All Chapters of Bilang Ayahmu Aku Muslim (Extended Version): Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
31. Dave, Bangun!
Jardon sengaja datang ke tempat David dengan menjinjing setumpuk buku.”Aku membawakan sesuatu untukmu, Teman!” Diletakkannya tumpukan buku yang sedari tadi dibawanya di atas kasur David. Beberapa buku Motivasi; ada Cara Menghilangkan Stress, Bangkit dari Pikiran yang Mengancam, Cara Mudah Menghilangkan Depresi Cinta, 10 Trik Melupakan Cinta, hingga buku Chicken Soup for the Soul. David hanya melirik sekilas tumpukan buku di sampingnya dan tetap melanjutkan lamunannya.”Ayolah sobat, aku benar-benar kehilangan dirimu. Ini bukan David yang kukenal sebelumnya.” Jardon jelas-jelas menunjukkan kekhawatirannya. ”Ini buku-buku bagus buatmu. Ayo kita praktikkan agar kau lepas dari derita cinta ini, Kawan. Ini, coba lihat, ini buku Sepuluh Trik Melupakan Cinta. Mari kita bahas dan praktikkan, Dave!” Jardon begitu antusias, namun David tetap bergeming, menoleh pun tidak.”Dave... Hello... Are you her
Read more
32. Tak Bisakah Kita Bersatu?
Mata David terbuka perlahan. Ia melihat ke sekelilingnya, sepertinya ia sedang berada di sebuah rumah yang sama sekali asing. Dirabanya keningnya, ada handuk kecil yang terasa dingin. Seseorang telah mengompres keningnya.”Kau sudah sadar?” ucap seorang wanita tua yang tiba-tiba muncul di dekatnya.”Di mana aku?” tanya David yang masih berbaring lemah di sofa empuk itu.”Kamu aman sekarang, kamu sedang berada di rumahku. Tadi kutemukan kamu sedang pingsan di jalanan. Supirku yang menggotongmu.” Wanita tua itu menjelaskan.”Maryam... Maryam... di mana Maryam?” tanya David panik. Ia mencoba untuk bangkit, tapi ia masih tak punya daya.”Maksudmu gadis yang pingsan bersamamu? Dia ada di sini. Tapi kondisinya masih lemah, dia ada di kamarku. Sepertinya dia harus dibawa ke dokter,” jawab wanita tua itu.”Tolong bawa aku ke tempatnya, aku ingin melihatnya!” Pinta David, matanya
Read more
33. Dimana, David?
Wanita tua itu terkejut begitu melihat sekelompok orang yang berpakaian hitam-hitam tiba-tiba memasuki rumahnya dengan kasar. ”Di mana Anda menyembunyikan gadis itu, Nyonya?” tanya si rambut cepak. ”Kalian siapa?” wanita tua itu panik. ”Dia anak dari majikan kami, kami harus membawanya pulang.
Read more
34. Aku Akan Belajar, Maryam
Jardon menemukan David yang sudah tidak sadarkan diri. Ada darah segar mengalir dari lubang hidungnya, begitu juga dengan keningnya yang memar dan memerah karena mengeluarkan darah. Tanpa membuang waktu, Jardon segera membawa sahabatnya itu ke rumah sakit terdekat.David segera mendapatkan pertolongan medis sesampainya di rumah sakit. Jardon berharap, dia tidak datang terlambt. Setelah beberapa jam terbaring dengan mata tertutup, David belum juga sadarkan diri. Padahal perawat sudah berkali-kali mengganti cairan infus yang mengalir di dalam pembuluh darah David.Rushel berdiri di dekat kepala David. Tak henti menatap wajah putranya. Beberapa biarawan juga turut berjaga di sekeliling David. Mereka melantunkan doa yang sama.David baru tersadar tiga hari setelahnya. Mata David bergerak-gerak, cahaya lampu menyilaukan matanya. Ia perlahan sadar begitu mendengar suara lirih ayahnya yang terus menyebut nama Tuhannya dalam tiap doanya.“Ayah....”
Read more
35. David V.S Khaled
Ayah David keluar. Ditinggalkannya David sendirian di kamarnya agar ia bisa lebih tenang. Dalam kesendiriannya, David berdoa. ”Tuhan, kenapa jalan cinta ini begitu sulit? Tak ada wanita lain yang kucintai selain dia, Tuhan. Apakah aku harus berpaling dari-Mu, dan mencintai Tuhan yang disembah oleh Maryam? Hanya itu jalan satu-satunya agar aku bisa mendapatkan cinta Maryam, Tuhan. Apakah Kau akan marah padaku jika aku berpaling dari-Mu? Aku tahu, Engkau yang menyelamatkanku, Engkau yang mengantarkan aku pada ayah, hingga dia merawatku bersama biarawan-biarawannya, Engkau yang mengurus aku, Tuhan. Tidak, Engkau pasti akan marah besar padaku, Engkau pasti mengatakan aku ini hamba-Mu yang tak berbakti. Ampuni aku, Tuhan. Ampuni aku. Jika Engkau tak ingin aku mengkhianati-Mu, hilangkan rasa cintaku terhadap Maryam. Aku mohon, karena sampai kapan pun Maryam tak akan pernah jadi milikku.” Tergugu David berdoa sambil memegang salib yang tergantung di lehernya. ***
Read more
36. Dua Ayah
Khaled mengangkat wajahnya, ia terkejut sedikit dengan pertanyaan itu. “Islam?” tanya Khaled memastikan. “Ya, aku ingin mengetahuinya. Apa benar islam terkait dengan teroris seperti orang-orang bilang? Maksudku, aku benar-benar tidak setuju.” David tiba-tiba antusias membicarakannya. “Kami dia
Read more
37. Dia Anak yang Tampan
David masih larut dalam kesedihan. Hatinya lirih berbisik dalam isak tangis.Maryam...Mengejarmu ibarat mengejar embun untuk mendapatkan tetesnya di udara, kau ibarat molekul-molekulnya yang bisa kurasakan namun tak bisa kuraih dan kugenggam.Bukan kau yang menyiksaku, Maryam.Tapi keadaanlah yang memaksaku demikian.Aku mati di sini.Aku memang masih bernafasTapi jiwaku pergi dan hilang mengejar sosokmu yang semakin menjauh.Aku rapuh,Serapuh bangunan-bangunan Romawi yang ditelan oleh masa, namun dia tetap tegak.Aku tak kuat, Maryam.Haruskah aku pergi meninggalkanmuKe sebuah tempat di mana aku tak bisa lagi memandang wajahmu, Maryam?Haruskah?Tapi semakin aku menjauhDan mencoba menghilang darimuJiwaku semakin dekatSedekat jari-jari yang tak pernah memisah.Maryam...Lihatlah aku disini!Aku bahkan kehilangan harga diriUntuk me
Read more
38. Salah kah?
Di lorong rumah sakit itu, Khadijah, ibu Maryam, sengaja menunggu suaminya untuk membicarakan sesuatu.”Sudah bertemu dengan anak itu?” tanya istrinya.”Sudah,” jawabnya singkat.”Sudah puas? Sudah puas membuat semua ini menjadi kacau?” istrinya berujar menyindir.”Maksudmu? Kenapa kau marah padaku, Sayang?” ayah Maryam heran dengan sikap istrinya.”Semua ini salahmu,” jawabnya.”Salahku? Di mana letak salahku? Tindakanku sudah tepat, Khadijah. Anak itu tidak seiman dengan kita.” Ayah Maryam membela diri.”Selama ini aku sudah cukup untuk diam, Ishak. Selama ini aku merasa sudah menjadi istri yang baik bagimu, selalu menuruti titahmu. Tapi kurasa sikapku tidak sepenuhnya benar, sebab aku juga punya hak untuk bicara dan ikut andil dalam menyelesaikan masalah keluarga kita.” Istrinya sedikit teriak.”Apa yang salah? Jelaskan
Read more
39. Bawa Aku Pergi, Dave
Khaled dan Anggel terdiam menyimpan kesedihan yang mendalam. Pandangan mereka terus tertuju pada pintu kamar Maryam yang berwarna putih itu, berharap sang dokter segera keluar dan mengabarkan bahwa Maryam baik-baik saja.”Tenanglah, istriku, Maryam akan baik-baik saja. Kita doakan saja.” Ayah Maryam mencoba menenangkan istrinya.Ayah dan ibu Maryam masih menunggu di depan pintu kamar rawat inap Maryam. Mereka tak henti berdzikir dan berdoa agar Maryam kembali pulih, sementara Khaled terus melantunkan ayat demi ayat untuk Maryam.Anggel menyusut air matanya. Ia teringat kejadian sebelum Maryam sekarat. Saat itu Anggel tengah sendirian menungguinya, sementara kedua orang tuanya masih di luar, Khaled pun tak ada entah ke mana. Anggel melihat tubuh Maryam bergerak-gerak hebat, lalu tiba-tiba membuka matanya dan berteriak memanggil-manggil nama David.“Maryam, kau kenapa?” tanya Anggel panik kala itu.“Aku bertemu David. Ak
Read more
40. Ayah Merestuimu, Nak
Anggel menghapus air matanya, surat itu masih dia simpan di tasnya untuk David. Tapi saat itu dia masih menunggu saat yang tepat. Menunggu pintu kamar rawat inap Maryam terbuka dan dokter membawa kabar bahwa dia baik-baik saja. Dokter dan kedua perawat itu masih berupaya menolong Maryam yang desah nafasnya mulai terengah. Dalam alam bawah sadarnya, Maryam seolah berada di ruangan serba putih. Di sa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status