Ini bukan kisah lelaki pengangguran yang tiba-tiba menjadi orang kaya raya, tetapi ini kisah seorang lelaki dingin, tetapi sebenarnya dia bucin kepada satu gadis kembang desa bernama Arunika Gayatri. Dia harus bersaing dengan Irwansyah---bujangan tulen yang pintar memasak. Rino ingin mendapatkan cinta sejati dari gadis yang dia cintai. Rino Syahril duda keren dan kaya tujuh turunan dan tujuh tanjakan. Memiliki masa lalu pahit karena diselingkuhin istrinya. Namun, hal ini tidak membuat Rino jatuh terperosok ke jurang apalagi harus meratapi nasibnya. Lelaki tersebut memiliki pedoman tentang wanita yaitu mati satu tumbuh seribu. Menjadi duda keren menarik perhatian para wanita. Dia dikelilingi wanita cantik yang tebar pesona kepadanya. Ikuti kisah Rino selanjutnya? Sebucin apa dia kepada gadis pujaan hati? Apakah Rino akan mendapatkan Arunika?
Lihat lebih banyak20 Desember 2020
Nampak sumringah sekali sembari membawa kue tart ulang tahun istimewa untuk pujaan hatinya, langkah lelaki berperawakan tinggi itu dan memiliki jambang tipis terburu-buru masuk ke dalam rumah.
Dia berderap mengelilingi tiap ruangan, termasuk ke dalam kamar dan berharap jika perempuan yang dia rindukan ada. Akan tetapi, tidak ada. Hanya ada senyap memeluk keramaian.
Rino Syahril pengusaha batu bara. Dia menaruh bokongnya di kursi tempat santai jika lelaki itu membutuhkan sebuah pijatan di salah satu sudut kamar singgasananya. Sesekali Rino mengembuskan napas kasar dan menaruh kue tartnya.
Lantas tangannya terulur merogoh ponsel yang ada di dalam saku celana bahan.
Sorot matanya menajam saat mengetahui bahwa ponsel sang istri tidak aktif. Rino berniat ingin memberikan kejutan kepada Dewi---istri tercinta hari ini berulang tahun karena lelaki itu baru saja pulang dari Singapura untuk menyelesaikan pekerjaan. Satu bulan Rino meninggalkan Dewi.
Pikiran lelaki itu mengawang seperti ada filem dokumenter yang diputar kembali di hadapannya.
Kala itu. Dewi sangat sedih dan tidak mau melepaskan pelukan dari Rino. Wanita itu tidak mau ikut karena beralasan takut naik pesawat terbang.
Di bandara sebelum pergi Rino mengecup puncak kepala sang istri dengan penuh cinta setulus hati. Nampak sekali dari sorot mata Rino yang meneduhkan kepada Dewi.
“Jangan lama-lama,” lirih Dewi manja seraya menggelayut tangannya di leher Rino.
Maklum mereka berdua masih pengantin baru. Pernikahan mereka genap tiga bulan dan ini adalah hari pertama Rino meninggalkan Dewi di kota J.
“Iya, kamu juga jaga diri baik-baik. Saya akan selalu menghubungimu,” jawab Rino menyulam senyum manis.
“Mas, aku akan setia menunggumu,” bisik Dewi.
Tok, tok, tok!!!
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Rino dan dia menoleh kepada Bibi Mimin---pembantu rumah tangga. Rino pun melempar senyum dan berdiri.
“Maaf, Pak Rino. Saya mau izin pulang kampung. Anak saya mau wisuda,” tutur Bibi Mimin.
“Oh, silakan. Bi, anaknya sudah besar, yah. Nggak kerasa sudah selesai kuliahnya. Oh yah, Dewi pergi ke mana?”
Tampak raut wajah Bibi Mimin kebingungan menyembunyikan sesuatu. Bola matanya berputar tidak mau berserobok dengan Rino.
Hal ini membuat Rino curiga dan dia mendekati Bibi Mimin memangkas jarak.
“Bi, ada apa?” tanya Rino keheranan sembari menurunkan sebelah alis kirinya.
“Anu, Tuan. Maaf. Saya harus mengatakan hal ini. Kalau ibu Dewi sudah tiga hari tak pulang ke rumah,” balas Bibi Mimin masih dalam posisi menundukkan wajahnya.
