Semua Bab Benci Berbuah Cinta: Bab 151 - Bab 160
179 Bab
151
Mendapatkan teguran dari bos. Supir itu memasang wajah masa bodoh."Aku tidak ingin kehilangan uang, jadi kalian tahu akibatnya. Karena aku tidak pernah main-main dalam hal seperti ini," ucap supir yang mengeluarkan kalimat mengancam kepada ketiga rekannya.Bos preman masih berdecak kesal atas ancaman supir yang terkesan memojokkan dirinya sejak tadi untuk menikmati betapa sempinya liang wanit barusan yang sudah ia setubuhi secara paksa untuk pertama kalinya.Selesai membereskan semuanya, bos preman turun duluan dari dalam mobil. Ia berjalan ke arah gudang kosong di tempat itu menjadi tempat transaksi akan terjadi."Mana jalang itu," seru William Randolph dengan suara baritonnya.Sadar pelanggan di depannya sedang marah karena terlambat sampai lokasi. Bos preman itu segera memberikan aba-aba kepada rekannya untuk menyeret Bella Saphira keluar dari dalam mobil.Bella Saphira yang di seret keluar secara paksa. Ia menunjukkan wajah ketakutan ketika melihat William Randolph di hadapannya
Baca selengkapnya
152
"hmmmpp hmmmpp hmmmpp," jerit Bella Saphira berulang kali dengan suara yang tidak bisa keluar. Merasa permainan ini kurang seru, William Randolph melepaskan tali yang mengikat tangan Bella Saphira. Lalu mencabut lakban hitam itu secara kasar. Plakk Bella Saphira yang sudah kesal bukan main. Ia melayangkan satu tamparan kuat ke arah wajah William Randolph untuk melampiaskan kekesalan di dalam hatinya. "Bajingan kau," seru Bella Saphira dengan suara nyaring. William Randolph menyentuh wajahnya yang mati rasa akibat kuatnya tamparan dari Bella Saphira. Kemudian menunjukkan tatapan kemarahan. "Aku tidak sudih menjadi jalang untuk mu, apa yang telah kamu lakukan sudah aku ketahui semuanya. Kau pria pengecut yang hanya bisa mengandalkan kekuatan orang lain," lanjut Bella Saphira dengan kata-kata penuh makian kepada William Randolph yang kini berwajah hitam kelam. William Randolph yang kesal akan hinaan Bella Saphira, ia mengangkat tubuh Bella Saphira keluar dari dalam gudang kosong.
Baca selengkapnya
153
Ujung mata Adam Levine melirik ke arah Bella Saphira. Ia segera menutup AC di dalam mobil, karena melihat Bella Saphira kedinginan dan juga gemetaran sejak tadi."Baiklah," balas Adam Levine yang mengantarkan Bella Saphira ketempat tujuan.Sebelum keluar dari dalam mobil, Bella Saphira berulang kali minta maaf kepada Adam Levine yang sudah banyak membantu dirinya selama ini.Adam Levine tidak mengeluarkan suara apapun, selain tersenyum tipis yang ramah."Terima kasih atas bantuan mu hari ini," ucap Bella Saphira yang pamit dari hadapan Adam Levine.Adam Levine menatapi sosok Bella Saphira yang rapuh berjalan masuk ke dalam rumah yang di samping klub malam. Melihat Bella Saphira kembali dengan keandaan sehat dan utuh. Erick Stephen segera memeluk Bella Saphira dengan erat."Kemana saja kamu hari ini?" tanya Erick Stephen dengan nada kasih sayang.Bella Saphira membalas pelukan Erick Stephen, ia menutup kedua matanya yang terasa lelah dan berat."Aku pergi ke cafe terdekat untuk menena
Baca selengkapnya
154
