Все главы Om Duda vs Bujangan: Глава 41 - Глава 50
109
Berusaha Mengusir Rasa
“Irwansyah, sudah jangan lontarkan kata-kata itu lagi,” balas Arunika dan gadis itu pun beringsut mundur.Lantas beranjak keluar dari kamar inap pemuda tersebut.Arunika berdiri di koridor dan tubuhnya terasa hendak limbung. Lekas tangannya meraih tiang yang ada di depannya. Bulu mata lentiknya mengerjap-ngerjap seraya mengembuskan napas berat. Todongan pertanyaan yang diajukan oleh Irwansyah bak sebuah silet yang menguliti setiap inci kulitnya. Dia tidak mau menyakiti perasaan Irwansyah, maka lebih baik diam seribu bahasa.“Kenapa cinta ini membuatku tersiksa?” rutuknya berdengkus kesal sembari mendongak ke langit.Tiba-tiba tangan kekar itu menepuk pundak Arunika. Langsung Arunika menoleh dan terkejut melihat Irwansyah sudah berdiri di belakangnya.“Di dalam AC dingin sekali. Menyapa tubuhku. Namun, tidak dapat dinginkan panasnya hatiku ini.Terasa terhempasnya kelakianku inidengan sikapmu yang membuat segudang
Читайте больше
Kau Bukan Tercipta Untukku
Alunan piano berdenting merdu menggema seantero ruangan yang sudah dihias sedemikian rupa dominan warna mas dan putih. Pemilihan warna dari palet cerah melahirkan gaya pop dan edgy di panggung pelaminan nampak elegan.Dekorasi yang tidak terlalu ramai dengan pemilihan kursi yang sederhana, menonjolkan aura modern dan fresh pada seisi panggung itu. Para tamu undangan sudah banyak yang hadir.Rino berjalan di atas karpet merah sambil mendorong kursi roda Raffi. Tatapannya nanar melihat sepasang pengantin baru yang duduk saling berdampingan. Ini benar-benar di luar dugaannya, bahwasanya saat ini dia sedang datang ke pernikahan Irwansyah dan Arunika.“Jadi yang dimaksud oleh Pak Mahendra itu cucunya yaitu Irwansyah,” lirih Rino.Raffi mengulum senyum tipis dan dia meminta agar Rino membiarkan dirinya untuk menjalankan kursi roda sendiri. Selang sepuluh detik datang Mahendra mendekati Raffi dan Rino. Dia menyambut hangat kedatangan mereka.G
Читайте больше
Anak Siapa?
“Janganlah kau mencintaiku. Punya rasa rindu padaku. Karena kau takkan mampu. Untuk milikiku, jangan terbayangkan diriku. Selalu terlintas di matamu. Kau akan terbelenggu. Dalam bayang semu. Kau takkan bisa memutar waktu. Tak akan mampu,” balas Arunika langsung bernyanyi dan dia meraih mikrofon yang dipegang oleh Irwansyah.Rino menatap sendu manik mata Arunika dan dia mengulum senyum tipis. Suara tepuk tangan bergemuruh. Lantas Rino pun bergegas turun dari panggung dan berjalan tegak menuju tempat Gisel dan Raffi.“Ayo, kita pulang,” ajak Rino datar tanpa ekspresi sambil mendorong kursi roda Raffi, sedangkan Raffi tersenyum lebar bahagia sekali.“Kakek sudah tak sabar ingin melihat kalian bersanding di pelaminan,” ucap Raffi.Rino hanya berdeham dan dia tidak melirik ke arah Gisel yang sedari tadi melihatnya. Padahal kini sudah berada di tepat di samping.‘Lihat aku Mas Rino, apakah aku tak pantas kamu cin
Читайте больше
Pesan dari Pemuja Rahasia
