All Chapters of Another Side of EARTH: Chapter 41 - Chapter 50
176 Chapters
Catatan Keempat puluh Satu : Sebaiknya Kita Pergi
Aku masih memikirkan kata-kata Kalhuaros. Malam ini sebenarnya adalah waktu yang tepat. Novan dan Dova sudah tertidur saat aku keluar rumah tadi. Hanya ada aku dan Serenada di tempat yang sama seperti dulu."Aku minta maaf kalau selama ini selalu jadi laki-laki yang kurang peka padamu, Serenada.""Huh! Akhirnya kau mau mengakuinya juga, Artemis.""Kenapa jawabanmu begitu, bisa lebih lembut sedikit nadanya?""Akhirnya kau mau mengakuinya juga, Artemis.""Kenapa sekarang jadi seperti ada slow motionnya begitu? Aku jijik!""Lalu aku harus bagaimana sih? Ini sudah asli dari dulu aku juga begitu!"Ya, sudahlah! Susah meminta Serenada agar dia bisa lebih lembut sedikit seperti perempuan lainnya. Eh, dia malah kesal sekarang. Kedua tangannya dilipat diatas dadanya."Terus maunya aku harus bagaimana sekarang?"Kata-kata Serenada yang satu ini membuat moodku jadi hilang untuk mengatakan hal itu. Rasanya kedua kakiku ingin melangkah pergi saja dari sini. Untungnya bisa aku tahan supaya tetap ber
Read more
Catatan Keempat puluh Dua : Selamat Tinggal Semuanya!
Novan sudah memutuskan dia tidak akan ikut. Kurasa dia sudah nyaman berada disini. Mungkin juga Vaxia menjadi alasan kuatnya untuk menetap disini selamanya. Robot pribadiku W115 tentu saja ikut kubawa. Dia penting untuk ditempatkan dalam bagian dapur. Rex dan Rou sudah pernah bilang tak akan mau ikut, karena ini adalah tanah kelahiran mereka. Bagaimana dengan Zandila?"Kurasa aku juga tidak bisa, Artemis! Janjiku seumur hidup akan menjaga Kalhuaros karena dia sudah berjasa mengobati ibuku dulu.""Tidak masalah, Zandila! Aku hanya menawarkan saja.""Berjanjilah padaku, Artemis! Jaga baik-baik Serenada, jangan sampai ayahku bisa mendapatkannya lagi!"Aku mengangguk dengan mantap padanya. Zandila menepuk pundakku untuk terakhir kalinya. Baru ia pergi meninggalkanku sambil melambaikan tangannya, entah dia mau kemana. Rex menghampiriku sebelum naik ke SKYLAR."Hei, Artemis! Mungkin kau belum tahu bahwa ada air yang rasanya asin dan itu berasal dari tempat bernama laut. Jika kau butuh air be
Read more
Catatan Keempat puluh Tiga : Sebuah Tempat Penuh Pasir
"Astaga! Tempat apa ini, Dova?""Menurut peta satelit inilah lokasi El Savannah. Tapi aku tidak lihat apapun disini. Hanya ada tempat kosong, sebentar aku cari tahu dulu. Ah, ini namanya padang pasir!""Jadi, semua yang ada disini adalah pasir?"Baru kali ini aku tahu di Bumi ada hamparan pasir luas. Tak pernah kupelajari sebelumnya didalam Dome. Kami bingung mau mengarah kemana karena semua yang ada disini rasanya sama saja!"Lihat, ada sesuatu didepan sana!"Aku mengarahkan SKYLAR agar terus melaju ke depan, tapi tak menemukan apapun. Rasanya kesal dengan Serenada yang sudah berkata begitu."Kau padahal baru saja makan, apa sekarang matamu butuh kacamata?""Aku melihat pantulan sesuatu, Artemis! Ayolah, mataku masih normal!""Sepertinya Artemis yang butuh makan dulu. Sudah, ambil saja makananmu tadi yang kau simpan.""Lalu kendalinya bagaimana?""SKYLAR, aktifkan kendali otomatis!""SISTEM KENDALI OTOMATIS DIAKTIFKAN!"Akhirnya bisa makan juga! Memang rasanya buatku kesal kalau belum
Read more
Catatan Keempat puluh Empat : Selamat Datang di El Savannah!
Aku tadi mendengar suara Serenada dan berhasil menghentikan gerakan tubuhku. Setelahnya semua menjadi gelap. Kini aku bisa mendengar suara lagi, tapi mataku masih samar digunakan untuk melihat. Apa aku pingsan lagi? Tapi sekarang ada dimana?"Artemis sudah sadar!"Dova, ya itu suaranya. Lalu kudengar lagi suara Serenada. Tapi mataku masih samar untuk melihat keduanya. Bentuk mereka aneh seperti meliuk-liuk tak jelas."Aku ada dimana, Dova?""Kau sedang ada di tempat seorang healer. Katanya dia bisa menangani tubuhmu dulu.""Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku....""Terjadi lagi, sepertinya setiap kekuatan itu mengambil alih kesadaranmu tubuhmu jadi kaku semua.""Hei, tenanglah semua! Tolong kalian keluar sebentar, aku akan menangani anak muda ini. Bagaimana kondisimu?""Mataku masih belum bisa melihat dengan jelas. Kau siapa?""Aku adalah healer disini yang akan membantu mengobatimu. Namaku adalah Shadi. Biar kualirkan energiku padamu."Tak paham apa yang dia lakukan, hanya membuat tan
Read more
Catatan Keempat puluh Lima : Centronum
"Emilia istriku! Aku pulaang...!""Kau bawa satu orang lagi, Suamiku?""Ya, dia masih teman dari dua orang tadi."Dova langsung melambaikan tangannya saat melihatku. Dia memasukkan sejenis makanan ringan ke dalam mulutnya, nampak pipinya menggembul. Serenada langsung memanggilku agar ikut bergabung bersamanya di meja makan. Dia juga sedang asik memilih dari sekian banyak makanan yang dihidangkan."Kau pasti lapar, Artemis! Makanlah dulu ya! Dua temanmu itu sudah makan duluan."Aku hanya membalasnya dengan anggukan dan langsung bergabung dengan mereka. Emilia, istri dari Abdullah itu menawarkanku hendak minum apa. Tentu saja apalagi kalau bukan kopi hitam. Emilia hanya tersenyum lembut dan kembali sibuk di dapur."Nah, kalian bertiga makanlah yang banyak ya!""Terima kasih!""Tapi, Abdullah apa ini tidak berlebihan?""Ah, tidak! Kami memiliki budaya untuk menyambut tamu dengan baik. Lagipula ini adalah bentuk permintaan maafku untuk kalian juga."Makanan yang disajikan begitu banyak sam
Read more
Catatan Keempat puluh Enam : Si Gila Anas
Abdullah menawarkanku apakah mau menghisap shisha? Ya, masih metode merokok juga menggunakan semacam pipa air dengan ruang asap, mangkuk, pipa dan selang. Ternyata metode ini sudah ada sejak lama dan terus dipertahankan oleh orang-orang di El Savannah hingga tahun 2050."Aku tidak merokok, Abdullah.""Oh, baiklah! Tidak masalah, Artemis. Sebenarnya aku masih penasaran dengan kekuatanmu yang luar biasa hebat itu."Sebenarnya aku agak malu disebut begitu. Bagaimana aku menjelaskan hal itu padanya. Padahal saat melawannya, aku dalam kondisi tak dapat mengendalikan badanku sendiri."Aku malah masih bersalah dengan temanmu yang sempat kulempar sampai menabrak dinding Dome itu.""Oh, Khamed maksudmu? Dia sama kuatnya denganku. Jangan selalu merasa seperti itu, Artemis. Khamed juga sudah membaik kondisinya.""Kekuatan itu juga baru kusadari ada dalam tubuhku. Rupanya itu juga dimiliki oleh ayahku.""Tunggu! Jadi, selama ini kau tak hidup dengan ayahmu si Alexander itu?"Hanya gelengan kepala
Read more
Catatan Keempat puluh Tujuh : Petunjuk Darinya
Abdullah tidak main-main kali ini. Ia terus menggandeng tanganku seperti anaknya sendiri yang takut kalau menghilang di pasar ini. Aku sebenarnya malah ingin tahu apakah orang itu sungguhan gila atau hanya orang-orang di El Savannah saja yang mengiranya begitu."Itu nama yang haram disebut disini!""Apa itu haram?""Eh, maksudku kau jangan coba menyebut nama itu lagi. Termasuk mendekati si gila Anas! Kecuali kau mau ikutan gila sepertinya.""Dia memang benar gila atau kalian yang mengiranya seperti itu?"Sejenak kami berdua berhenti, nampak Abdullah kesal sekali. Hanya dengusan kecil yang ditunjukkannya dan kami berjalan lagi pulang ke rumahnya. Astaga! Aku malah jadi penasaran kalau begini."Emilia sayaaang! Lihatlah! Aku membeli banyak di pasar hari ini.""Suamiku, apa kau lupa kalau ada bahan makanan yang sudah habis di lemari pendingin?""Aha! Tentu saja aku ingat, Emilia-ku!"Abdullah menunjukkan sekantong bahan yang dimaksud oleh Emilia. Istrinya itu hanya tersenyum dan mengambil
Read more
Catatan Keempat puluh Delapan : Cerita Tentang Nuuswantaara
"Berterimakasihlah pada Emilia istriku itu, Artemis! Aku tidak akan melakukan ini kalau bukan desakan darinya.""Ya, aku sudah mengucapkan terima kasih tadi dengannya."Abdullah hanya melirikku dan dia menekan bel didekat pintu rumah seseorang. Bel disini tidak memakai sensor dan masih menggunakan tombol biasa. Sebab menurut Abdullah tidak terlalu bagus, apalagi sensor sangat sensitif dan disini tempatnya sempit. Bisa jadi setiap orang lewat dan tak sengaja terkena sensor akan membuat bel-nya berbunyi."Ah, kau sudah datang rupanya! Masuklah dulu, Abdullah! oh, ya kau juga... siapa namamu?""Artemis.""Ya, masuklah dulu Artemis. Adikku sedang memandikan ayahku."Orang yang menyambutku tadi bernama Al. Dia memang selalu khas memakai penutup kepala bernama Sorban dengan bulu hewan yang indah diatasnya."Al dan El itu kembar. Kau bisa membedakannya dengan Sorban mereka. Al memakai Sorban dengan hiasan bulu diatasnya, sedangkan adiknya El sangat menyukai permata. Ia akan memakai Sorban den
Read more
Catatan Keempat puluh Sembilan : Malam Hari di Padang Pasir
Dalam perjalanan pulang, aku selalu melihat ke arah cincin batu Kecubung itu. Warna ungunya menghipnotis mataku, seolah ingin selalu kulihat."Kau percaya pada kata-katanya dan juga cincin itu, Artemis?"Aku hanya menghela napas panjang, lalu menatap ke arah Abdullah. Sebenarnya antara percaya dan tidak! Tapi siapa lagi yang bisa memberikan informasi tentang letak Nuuswantaara itu kalau bukan dari Anas."Bagaimana aku menjawab pertanyaanmu itu, Abdullah? Satu sisi aku membutuhkan informasi tentang tempat itu, sisanya aku harus membuktikan dulu baru percaya.""Hah! Kupikir kau orang yang mudah sekali percaya akan hal itu, Artemis!"Tangan Abdullah membuka pintu rumahnya sendiri, ia justru masuk belakangan dan mempersilahkan aku terlebih dahulu. Kami berdua sudah disambut oleh Emilia yang nampak lebih rapi penampilannya kali ini. Biasanya dia masih mengenakan apronnya dan sibuk melakukan sesuatu di dapur."Hei, kalian berdua sudah pulang? Baguslah! Aku butuh sesuatu lagi untuk membetulka
Read more
Catatan Kelima puluh : Para Penjarah dan Ghani
Hawa dingin mampu kulawan kali ini, hanya demi menyelematkan Dova. Rasanya sangat jauh untuk menuju ke markaa para penjarah itu. Sudah terasa bosan melihat hamparan pasir di tengah gelapnya malam ini. Hanya mengandalkan penerangan dari Jet Sky.Barulah semuanya berhenti dan sorot lampu mengarah pada satu batu besar. Seperti tebing batu yang pernah kulihat."Kau yakin tempatnya disini, Khamed?""Sangat yakin, Abdullah!""Bagaimana caranya kita masuk?"Memang nampak membingungkan, semuanya batu dan tak terlihat ada pintu masuknya. Abdullah mencoba berbagai cara dari mendorong, meninju dengan tangan siberkinetiknya, hingga menebaskan pedangnya. Namun sama sekali tak membuat batu dihadapan kami bergeser."Mungkin pintunya bukan ini, karena tak terlihat ada celah untuk membuatnya terbuka."Aku mencoba meraba dibagian depan batu ini. Memang nampaknya konyol, tapi aku yakin kalau ada pintunya pasti terdapat celah. Benar saja! Aku menemukan sedikit celah yang sangat rapi. Aku memanggil semuany
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status