Suara Shimon mengaketkan kedua kembar yang sedang bermain petak umpet sampai memberantakan barang di sekitarnya."Aku akan bereskan sekarang juga," ucap Lilica dengan bibir mencebiknya. Sedangkan kembaran satu segera merapikan semua barang di lantai tanpa berani mengeluarkan suara sedikitpun. Ia tidak mau membuat abangnya marah karena hal sepele."Sana pergi sekolah," lanjut Lilica yang mendorong Shimon keluar dari ruang tamu.Tubuh shimon tidak bergerak. Kedua matanya menatapi bocak perempuan yang mengemaskan itu. Bocak yang mendorong tubuhnya sampai berwajah merah."Sana pergi," lanjut bocak perempuan itu yang masih berjuang keras untuk mengusir shimon dari ruang tamu."Aku sudah rapikan semua barang di lantai," seru Leo dengan suara nyaring.Shimon semakin mempertajam tatapan kedua matanya. Kedua kembar yang beda gender seketika menyusut ke belakang kakek Erick Stephen untuk meminta pertolongan."Lain kali aku melihat lantai penuh mainan tidak di rapikan, aku buang semuanya ke temp
Baca selengkapnya
155
"Jika bukan anda yang menolong aku di saat itu, Shimon pasti jadi yatim piatu dan bisa-bisa lebih di jual ke peradangan anak oleh mereka karena kesalahan aku. Aku hanya ingin Shimon hidup dengan tenang," ucap Adam Levine yang pamit dari hadapan Erick Stephen.Erick Stephen mengusap dagunya dengan sebelah alis mata naik. Ia tahu Shimon sudah mendengar semuanya sejak tadi."Tidak perlu bersembunyi, ayo keluar!" ucap Erick Stephen yang sudah tahu Shimon mengumping pembicaraan mereka berdua."Seperti biasa istingmu sangat kuat pak tua," cibir Shimon yang kesal dengan Erick Stephen yang selalu bisa tahu keberadaan dirinya yang setiap kali mencuri dengar pembicaraan."Itu karena kau tidak bisa menyembunyikan hawa di tubuh mu," balas Erick Stephen terkekeh renyah. Ia adalah mantan pembunuh profesional. Sehingga hal seperti ini merupakan makanan sehari-hari untuknya.Shimon berdecak kesal, tidak pernah satu kali pun ia menang melawan Erick Stephen."Aku tidak ingin kau terjun ke dunia seperti
Baca selengkapnya
156
"Mengapa kau tidak berdamai dengan masa lalu dan menjalani kehidupan sekarang?" ucap Ricky yang sengaja mengeluarkan pertanyaan bodoh untuk menyadarkan William Randolph.William Randolph mengusap wajahnya dengan kasar. Ingin sekali ia melakukan hal yang seperti di katakan oleh Ricky. Tapi perbuatan Adam Levine sungguh menimbulkan banyak permasalahan yang belum terselesaikan sampai sekarang. Sehingga ia ingin memberikan pelajaran kepada pria itu yang berani mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan Bella Saphira di depan Robert Randolph."Aku jadi kau, aku akan memilih untuk mengikuti kehidupan sekarang. Masa bodoh dengan masa lalu," lanjut Ricky dengan ucapannya.William Randolph terdiam sebentar, ia memikirkan apa yang di katakan oleh Ricky."Yang kau katakan memang benar," balas William Randolph yang merasa perkataan Ricky ada masuk akal kali ini. Ia harus mengakhiri semuanya dan memulai lembaran kehidupan baru.Mendapatkan keberadaan Adam Levine tidak akan m
Baca selengkapnya
157
Melihat Bella Saphira melamun dalam waktu yang cukup lama dengan tangan memegang boneka hello Kitty. Adam Levine mendekati Bella Saphira. "Kamu melamun lagi?" tanya Adam Levine dengan nada perhatian. Pertanyaan Adam Levine membuyarkan lamunan Bella. Ia melihat ke arah Adam Levine, kemudian menunjukkan boneka hello Kitty di tangan. "Menurut mu Lilica suka tidak dengan boneka ini?" dusta Bella yang menyembunyikan lamunan di balik pertanyaan. Kedua mata Adam Levine melihat boneka hello Kitty di tangan Bella, kemudian ia menahan tawa. "Jadi kau diam sejenak tadi dengan wajah bodoh karena memikirkan ini?" balas Adam Levine yang masih menahan tawanya. "Aku serius," seru Bella Saphira yang kesal melihat sikap Adam Levine yang suka bercanda "Aku rasa lebih baik memberikan boneka Barbie untuk Lilica daripada boneka ini," saran Adam Levine. Bella merasa apa yang di katakan oleh Adam Levine ada benarnya. Ia meletakkan boneka tersebut. Kemudian mengambil satu pasang boneka Barbie di rak ya
Baca selengkapnya
158
Di taman, Lilica memakan cake stoberi sembari berceloteh soal tekstur dan rasa yang tidak sesuai dengan penampilan.Sikap Lilica yang seperti itu sungguh membuat Leo pusing tujuh keliling.Sedangkan Erick Stephen hanya bisa ketawa. Ia memangku Lilica di atas pangkuan. Kemudian menatapi wajah lucu dan chubby Lilica yang terlihat tidak mirip dengan Bella maupun Leo."Kek coba di makan, aku yakin rasanya aneh dari yang lain. Biasanya tidak seperti ini," ucap Lilica yang menyuapi Erick Stephen untuk makan cake stoberi tersebut.Erick Stephen yang tidak suka makanan manis, ia hanya bisa pasrah kali ini demi kebahagiaan cucu."Lumayan enak," balas Erick Stephen yang asli tidak mengerti citra rasa sebuah cake. Sehingga asal menebak rasa cake yang Nia makan sekarang ini."Bukan lumayan lagi, tapi parah. Masa stoberi asam seperti ini," seru Lilica dengan kritikan soal rasa cake stoberi tersebut.Leo yang sudah habis kesabaran. Ia mulai melirik Lilica dengan tatapan tajam."Celoteh saja terus,
Baca selengkapnya
159
"Kemana anak itu," batin William Randolph yang gusar. Ia berlari sana sini untuk mencari keberadaan anak tersebut. Anak yang mirip dengan dirinya. "Kau di mana nak," gumam William Randolph dengan suara sedih. Ia sungguh menyesal akan tindakan bodohnya di masa lalu. Bayang-bayang wajah anak itu masih menghantui hati William Randolph sejak pertama kali ia melihat anak itu. William Randolph sangat yakin, anak tersebut adalah anaknya. *** Erick Stephen yang pulang ke rumah dengan mengendong Lilica yang sudah tidur lelap dan Leo yang terkantuk-kantuk. "Tahu pulang juga?" seru Bella dengan kedua tangan bersedekap di dada. Pasalnya saat ia pulang ke rumah tidak ada satupun orang di rumah. Erick Stephen memperlihatkan senyum tidak berdosa. "Aku ajak cucu menghadiri pesta teman lama," balas Erick Stephen yang menyerahkan Lilica ke arah Bella. Tapi keburu di sambut oleh Simon yang entah keluar dari mana. "Simon!?'' pekik Erick Stephen dan Bella secara bersamaan. "Daripada kalian berdua
Baca selengkapnya
160
Di depan kamar Robert Randolph yang merupakan kamar super VVIP. William Randolph mengedor-ngedor pintu secara kuat berulang kali.Robert Randolph yang hendak tidur, ia terpaksa meminta Anton Bachrul untuk membuka pintu untuk melihat apa maunya William Randolph yang tengah malam seperti orang gila.Anton Bachrul segera membuka pintu kamar atas perintah Robert Randolph. Belum sempat ia bertanya, tubuhnya sudah terpental jauh oleh dorongan William Randolph.William Randolph segera berlari masuk ke dalam kamar, kemudian meminta Anton Bachrul untuk membawa ayahnya ke arah kamarnya.Robert Randolph mengerutkan keningnya, tentu saja ia tidak mau kemana-mana lagi malam ini."Aku punya sesuatu untuk kamu lihat Dad," seru William Randolph yang terlihat panik, gusar dan segala perasaan bercampur aduk di dalam hati."Tidak mau, aku mau tidur," tolak Robert Randolph yang tidak ada niat untuk pergi keluar dari dalam kamar apapun yang terjadi.William Randolph tidak kehabisan akal, ia memilih memapa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status