“Dia ke mana?” tanya Rino terkejut.
Bibi Mimin menggelengkan kepala dan lekas undur diri pamit pulang dengan langkah lebar beranjak meninggalkan Rino yang berdiri mematung di ambang pintu kamar.
Dia masuk kembali ke dalam kamar dan menutup pintu. Tukai kakinya berderap mendekati ranjang. Rino merebahkan tubuhnya, lalu sambil menghubungi semua teman Dewi.
Namun sayangnya, tidak ada yang tahu di mana Dewi berada saat ini? Rino mengacak-acak rambutnya sendiri, frustasi karena tidak biasanya Dewi seperti ini sampai mematikan ponsel. Rasa khawatirnya mulai menggantung di benak pikiran. Ada juga curiga membalut hatinya, tetapi ditepis oleh Rino.
Saking lelahnya dari perjalanan jauh. Rino memutuskan untuk menunggu Dewi untuk memejamkan mata sesaat dan berharap sang istri akan segera pulang secepatnya. Dia pun menguap, rasa kantuk sudah menggelayuti kelopak mata lelaki itu hanya dalam hitungan detik saja, Rino sudah pulas tertidur.
Sayup-sayup terdengar suara ponsel berdering. Rino terbangun dan dia lekas mengangkat telepon tersebut yang ternyata dari Dewi.
“Halo.” Rino baru menjawab sepatah kata. Dewi sudah berceloteh seribu kata, beralasan ponselnya tidak ada sinyal karena berada di Puncak ada acara dengan teman-temannya.
Sontak Rino terbelalak saat mendengar penjelasan dari Dewi. Tampak sekali perempuan itu berbohong. Padahal Rino sudah menghubungi semua teman Dewi. Tubuh lelaki itu membeku terdiam belum bisa membalas ucapan Dewi.
Bak disambar petir lelaki tampan berkulit putih itu. Ada hal yang membuat Rino tercengang adalah suara sang istri sangat jelas seperti berada di depan pintu. Lekas Rino berlari kecil langsung masuk ke dalam lemari baju, tidak berpikir panjang lagi.
Betapa terkejutnya Rino saat melihat Dewi bergandengan tangan dengan lelaki lain berperawakan kurus dan berkulit sawo matang. Dia menyorot tajam melalui celah-celah lemari yang bergaris-garis seperti ventilasi jendela tampak jelas sekali Rino mendapatkan siaran langsung perselingkuhan Dewi.
Kedua tangan Rino mengepal saat lelaki lain mulai beraksi menjamaah tubuh Dewi sang istri yang sangat disayanginya. Kini Dewi sudah tidak berpakaian. Pakaian mereka tercecer di lantai.
Brugh!!!
Rino meninju lemari. Amarahnya meluap sampai ubun-ubun.
Dewi terbelalak dan lelaki itu pun terkejut saat melihat Rino sudah berdiri tegak dan gagah dengan tatapan menajam bak harimau yang akan merobek mangsanya.
Mereka berdua langsung meraih pakaian masing-masing.
“Oh, begitu kelakuanmu!” bentak Rino berkacak pinggang.
“Mas Rino, ini bukan yang seperti yang Mas pikirkan?” elak Dewi yang sudah berpakaian dan menghambur mendekati Rino.
Dewi memangkas jarak. Rino beringsut mundur dan tangannya mengibas tidak mau dipegang oleh Dewi yang terus saja menampilkan wajah tidak berdosa dan pasang wajah belas kasihan seimut mungkin.
“Saya melihat pakai mata sendiri. Nggak pakai mata telur sapi! Apa yang mau kamu proteskan lagi?” Rino membentak Dewi dengan nada tinggi.
Perempuan itu menoleh kepada lelaki yang duduk tenang di tepi ranjang. “Forguso, ngapain kamu masih di sini? Pergiiiiiii!” Dewi mengusir lelaki yang baru dia kencani satu bulan.
“Aku tak akan pergi dari sini. Kita saling mencintai,” balas Forguso menyulam senyum seolah-olah menantang Rino.
“Lebih baik kamu pergi. Jangan buat masalah ini semakin rumit,” keluh Dewi.
“Dewi, saya tak butuh cinta palsumu. Tunggu saya di meja sidang perceraian,” sambung Rino sambil melangkah lebar beranjak pergi dari kamar tersebut.
