All Chapters of Luxavar, Negeri di Dasar Samudera: Chapter 11 - Chapter 20
81 Chapters
Museum Paranis
Perjalanan mereka berakhir ketika yunish berhenti pada landasan di depan gerbang sebuah bangunan bundar yang terbingkai oleh pilar-pilar. Jalur masuk berada tak jauh dari halaman parkir tempat mereka mendarat. Potongan mozaik melapisi keseluruhan teras bangunan. Lampu sorot menerangi garis jalan yang mengantar mereka memasuki pintu utama Museum Paranis.Fibrela langsung mengarahkan langkah mereka memasuki pintu utama di tengah gedung tersebut. Tempat ini terbuka untuk umum selama seharian penuh. Tidak ada lagi pendatang yang masuk di jam-jam seperti ini. Waktu yang juga sangat tepat bagi mereka untuk mengunjungi tempat tersebut.Pada sisi dalam gedung, tergantung banyak lukisan-lukisan kuno yang mirip dengan di daratan. Hanya saja tidak ada satu lukisan pun yang pernah dilihat Nod. Tepat di tengah aula tadi terdapat sebuah kapal pesiar besar. Ada ukiran nama tulisan ‘FELIZ CARLOTA 1818’ di lambung kapal tersebut. Nod tidak bisa mengingat apa pun te
Read more
Biro Kependudukan
“Karena inikah kalian begitu membenci kami?” gumam Nod. Kurator Urvi muncul dari balik pintu yang berbeda. Nod sentak berdiri hendak menudingnya lagi dengan pertanyaan. “Apa yang kalian lakukan pada kami di Luxavar?” tandas Nod mulai berapi-api. Fibrela langsung menahannya. Tangannya menarik Nod agar tidak lebih lanjut mencecar Urvi. “Tuan Nod, saya tidak mengerti perkataan Anda.” Urvi beringsut dari tempatnya berdiri sambil mengernyit heran. “Berhentilah membohongiku. Aku tahu istriku ada di Luxavar. Aku melihat lukisan itu di depan sana. Di mana kalian menyembunyikannya?” Wajah Nod merah padam. Ruangan yang remang itu bahkan tak bisa menyembunyikan kemurkaannya. “Nod!” bentak Fibrela. “Hentikan semua ini!” Nod membungkam dan menoleh ke arah Fibrela. “Urvi tidak akan bisa menjawab pertanyaanmu. Dia hanya menunjukkan sejarah yang pernah dialami Luxavar padamu. Kau bisa tidak mempercayainya. Namun kami mengalami semua itu. Apaka
Read more
Kunjungan Teman lama
Nod tertegun. Likos masih belum menyadari keberadaannya di dalam ruang tersebut. Urvi membuat tempat ini tidak terlihat dari luar. “Urvi, kau harus memperbaiki aksesku. Entah mengapa aku jadi tidak bisa menggunakannya untuk masuk ke xefleku.” Likos berjalan tanpa melihat ke arah mereka. Dia sibuk mengutak-atik punggung tangannya dengan kesal. Nod ingat dengan jelas bentuk wajah Likos walau di daratan dia terlihat lebih berantakan lagi. Likos sudah berteman dengannya lebih dari dua puluh tahun dan mengenali wajahnya yang berkumis tebal itu bukan hal yang sulit. Urvi yang tadinya bersama Nod langsung keluar menengok permasalahan yang dikeluhkan Likos. Disusul oleh Nod yang masih terpegun dengan kedatangan manusia daratan di tempat asing ini. Otaknya berdesing cepat mencerna alasan-alasan yang mungkin akan dijelaskan Likos padanya. Ketika Likos melangkah dan mendapati Nod sudah berdiri tepat di hadapannya, Likos langsung mundur selangkah. “Nod? K
Read more
Rencana baru