Di sebuah kamar yang sudah dihias sedemikian rupa oleh bunga-bunga mawar putih layaknya kamar pengantin. Dua insan manusia itu duduk di pinggir kasur membisu tidak ada yang mau membuka pembicaraan hampir setengah jam.Baju pengantin pun sudah ditanggalkan dan mereka berdua sudah memakai baju piyama berwarna merah maroon.Arunika menundukkan wajahnya dan butiran-butiran air mata luruh terus-menerus berlomba-lomba keluar. Irwansyah melirik Arunika dan dia beringsut mendekati gadis itu.“Kenapa menangis terus? Ambumu berkata seperti itu karena dia memang wanita yang melahirkanmu,” ucap Irwansyah seraya menyeka air mata Arunika.“Jadi aku benar anak Ambu?” tukas Arunika.“Iya, buktinya tadi dia bilang seperti itu ‘kan. Bahwa kamu adalah anaknya. Jadi sudahlah jangan cengeng. Mana Arunika yang dulu?” protes Irwansyah.Andaikan berada di dalam posisi Arunika. Pasti akan bertanya-tanya dengan sikap Wulandar
Читайте больше
Istri Orang Lebih Menantang
Kalau kata orang cinta itu indah, tetapi tidak bagi Rino. Duda tampan itu sekian kalinya patah hati. Namun, dia kembali berdiri tegak tetap mencari cinta sejati dan berharap jika gadis yang dicintainya akan membalas, walau hanya dalam mimpi.Entah setan apa yang merasuki tubuh Rino sungguh berani dia mengetik pesan kepada Arunika dan mengajak gadis itu untuk bertemu. Gayung pun disambut hangat.Kini lelaki berhidung bangir itu berdiri di tengah taman ditemani oleh pohon-pohon menjulang tinggi hampir mencakar langit. Semilir angin sore mengusap rambut hitamnya yang disisir rapi.Dia menatap telaga yang jernih dan sesekali mengembuskan napas panjang. Tiga puluh menit sudah menunggu di sana.“Rino!!” panggil suara bariton yang membuat Rino balok badan dan membelalak.Tampak Irwansyah memakai baju kasual dan memakai topi putih. Tangan lelaki itu menggandeng tangan Arunika. Melempar senyum kepada Rino.“Hai, sudah tunggu lama,&r
Читайте больше
Senja Menjadi Saksi Bisu
“Rino ....” Arunika berdesis dan dia menarik napas dalam-dalam.Mata lelaki tampan itu sudah membulat dan menunggu jawaban dari Arunika.Tak sabar menunggu, lalu Rino mendekatkan wajahnya kepada Arunika. Kini jarak mereka sejengkal. Terasa sekali embusan napas hangat Arunika yang dirasakan oleh Rino. Nampak jakun Rino turun naik dan sorot matanya menajam memelesat ke lubuk hati si gadis.Lantas langsung gerakan cepat mencuri kesempatan. Lelaki berhidung bangir itu menggigit bibir bawah Arunika. Sontak gadis itu tersentak kaget dan dia melawan hendak mendorong tubuh Rino. Akan tetapi, kini gadis itu berada di bawah kungkungan si duda keren.Di bawah pohon rindang dan bersama semilir angin sore menjelang petang. Senja pun sudah nampak menjadi saksi bisu di saat Rino mencurahkan cintanya kepada Arunika. Memagut bibir merenda kasih sayang penuh dengan kelembutan.Memang dasarnya Arunika pun menyukai Rino. Dia akhirnya diam pasrah tidak meno
Читайте больше
Mencari Tahu Pemuja Rahasia
Irwansyah terus menarik tangan Arunika hingga sampai ke dalam kamar. Ekspresi wajah Irwansyah tetap sumringah. Bahkan dia meminta Arunika agar diam saja dulu di dalam kamar.Lantas Irwansyah beranjak keluar dari kamar dan ternyata Mahendra berdiri di depan kamar dengan tatapan menajam.“Istrimu mana? Suruh dia keluar!” bentak Mahendra.“Kek, kami besok mau kembali ke kampung. Terima kasih sudah memberikan pesta pernikahan yang sangat mewah,” balas Irwansyah mengalihkan pembicaraan.Mahendra menggelengkan kepalanya kasar. “Kakek harus bicara dengan ibumu.”Kemudian sang empu rumah itu balik kanan dan Irwansyah mengekori dari belakang.Suara bass Mahendra menggema seantero ruangan. Dia memanggil ibunya Irwansyah.Tak berselang lama. Maria datang sembari tersenyum simpul. Mahendra langsung duduk menopang sebelah kakinya, sedangkan Irwansyah berdiri di samping sang kakek.“Kenapa Ayah?&rdqu
Читайте больше
Tidak Mau Kembali
 Kerlap- kerlip pendar lampu yang menyorot tugu berwarna keunguan bercampur biru serta merah muda membawa suasana romantis dan indah menenangkan diri. Apalagi di puncaknya, bak lidah api keemasan memancang dengan gagah. Sangat cocok bukan sebagai tempat menambatkan cinta.Seperti saat ini dua insan manusia pun terlihat asyik berbincang dengan hanya duduk di pelataran beraspal taman Monas. Sesekali lelaki berkulit putih itu melirik menoleh ke kanan dan ke kiri.Terlihat banyak keluarga muda dengan menggandeng anak mereka yang masih balita, pemandangan yang sangat harmonis. Bahkan orang tuanya duduk-duduk di pelataran taman dan membiarkan anak-anak mereka berlarian ke sana ke mari dengan suka cita.“Kau ingat ini? Di saat kita remaja sering datang ke sini setiap Sabtu malam,” tanya wanita itu yang menggunakan dress selutut berwarna merah muda dan rambutnya diikat satu ke atas menampilkan lehernya yang jenjang.“Maksudmu apa? Menjadi p
Читайте больше
Perseteruan
Matahari sudah terik di atas kepala menyengat kulit. Lelaki itu berjalan lebar memasuki halaman rumah sederhana, dengan rahangnya mengeras dan sesekali melirik ke arah ponsel yang menampakkan gambar yang seharusnya dia tidak lihat sama sekali. Dering ponsel berdering terus-menerus, tetapi Rino tidak mengindahkan panggilan tersebut. Lelaki itu sengaja meninggalkan ruang kerja demi memastikan sebuah kebenaran. Brugh!! Rino menendang pintu rumah itu hanya sekali tendangan. Jangan ditanya lagi kekuatan duda itu memang kuat, apalagi pintu itu tidak dikunci, maka dengan mudahnya dia menerobos masuk. Derap langkahnya memasuki ruangan yang dulu tempat di mana dia dan teman-temannya bermain musik. Mata Rino membelalak dan dia langsung membentak. “Apa yang kalian lakukan?!” bentak Rino yang berdiri bergeming dan geram. Sorot mata tajam. Sontak Gisel tersentak kaget terbangun. Dia pun terpekik sambil melirik ke arah sosok lelaki yang masi
Читайте больше
Arunika Berjanji
“Saya tegaskan sekali lagi. Saya bukan pembunuh,” pungkas Rino.Forguso menyeringai iblis dan dia menepuk pundak Rino dengan tatapan menajam.“Urusan kita belum selesai,” sahut Forguso.“Kurang ajar ... jangan dekati Gisel lagi!” bentak lelaki berhidung bangir itu.Namun, Forguso melambaikan tangan kepada Rino, lalu dia beranjak pergi berjalan dengan pongahnya.Kini di ruangan tersebut hanya ada Tomi dan Rino. Dua lelaki itu berdiri saling berhadapan.“Aku bisa jelasin,” tutur Tomi.Rino bergegas mengangkat membuka tangannya, menandakan bahwa dia tidak mau menerima penjelasan dari Tomi. Apa yang dia lihat semalam sudah menunjukkan.Rino pun berbalik badan, tetapi tangannya diraih oleh Tomi.“Semalam Gisel mencarimu ke sini dan kami hanya makan malam biasa. Kemudian kembali ke sini. Tak disangka ketika terbangun aku ada di lantai,” jelas Tomi. Dia memangkas kesal
Читайте больше
Предыдущий
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status