Perempuan berkulit putih itu mengejar Rino, lalu dia menghadang sambil merentangkan kedua tangannya. Menghalangi jalan Rino.
“Maaf aku khilaf.” Bibir memakai gincu berwarna merah itu mulai melontarkan penyesalan.
“Khilaf adalah kesalahan yang diakui karena salah satu kali. Tapi, jika kesalahan itu berulang-ulang bukan khilaf namanya. Kamu justru doyan menikmati indahnya selingkuh. Tiga hari tak pulang ke mana? Argh, kamu main sama lelaki itu ‘kan!” Rino mencengkal lengan Dewi begitu erat. Semarah-marahnya Rino, lelaki itu tidak melakukan kekerasan.
“Aku bisa jelasin. Aku kesepian.” Dewi lolos menjawab itu seperti tidak ada beban sama sekali.
“Kalau begitu kamu bukan wanita baik-baik dan saya menyesal menikah denganmu,” sahut Rino melerai pegangannya dan melewati Dewi. Berderap keluar rumah.
Dewi terhenyak dan dia terduduk lesu menyesal karena telah menghianati kepercayaan Rino.
Sementara itu Rino mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Marah dan kecewa menjadi satu. Harusnya ini hari saling merajut kerinduan, tetapi yang dia dapati adalah penghianatan.
Lelaki itu menghentikan mobilnya di tepi jalan. Tempat itu sangat sepi hanya pohon-pohon tinggi menjulang memanjakan mata. Rino sengaja datang ke taman tersebut untuk menenangkan pikiran yang kalut. Dia turun dari mobil dan melangkah lebar masuk ke taman dan mendekati danau.
Tangan lelaki itu terulur mengambil batu dan merutuk diri sendiri karena tidak bisa menjadi suami yang baik. Bisa-bisanya Dewi selingkuh hanya dengan alasan karena kesepian.
Sungguh klise sekali jika perceraian terjadi karena satu kata yaitu kesepian.
“Saya kurang apa, Dewwiiiiii?!!!” teriak Rino sekencang-kencangnya meluapkan emosi yang bergemuruh di dada.
Dia terduduk menyentuh tanah dan membeku seraya mendongak ke langit merutuki wanita yang disayanginya memberikan sejuta kekecewaan. Sorot matanya menajam.
Jantung Talita seakan mencelos dari tempatnya seketika itu juga tubuhnya mendadak bergemetar hebat."Maksudmu apa?" tanya balik Talita."Mau jujur nggak?" Tantang Rino menatap lekat manik mata Talita.Atmosfer di ruangan tersebut terasa sangat menegangkan. Bahkan, butiran keringat mendadak berjatuhan dari wajah Talita. Wanita itu pun menghela napas berat sembari memilin rambut hanya sekadar untuk menghilangkan rasa groginya.Ruangan AC itu tak membuat Talita merasa sejuk. Tatapan Rino semakin menyelisik dalam seakan masuk ke dalam jendela hati Talita."Aku mau jujur," jawab Talita tersenyum getir. Lalu dia pun menarik tangan Rino dan diarahkan ke dadanya."Di sini ada Arunika. Apakah kamu marah padaku? Jika aku hidup karena kebaikan Arunika."Hening.Rino mengurai pegangan tangan Talita. Sorot mata lelaki itu berubah setajam silet. Seakan menyayat hati Talita. Usai berbicara jujur. Talita menundukkan wajahnya tak berani menatap
"Tapi, jika kamu tahu kalau aku mempunyai----" Talita menghentikan ucapannya. Dia menunduk sedih. Tak sanggup untuk jujur."Kenapa?" Rino pun mengangkat wajah Talita. "Lihat saya. Kamu mau bicara apa? Katakan saja.""Anu--it--u so--al." Talita terbata-bata. Dia tak mampu melanjutkan ucapannya lagi. Rasanya dadanya terasa sesak. Akan tetapi, raut wajah Rino meneduhkan tak ada sama sekali amarah yang terpancar dari wajah Rino karena Talita tak melanjutkan ucapannya.Tangan lelaki itu pun meraup wajah Talita dan kembali menyerang wanita itu dengan ciuman bertubi-tubi. Namun, Talita melepaskan pagutan liar dari Rino."Aku capek," ucapnya beralasan. Talita pun langsung memunggungi Rino."Kamu kenapa? Kalau ada sesuatu yang mau dibicarakan katakan saja," urai Rino sambil memeluk pinggang Talita dari belakang.Bibir wanita itu mengatup rapat dan matanya berusaha terpejam. Deguban jantungnya cepat seolah sedang lari maraton. Kendatipun d