Pagi cerah Nod disambut dengan tidak begitu baik. Seperti yang dikatakan Fibrela, burung nasar itu berkicau riang di depan jendela. Yang kalau bisa dibilang lebih mirip suara gonggongan. Likos sentak bangkit akibat teriakan burung raksasa itu. Paruhnya besar dengan sorotan mata seperti serigala. Sama sekali bukan burung nasar seperti yang dibayangkan Nod. “Hentikan!” pekik Likos. “Bagaimana burung keparat itu bisa begitu berisik?” Nod ikut memandang sekeliling ruangan heran. Beginikah cara para Atlic ini bangun? Benar-benar cara yang barbar. Fibrela sudah berdiri dengan rapi tak jauh dari mereka. Tubuhnya terbalut kain dengan kilatan mutiara menyebar di sepanjang lengannya. Warnanya putih seperti yang biasa dipakainya. Nod masih sibuk menutup jendela yang sudah penuh liur burung nasar itu. Hewan itu belum mau menyingkir. Dia mematuki bingkai jendela hingga bagian luar jendela itu dipenuhi dengan guratan. Fibrela yang melihat kakacauan
Read more
Krustum
“Aku ingin menyampaikan beberapa hal mengenai jadwal kegiatan kita selama berada di Luxavar,” ucap Fibrela setelah mereka sampai di dalam sebuah gedung yang sepertinya sebuah rumah makan. Rumah makan yang mereka datangi bukan bangunan luas seperti bangunan lainnya. Tempat itu berbentuk seperti potongan dinding. Ada berlapis-lapis dinding dengan lingkaran-lingkaran yang melubangi dinding tersebut. Tempat duduk dan meja disusun memadai hingga enam orang. Untuk menuju ke tempat tersebut mereka bisa melalui tangga berjalan yang mengelilingi tiap tempat duduk yang ada di lapisan dinding tadi. Tulisan “Krustum” besar berpendar terang di bagian atas dindingnya. Setiap lapis dinding dapat dilewati melalui jembatan kaca yang berada di tengah-tengah bangunan tersebut. Fibrela membawa mereka menaiki ruangan paling atas dan tersudut dari rumah makan itu. Di tempat itu mereka bisa berdiskusi dengan lebih aman. Setelah memasukkan pesanannya melalui layar di meja, Fibrela l
Read more
Juracfa
Yunish memelesat cepat di antara lereng pegunungan dan desa-desa—meskipun tidak bisa disebut desa. Tidak ada sesuatu apa pun yang mencirikan desa di sana. Hanya kandang hewan saja. Tapi meski ciri perkotaan lebih mendominasi di Luxavar, tetap saja ada desanya. Sementara pegunungan yang dimaksud hanyalah deretan bukit-bukit. Tidak ada bukit yang benar-benar menjulang tinggi melebihi gunung tertinggi Luxavar tentu saja. Puncaknya pun hampir menyentuh selubung tertinggi Luxavar dan agak sempit di bagian atasnya. Mereka melaju lebih pelan saat melewati sabana dengan pepohonan yang memuncak nyaris menyentuh awan. Sebenarnya tampilan asli Juracfa itu sendiri hanya terdiri dari rimbunan hutan dan padang rumput. Lebih mirip dengan kawasan suaka alam. Tempat itu sengaja dilestarikan dan tak tersentuh oleh piruk pikuk perkotaan di Mercendia. Aliran sungai membelah kawasan perhutanan itu dari puncak gunung di bagian paling timur hingga ke barat. “Jadi temanmu yang kata
Read more
Femus
Sebenarnya Nod tidak berada jauh dari mereka. Saat terdengar teriakan Likos dan Fibrela, Nod malah ketakutan. Dia tetap berjalan mencari jalan keluar dengan meraba-raba. Tiba-tiba ujung jarinya menyentuh sesuatu. Bentuknya memanjang ke atas seperti pilar. Nod mengelilinginya. Permukaan pilar itu seperti akar pohon. Tangannya terhenti ketika menyentuh sebuah rongga. Mungkin ini jalan keluar, pikirnya. Ya, memang benar, karena terdapat rongga berselang-seling yang mengarah ke atas. Satu per satu tangan dan kakinya mulai menempati rongga itu. Nod merayap ke atas dengan meraba-raba mencari rongga-rongga untuk dipanjati. Beberapa menit kemudian Nod telah jauh dari ruangan gelap tadi. Sesuatu seperti kertas menggelitik lehernya. Nod baru menyadari bahwa itu adalah daun ketika perlahan-lahan cahaya redup dari kejauhan di atas sana meneranginya. Semakin ke atas keadaan semakin terang. Tidak salah lagi, pilar yang dinaikinya memang sebuah pohon. Setelah sampai di daha
Read more
Ekspedisi ke Luzav
Yunish meluncur di jalan besar yang menuju pusat kota. Fibrela baru mengutus Louie untuk membawakan yunish lagi untuk menjemput mereka. Matahari dengan corak keemasan sudah sejajar dengan barisan bukit di ufuk barat sana. Ada banyak benda-benda terbang dalam berbagai bentuk memenuhi langit Luxavar yang kosong. Ada yang menggunakan balon kaca, kereta, dan berbagai jenis pesawat terbang ciptaan Luxavar lainnya.“Antar aku kembali ke Urvi,” ujar Likos mengelus pipinya yang penuh dengan kotoran.Fibrela memelotot, dia membuka pintu yunish saat benda tersebut mendekati teras yang menjorok ke luar di lantai teratas bangunan dari Biro Kependudukan tersebut.Dengan dorongan yang cukup kuat, Fibrela menyingkirkan Likos dari tempat duduknya. Likos terempas ke lantai teras sambil mengumpat kesal.“Dasar bocah sialan!”Pintu yunish kembali tertutup membawa Nod dan Fibrela memelesat cepat dari bangunan silindris tersebut.
Read more
Alocasia Thibautania Pelintir
Likos muncul di hadapan Nod sebelum Nod bangkit dari tempat tidurnya. Ada baki besar yang sebagian sudah kosong.“Di mana Fibrela?” tanya Nod masih menjernihkan pikirannya dari keterlelapan.Louie berdiri tak jauh dari mereka. Likos sebal tidak bisa menyuruh rokern itu membuatkan dia sarapan. Alhasil dia membuat sendiri sarapannya dari bahan yang ada.“Bukankah dia pulang bersamamu?” tanya Likos balik. Mulutnya sibuk menggilas potongan daun kering yang terlihat seperti masih mentah itu.“Dia bilang ada pekerjaan di Balorop. Kupikir dia sudah pulang.” Nod ikut duduk di samping Likos, menyantap apa yang tengah dinikmati Likos.“Hei, buat sendiri makananmu.” Likos menepuk tangan Nod saat hendak mencomot ranting yang terlihat aneh itu.“Apa itu?” Nod menatap benda tadi heran.“Debu goreng,” jawab Likos asal.“Hah?!” teriak Nod kilat. Aliran darahnya
Read more
Kesepakatan dengan Gainkline
Fibrela muncul dengan kostum yang agak aneh. Dia memaparkan sekilas pada Nod tentang pakaian yang dikenakannya. Kain yang terlihat licin dan tebal itu memiliki keunggulan khusus untuk menangkal segala jenis partikel asing yang terkena di permukaannya. Potongan modelnya menutupi hampir keseluruhan tubuh Fibrela. Ada saku tersembunyi yang menempel pada bagian perutnya.“Kita ke Juracfa?” tanya Nod.“Bukankah kau yang menyarankanku kembali ke sana?” Fibrela melirik malas ke arah Nod.Pintu xefle terbuka dan Likos terlihat masih menanti mereka di luar.“Kalian mau ke mana?”“Ke Juracfa,” jawab Nod.“Jadi kau mau meminta maaf padanya?” Likos segera mengalungkan tangannya di leher Nod.“Aku harus membuat perhitungan dengannya,” kata Fibrela membenarkan ucapan Likos.“Kau tidak bisa pergi tanpaku, Nod.”“Kalau begitu, ayo ikut!” Nod
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status