku menggeretak manakala teringat aku menjual harga diriku pada Keyko. Dasar brengsek! Rasanya aku ingin membunuhnya. Mencabiknya dan menikamnya sampai dia bisa bilang kata maaf buatku. "Daiva!" Mataku mengerjab liar manakala kulihat Damian sudah mencengkram tanganku dengan kuat. Aku meringis menahan sakit tapi tak kutunjukkan bahwa aku kesakitan. "Jangan begini! Ayo kita diskusikan, sebenarnya ada apa?" tanyanya sarkas membuatku sedikit menciut. Tapi tetap aku bersikap tenang. Seolah aku ini kuat seperti robot. "Nggak ada apa-ap, Pak. Maaf, saya harus pergi. Bapak juga mau kerjakan?" ucapku kagi dan melepaskan diri dari cengkramannya. "Akh!" Decahnya kesal dan menguatkan tangannya pada tubuhku yang lain. Kali ini pinggangku disambarnya. "Jangan begini, Pak!" Aku meronta dan mencoba u
Read more

Bab 44.Tentang Hati

"Maksud kamu apa, Damian?" Suara itu menggema membuat seluruh pelayan yang bekerja di rumah Damian berhenti beraktivitas. Mamanya mendiang Zahra benar-benar tidak mengizinkan pria itu untuk mencari kehidupan yang baru. "Maaf, Ma. Aku rasa nggak perlu ada yang di besar-besarkan. Sikap Mama yang seperti ini akan membuat Zahra di sana tersiksa." Baru saja wanita itu akan melayangkan pukulannya, namun tanganku sudah teburu menangkap tangan wanita itu. "Maaf, Tante kalau saya ikut campur. Tapi sepertinya Tante terlebih dahulu bercermin siapa diri Tante. Yang seharusnya Tante itu hanya mendiang mertua tapi Tante masih meminta finansial pada duda yang tak seharusnya menanggung ekonomi Tantekan? Jadi saya mohon berhenti memperlakukan Damian seperti ini." Plak! Plak! Tangan wanita itu berpindah ke pipiku. Tapi mataku berkilat marah menatap wanita yang sudah bersikap seperti iblis itu. Tamparannya seperti ranjau dan bom waktu untukku. Membuatku
Read more

Bab 45. Berperang Melawan Hati

Lagi-lagi aku kalah dengan hatiku sendiri. Mulutku boleh berkata tidak tapi tubuhku tidak demikkan. Setiap sinyal tangan yang diberikan Damian padaku, tubuhku langsung merespon. Dan yang lebih memalukan, aku akan lebih agresif menanggapi setiap sentuhannya. Setelah erangan terakhir cercapan lidah dari Sang Duda aku terkulai di dadanya. Kecupan-kecupan yang sudah tak terhitung itu terus mendarat di bibirku, kalau aku berani sedikit saja bergerak meninggalkannya. Tubuhku terkunci oleh tangan kokohnya hingga dering telpon berbunyi. "Nggak usah diangkat! Aku sudah tahu siapa yang nelpon." Hah! Ini orang, lama-lama posesifnya mematikan. Ya sudahlah!  Mulai kupejamkan mata mengikuti deru napasnya yang panas. Membuatku akhirnya menatap wajah lelah itu. Wajah yang beberapa menit yang lalu memberikan kepuasan untukku. "Apa semua ini belum cukup buatmu, Iva?" tanyanya sambil mengecup bibirku lagi. Meredamnya dalam tautan gairah dan birahi.
Read more

Bab 46. Dipersimpangan

Aku terkesiap melihat tangaan penuh darah itu. Pecahan kaca cermin di mana-mana. Rasanya aku mual melihatnya. Kepalaku menjadi pusing. Mata Keyko menatapku tajam seperti menatap wanita jalang. Dan itu sangat nyeri sekali kurasakan. Tatapannya begitu menvonis aku seperti wanita murahan. Itu membuatku limbung dan hampir jatuh. Dengan cepat Damian meraih tubuh kecilku yang masih terbungkus kain selimut. Merengkuhku dan menguatkan pelukanya yang semakin membuat Keyko meradang dengan keras. Rahangnya yang begitu kukuh terlihat dengan gurat dan garis lurus yang semakin tega. Aku meringis dalam hati menyadari ada tatapan menjijikan di netra coklatnya. Kuhela napas dalam-dalam untuk menetralisir perasaanku. "Daiva, apa tidak bisa kamu nggak terlihat menjijikan," desisnya setengah bertanya padaku membuat dadaku semakin tertusuk. Oh Tuhan! Sebegitu murahannya aku di matanya hingga dia harus bicaran blak-blakan seperti itu. Sebegitu jijikah dia m
Read more