Lelaki itu terus melayangkan tinju kepada Rino. Untungnya lelaki berhidung bangir itu mampu menangkis semua serangan dari lawannya.Lalu kali ini giliran Rino menyerang. Dia layangkan tendangan bebas untuk lelaki berjaket hitam kulit. Rino adu jotos dengan preman yang menghadang perjalanannya."Jauhi istri gue!" bentak lelaki yang tiba-tiba muncul sambil turun dari motor."Kamu, jadi ini anak buahmu.""Iya, jangan macam-macam. Apalagi dekat sama istri gue!""Maaf, saya tak bermaksud untuk ikut campur urusan dengan rumah tangga Gisel. Tapi, yang kamu lakukan itu sudah berlebihan.""Sial, banyak ngomong!" tukas suami Gisel sambil menodongkan pisau kepada Rino.Melihat pisau di depan mukanya. Tak membuat nyali Rino menciut. Maka dia pun lekas menepis pisau itu, hingga terjatuh ke sembarang arah."Seraaaaang!" titah suami Gisel.Dua preman itu pun langsung menyerang Rino dengan membabi-buta. Untungnya Rino jago bela di
Gisel berlari sekencang mungkin. Dia menghindar dari kejaran orang yang menagih hutang suaminya. Sungguh malang nasib Gisel. Pasca tak bersama lagi dengan Rino dan wanita itu dibawa berobat agar tak depresi memikirkan Rino. Namun sayangnya, saat di tempat penyembuhan Gisel bertemu dengan lelaki yang salah berpura-pura mencintai wanita itu. Padahal hanya ingin menumpang hidup enak di keluarga Gisel.Wanita berhijab itu pun merasa jika suaminya mempunyai niat terselubung menikahinya. Akhirnya, Gisel memutuskan untuk pergi dari rumah dari zona nyaman tak meminta materi dari kedua orangtuanya. Berharap hidup berdua mengontrak akan membuat suami Gisel sadar agar menjadi sosok lelaki dan suami yang tanggung jawab mau bekerja. Ini justru gila judi dan pemain wanita.Ini adalah titik di mana Gisel sudah muak diteror oleh banyak preman yang menagih hutang suaminya. Bahkan, saat ini Gisel dikejar oleh lelaki berusia lima puluh rintenir yang menginginkan Gisel menjadi istri kelim
"Pagi," sapa Rino seraya melempar senyum.Namun, tak diindahkan oleh Talita. Wanita itu sibuk menyiapkan sarapan di atas meja. Lisna sudah duduk manis sembari menonton ponsel."Hari ini lagi ada yang marah?" sindir Rino.Mau marah bagaimana coba? Kalau menjadi posisi Talita, pasti marah karena di saat mau ke puncak kenikmatan. Justru yang disebut oleh Rino nama wanita lain."Hemmmm." Talita berdeham."Siapa, Om?" tanya Lisna sembari mendongak."Itu Bundamu yang cantik," jawab Rino sambil menarik kursi. Dia duduk di samping Lisna."Aku cuma nyuapin nasi goreng. Kamu mau makan nasgor atau roti?" tanya Talita datar."Nggak apa-apa sama nasgor saja," balas Rini sembari mengulum senyum simpul.Lantas Talita langsung menaruh nasi goreng di piring Rino. Lelaki itu menatap nanar Talita."Terima kasih," ucapnya.Namun, Talita tak mengindahkan ucapan Rino. Wanita tersebut kembali menyelesaikan cucian yang
