All Chapters of Menantu Bungsu Nyonya Devardo: Chapter 11 - Chapter 20
65 Chapters
Chapter 11 - Kemarahan Fernando
Dengan perasaan bercampur aduk antara kesal dan cemas Isabell terus berusaha mengejar langkah panjang Fernando yang sedang berjalan menuju kamarnya. Isabell merutuki dirinya dalam hati, kenapa dia sangat bodoh sampai bisa masuk ke dalam perangkap yang telah Nyonya Devardo dan Pedra buat.Sekarang dia sangat kerakutan dan cemas jika Fernando tak mau mendengarkan penjelasannya. Fernando tampak sangat kecewa, itu yang dilihat Isabell pada wajah suaminya tadi.Tidak, ini tak boleh terjadi! Dia tak bisa membiarkan Fernando salah paham padanya. Dia harus menjelaskan semuanya, jika dirinya telah dijebak.Isabell tiba di kamarnya, dia melihat Fernando yang sedang berdiri menghadap jendela besar di sebelah kiri kamarnya. Pandangan pria itu tampak lurus ke depan dengan kedua tangannya yang masing-masing berada di saku celana kainnya.Jantung Isabell berdegup kencang. Fernando pasti sedang sangat marah padanya, pikirnya.Dengan tubuh gemetaran dan tangannya y
Read more
Chapter 12 - Pria Bajingan
Cuaca sore itu sangat cerah, angin sepoy-sepoy bertiupan di taman menerpa tangkai-tangkai Lily yang sedang bermekaran dan mengoyangkan dahan-dahan kecil Jacaranda yang sedang berbunga lebat.Benar, musim dingin telah berakhir dan musim semi telah tiba. Di Mexico City, khususnya, musim semi di tandai dengan berbunganya pohon-pohon Jacaranda yang mayoritas ditanam di sepanjang jalan-jalan utama di kota ini.Pada saat musim semi seperti sekarang ini, jalan-jalan protokol di Mexico City dipenuhi warna ungu, cantik sekali.Ketika melihat bunga-bunga Jacaranda bermekaran, mungkin yang terlintas di benak kita adalah musim bunga di Jepang yang dipenuhi dengan Sakura dimana-mana. Ya, sepintas Jacaranda memang mirip dengan Sakura.Nyonya Devardo dan Pedra sedang duduk di taman. Keduanya tampak sedang asik berbincang-bincang sembari menikmati udara sore ditemani dua gelas Tequila.Tequila adalah minuman yang berasal dari daerah Tequila, Guadalajara sebelah ba
Read more
Chapter 13 - Jangan Menyentuh Istriku
Berto membabi buta memaksa Isabell di atas ranjang. Hasratnya tak bisa menunda lagi, dia ingin segera merasakan Isabell yang selama ini terus menari-nari di angan-angannya.Isabell berusaha keras untuk berontak. Namun tenaganya sungguh tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Berto. Isabell mulai menangis, dia takut tak bisa mempertahankan milik Fernando."Lepaskan, Berto! Bajingan kau!" Isabell berusaha berontak sembari memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Dia tak ingin Berto sampai berhasil mendapatkan ciumannya."Diamlah, Isabell. Nikmati saja," tukas Berto berusaha meraih ciumannya sembari mencengkeram kedua tangan Isabell di atas kasur.Isabell menjerit-jerit, sedangkan Berto terus tertawa puas melihatnya. Pria itu bersiap untuk merasakan Isabell, namun tiba-tiba saja ada tangan kekar yang memegang bahunya dan menariknya dengan kasar.Berto terjengkang ke lantai, sepasang netranya terbelalak melihat siapa yang datang."Fernando
Read more
Chapter 14 - Rasa Sakit
Fernando masih enggan bicara, dia kecewa pada Ibu dan Kakak tirinya itu. Mereka tak bisa di andalkan untuk menjaga Isabell. Pria itu membasahi bibirnya sebelum berkata, "Aku tak mengusirmu, Bu. Tapi aku tak ingin melihat Berto lagi di rumah ini," jawab Fernando kemudian segera mengayunkan tungkainya menaiki anak tangga. Nyonya Devardo menoleh tegas pada Berto yang sedang berdiri di depan pintu. Pria itu melipat tangannya, memohon belas kasih padanya. Dia sangat ketakutan. "Dasar, bodoh! Tak berguna! Bedebah!" Nyonya Devardo segera menyerang Berto dengan memukulinya.Pedra pun demikian "Pria bodoh, dimana otakmu, Berto?!" kesal Pedra. "Sayang, maafkan aku. Aku tak tahan melihat Isabell dengan mini dresnya setiap hari. Sekarang aku harus kemana?" Berto tampak sangat memelas.Nyonya Devardo memalingkan wajahnya kesal. "Kau harus pergi dari sini, Bodoh!" Pedra mendorong bahu Berto dengan wajahnya yang tampak emosi. "Gara - ga
Read more
Chapter 15 - Berto diusir
Fernando berdiri membelakangi Pedra dan Berto. Kedua tangannya berada dalam saku celana kainnya. Sementara wajahnya menanggah pada langit-langit.Dadanya terasa sesak. Sebenarnya dia pun tak tega mengusir Pedra dari Devardo House. Namun perbuatan bejat Berto tak bisa dirinya maafkan begitu saja."Kak Pedra tetaplah di sini, namun aku tak mau lagi melihat pria itu," tukas Fernando. Perlahan ia memutar tubuhnya guna menoleh pada Pedra yang masih berdiri di belakangnya."Terima kasih, Fernando." Pedra melipat kedua tangannya dengan wajah menunduk. Punggungnya bergetar dengan tangisnya.Nyonya Devardo segera menghampiri Pedra, lantas merangkul bahu puterinya itu. Sementara Fernando segera meraih lengan Isabell. Dia menyeret istrinya itu meninggalkan ruang makan.Terhuyung-huyung langkah kecil Isabell mengikut langkah panjang Fernando. Ekor matanya melirik pada pria tinggi yang menggenggam jemarinya. Terlihat kesedihan dari pendar mata pria di sampingny
Read more
Chapter 16 - Bercinta Lagi
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Fernando tampak gelisah sembari berbaring di tengah ranjangnya. Sementara Isabell sudah tertidur pulas dalam pelukannya. Astaga, apakah dirinya sudah kejam karena mengusir Berto dari Devardo House? Pikirnya sembari memandangi langit-langit kamarnya.Benar, dirinya melihat Pedra tampak sangat bersedih saat mengantar Berto menuju apartemen. Apakah Pedra sudah kembali? Pikirnya lagi sembari agak menggerakkan tubuhnya perlahan. Dia takut makhluk indah yang sedang berada di dadanya itu sampai terjaga karenanya.Namun Isabell merasakan jika sang suami memang sedang dalam dilema. Dirinya mendengar detakkan jantung Fernando yang begitu deras. Pria itu sedang didera kegelisahan yang berat. Sepasang matanya mulai terbuka perlahan. Manik kebiruannya menatap wajah di hadapannya tanpa beranjak."Hubby, kenapa belum tidur?" tanyanya kemudian. Kali ini sembari mengangkat wajahnya dengan pandangan yang menggapai wajah tampan di hadapannya
Read more
Chapter 17 - Kejahatan Nyonya Devardo
Mobil BMW hitam melaju santai memasuki pintu gerbang Devardo House. Dua penjaga membungkuk hormat saat mobil itu melintasi mereka. Nyonya Devardo menyesap batang rokoknya. Dia mengusap wajahnya gelisah sembari duduk pada bangku belakang mobil tersebut.Sial! Benar-benar sial! Dia sudah kalah berjudi kasino malam ini. Dan lebih sialnya lagi, dirinya sudah menjadikan Isabell sebagai taruhan dalam permainan kasino tadi. Hh, sekarang bagaimana? Dia bisa mati kalau saja Fernando sampai mengetahui hal ini.'Anda sudah kalah, Nyonya. Besok bawalah Isabell padaku. Dia harus membayar kekalahanmu dengan tubuhnya.'Ucapan Fedelico terus terngiang-ngiang di telinganya.Gila! Ini benar-benar gila! Entah bagaimana caranya dia membawa Isabell pada bandar kasino itu.Oh, astaga, bagaimana ini? Untuk kesekian kalinya wanita tua itu mengusap wajahnya dengan mimik pusing."Kita sudah tiba, Nyonya. Silakan," ucap Louis, sopir sekaligus bodyguard Nyonya Devardo. Lou
Read more
Chapter 18 - Isabell Di culik
Pagi-pagi sekali Berta putuskan untuk pergi dari Devardo House. Air matanya tak henti mengalir dengan wajahnya yang tampak pucat. Persetan dengan apa pun. Kehormatannya sudah dirampas dengan paksa. Dirinya tak mau lagi berada di mansion mewah itu untuk kembali melihat Louis.Harusnya dia temui Fernando untuk mengatakan apa yang didengarnya semalam. Namun dia sudah kehilangan mood untuk itu. Kini Berta hanya ingin pergi sejauh-jauhnya dari Devardo House."Fernando, aku senang melihatmu dan Isabell sudah keluar dari kamar pagi-pagi begini," sambut Nyonya Devardo sembari tersenyum manis pada Fernando dan Isabell di ruang makan. Waktu menunjukkan pukul enam pagi, mereka akan memulai sarapan."Aku akan berangkat pagi-pagi ke kantor, karena ada meeting penting pagi ini." Fernando membalas senyum pada Nyonya Devardo.Dia lantas menoleh pada Pedra yang duduk berhadapan dengan Isabell. Kemudian ekor matanya melirik pada bangku kosong di samping kakak tirinya itu.
Read more
Chapter 19 - Berusaha Kabur
Mobil yang dikemudikan oleh Fedelico melaju dengan kecepatan tinggi menuju mansion-nya yang berada di pusat kota. Ekor matanya melirik pada wanita cantik di sampingnya.Isabell mengenakan dress selutut warna hitam. Fedelico menelan ludahnya melihat kedua paha putih wanita itu. Dia tak tahan ingin segera menjamahnya.Isabell menoleh pada pria bertubuh kekar di sampingnya. Siapa pria ini? Kenapa dia menculiknya? Apakah dia saingan bisnisnya Fernando? Semua pertanyaan itu memenuhi kepalanya saat ini.Sepasang matanya turun pada kedua tangan Fedelico yang dipenuhi gambar tato, lalu ke dagunya yang ditumbuhi bulu halus yang tipis. Wajahnya lumayan tampan. Sepertinya blasteran Spanyol-Inggris. Terlihat dari bola matanya yang biru terang dan kulitnya yang putih, pikirnya."Siapa kau sebenarnya? Untuk apa menculikku?!" tanya Isabell dengan tatapan tegas pada pria berkemeja hitam lengan pendek di sampingnya itu.Fedelico tidak menjawab. Bibirnya mengulas se
Read more
Chapter 20 - Tuduhan Keji Nyonya Devardo
Isabell segera berlari menghampiri Fernando. Dipeluknya kepala pria itu di dadanya. Isabell menangis. Sementara Fedelico sangat jengah melihat adegan itu. Dia segera menarik Isabell, lantas menyeret wanita itu menjauh dari Fernando. Isabell menjerit-jerit sembari berusaha berontak dari Fedelico."Lepaskan Nona Muda!" Noah segera memukul kepala Fedelico dengan sebuah balok kayu yang ditemukannya di tepi jalan.Balok kayu itu patah menjadi dua setelah menghantam kepala Fedelico. Namun pria itu hanya memegang belakang kepalanya, lantas menoleh ke belakang. Noah memasang kuda-kuda untuk menyerang Fedelico lagi."Brengsek!" Dengan gerakkan cepat Fedelico segera merebut potongan balok kayu yang sedang dipegang oleh Noah.Pria itu sampai tersentak dibuatnya. Kemudian dia menghantam wajah Noah dengan tinjunya. Seketika pria itu pun tersungkur ke tanah. Dan Fedelico kembali menyeret Isabell menuju mobilnya."Lepaskan aku! Fernando!" Isabell menangis sembari
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status