Bab 47. Mengundurkan Diri

Kuhempaskan tubuhku di atas pembaringanku. Rasanya masih begitu jelas peristiwa yang terjadi hari ini. Dari aku bertengkar dengan Keyko. Hingga aku memutuskan untuk meninggalkan rumahnya tanpa pamit. Dan bahkan sampai detik ini pun tak ada pergerakan sedikit pun dari duda itu untuk mengejarku atau menemuiku. Hingga di jalan tanpa sengaja tadi bertemu dengan Claudia yang sepertinya sengaja ingin bertemu denganku hanya untuk memberi kabar bahwa dia akan menikah dengan Keyko. Dug! Rasanya dadaku seperti ditimpuk benda yang sangat keras. Sakit. Bahkan aku tak bisa membayangkan rasa sakitnya. "Aku akan menikah dengan Keyko. Tapi aku mohon kamu tinggalkan Damian. Setidaknya itu yang mampu aku lakukan untuk mengembalikan martabatnya. Tidak mungkin Damian akan menggantikan Zahra dengan wanita panggilan sepertimu." Jlebbbb ...! Ternyata ini lebih sakit daripada aku mendengar pernikahannya dengan Keyko. Alih-alih ingin menyelamatkan harga diri D
Read more

Bab 48. Mendadak Brutal

Baru saja aku nyampe rumah, terdengar decitan mobil begitu dasyat. Aku buru-buru menolehkan wajahku ke luar. Ya ampun kok kok duda itu sudah ada aja di halaman rumahku? Padahal aku baru banget sampe. Itu orang bawa mobil seperti setan kali. Dengan cepat dan buru-buru aku tutup pintu. Belum juga sampe tanganku mengunci pintu, dati luar sudah ada dorongan kuat membuatku tersungkur jatuh ke belakang. Bukkk! Aouw! Aku meringis sambil menahan sakit. Tapi rupanya wajah pria yang tak lain Damian itu lebih sangar dan megalahkan kesakitanku kini berganti dengan ketakutan. Aku berusaha berdiri, namun belum juga aku hampir berdiri, ketika tubuh sosok itu semakin mendekatiku dengan gerakan cepat. Aku beringsut menarik tubuhku semakin ke belakang dengan terseok seperti suster ngesot. Kemarahan Damian kali ini tidak wajar. Wajahnya garang dengan tatapan tajam bak srigala kelaparan. Jalannya sudah seperti dewa perang mau menebas leher lawannya. Jujur aku let
Read more

Bab 49. Panik

"Eh! Kamu Damian?!" teriakku kaget melihat siapa yang sudah tergeletak di lantai depan pintu rumahku dengan kondisi tubuh menggigil dan demam tinggi. "Damian! Damian! Ya Tuhan, apa yang terjadi?" suaraku benar-benar panik. Waktu sudah tengah malam. Di mana ada rumah sakit terdekat? Dengan susah payah aku mensrik dan mengangkat tubuh duda tampan itu ke kamarku dan membaringkannya di sana. Dengan cepat aku aku mengompresnya agar demanya yang hampir 40 derajat itu yurun. Malam kian metambat pagi. Aku agak tersentak mana kala merasakan sentuhan halus di rambutku. Sedikit meremasnya lalu menyisirnya dengan tangannya. Dan aku sangat paham siapa yang melakukan itu. Damian sudah tersenyum lembut ketika aku mendongakkan kepalaku ke atas. "Maaf kalau aku metepotjanmu. Maaf juga atas kejadian kemarin. Aku khilaf dan terbawa emosi." Aku hanya bergeming ketika dia mengucapkan kata-katanya itu. Lalu aku bangkit seraya menyingkap tirai jendela kamar.
Read more

Bab 50. Mimpi Buruk

"Eh, kamu! Gadis yang tadi____ Aku mengangguk sambil terrsenyum. "Iya, Nek. Saya Daiva. Yang ketemu Nenek tadi. Kirain Nenek mau kemana? Ternyata ke rumah___ Aku sengaja menggantung kata-kataku setelah melihat Si Nenek dan di sebelahnya ada  pria yang teramat  aku kenal. "Iva! Kamu kenal Nenek?" tanya Damian sambil mendekatiku lalu membimbingku untuk di sampingnya. Sebelum akhirnya aku menjawab pertanyaan Damian dengan anggukan. "Kamu apanya Damian?" tanya Nenek itu sambil menatapku dengan seksama. "Sa-saya, asisten pribadinya Damian, Nek," jawabku sambil menunduk. Entah kenapa mata orang tua itu seakan tajam menghujam ke ulu hatiku. "Oh, Nenek baru tahu kalau Damian sekarang punya asisten pribadi. Oh ya, Daiva. Apa kamu juga sudah kenal dengan cucu Nenek yang ini?"  Aku menatap orang yang duduk di sebelah Nenek dengan tatapan dingin. Lantas beralih ke wajah orang tua itu. "Kenal, Nek," jawabku sambil ter
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status