"Mau tahu banget?" ejek Rino sambil menyetir mobil."Terima kasih, yah. Sudah mau menolongku.""Ini sudah berapa kali kamu bilang seperti itu."Talita pun tersenyum simpul. Pipinya merona memerah seketika itu juga di saat Rino mulai mau berdialog hangat dengannya. Sebagai mengalihkan pembicaraan. Lantas Talita kembali melontarkan tanya tentang cara Rino dapat berhasil masuk ke apartemen Wiro.Ternyata Rino sudah mempunyai jadwal yang di mana Wiro akan melakukan bisnis kotor yang tersambung dengan para wanita. Lelaki itu mendapatkan kabar itu dari salah satu kolega Wiro adalah kolega Rino juga dengan memberikan uang yang nominalnya cukup besar. Makanya, Rino dapat masuk ke acara Wiro di pesta topeng bersama beberapa polisi. Iya, lelaki itu telah melaporkan kehilangan Talita.Mencerna cerita dari Rino. Talita manggut-manggut dan mengulum senyum tipis. Dia tak menyangka bahwa lelaki itu mau menolongnya.Jalanan lengang. Sorot lampu jalanan menj
Wiro penyuka wanita cantik yang untuk didekati lalu dijual ke teman-teman kolega kerjanya sebagai bentuk kerja sama agar terhubung dengan baik. Memiliki ketampanan dan kemampuan merayu. Siapa yang tak akan jatuh ke pelukan Wiro kecuali Talita yang tak mudah jatuh termakan rayuan gombal maut Wiro. Begitulah yang dicerna oleh Talita saat mendengar cerita dari wanita yang duduk di depannya. Menceritakan awal pertemuannya dengan Wiro, dengan iming-iming akan dinikahi dan diberi mobil. Akan tetapi, ternyata justru wanita-wanita itu dijebak oleh Wiro untuk dijual."Dasar bedeebah," ucap Talita yang geram mendenga cerita itu."Lalu bagaimana ini? Kita tak bisa kabur dari sini. Teman kita pasti sudah digrepek sama laki-laki tua bangka," kilah salah satu wanita yang sudah memakai baju tidur sexi sesuai permintaan Wiro.Talita tertegun dan dia berusaha berpikir tenang. Agar dapat keluar dari kamar apartemen Wiro. Dia pun tak mau dijual. Suasana menjadi hening.
"Kamu mau bawa aku ke mana?!" pekik Talita berontak melawan.Wiro terus menarik paksa tangan Talita. Dia tak peduli pekikan Talita. Sampai wanita itu dipaksa masuk ke dalam mobil."Diam, ikut saja. Jangan melawan. Jika tidak anakmu akan jadi korbannya!" sentak Wiro."Jangan macam-macam. Jangan pernah sentuh Lisna." Talita memelotot. Dia pun harus mematuhi perintah Wiro. Akhirnya, Talita duduk tenang di belakang sambil meremas-remas buku-buku jarinya sendiri. Bahkan, dia sudah tak peduli lagi dengan dirinya sendiri yang penting Wiro tak menyakiti Lisna.Perjalanan mereka hampir satu jam. Tiba di tempat tujuan. Talita terbelalak saat turun dari mobil. Gedung pencakar langit di depan mata dan dia pun menelan ludah untuk menilimisir rasa takutnya. Wiro benar-benar mengintimidasinya, sampai Talita diam seribu bahasa saat tangannya digandeng oleh Wiro."Pokoknya kamu patuhi apa yang saya perintahkan."Talita mengangguk pelan dengan raut wajah send
"Kamu berani sama saya!" bentak Wiro.Talita terhuyung limbung jatuh ke lantai. Dia meringis kesakitan. Wiro menyeringai iblis tatapannya seolah-olah ingin menelaanjangi Talita.Lantas tangannya terulur mencengkram erat lengan Talita. "Malam ini kamu akan menjadi milik saya," bisik Wiro."Lepaasssssin aku!" Talita berontak melawan dengan susah payah. Namun, memang tenaga Wiro lebih kuat. Maka Talita tak bisa melawan. Wanita itu didorong ke kasur sampai Talita meringis menahan sakit.Saking kasarnya Wiro memperlakukan Talita. Terbit senyum jahat dari bibir Wiro. Lelaki mengerlingkan mata dan merayap naik ke ranjang.Sontak Talita beringsut mundur menghindari dengan tatapan sendu dan tampak ketakutan sekali.Wiro mendekati dan tangannya sudah menangkap tangan Talita. "Diam saja. Tinggal nikmati jangan berontak."Tiba-tiba terdengar suara bariton mengetuk pintu. Siapa lagi jika bukan teman Wiro. Maka lelaki tersebut mengurungkan niatnya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen