All Chapters of Pendekar Pedang Api: Chapter 151 - Chapter 160
167 Chapters
Ch. 151 - Kau Pantas Mati!
Arah pertarungan semakin membuat Gui Liang terpojokkan dalam waktu yang terbilang singkat, jenis serangan mematikan yang ditunjukkan Xiao Long bahkan sebelum lawan menunjukkannya sudah membuat Gui Liang gentar. Tak dapat dielakkan lagi semakin lama semakin buruk keadaan untuknya. Jika tak segera menjauh dari Xiao Long mungkin Gui Liang tak akan selamat dari teknik Enam Pembunuh yang paling mematikan yang bisa saja mengambil nyawanya.Derap langkahnya mundur secara perlahan, hingga merasa jarak sudah cukup aman. Namun dalam hati Gui Liang tak dapat menerima bahwa dirinya mundur layaknya pengecut. Apa jadinya jika semua orang tahu jika seorang Cakram Es melarikan diri dari pertempuran melawan Mata Jelaga?Sudah dipastikan setelah ini nama Mata Jelaga akan jauh membumbung tinggi melebihi julukannya sendiri, dan jauh lebih berbahaya lagi jika para penyewa jasa pembunuh bayaran tak lagi menawarkan kesepakatan kepadanya.Mata tajamnya terkunci lama pada musuh yang terdiam di atas jembatan,
Read more
Ch. 152 - Identitas yang Tidak Terungkap
Darah kental menyebar perlahan di dalam air danau yang tenang mengikuti arus air di bawahnya hingga sebuah gelombang kecil terlihat di atas permukaan. Sesuatu sedang bergerak cepat menyerbu mangsanya yang terjatuh. Gerakan yang gesit itu disadari oleh salah satu dari mereka yang tumbang.Dengan cepat dia mengambil kepala musuh yang nyaris tenggelam ke dasar danau, meninggalkan danau tersebut secepat yang dia bisa. Matanya melirik ke belakang dan melihat bahwa kini Siluman ular tengah menyantap tubuh lawannya tanpa ampun.Pedang Hitam mengeluarkan reaksi yang aneh. Kepala Gui Liang yang kini dibawa oleh Xiao Long-dengan membaluti kepala itu dengan kain untuk menutupnya- mengeluarkan energi negatif dan berkumpul ke sisi kanan Xiao Long, masuk ke dalam Pedang Hitam. Lalu sekejap mata hilang tanpa berjejak.Detik itu Xiao Long mulai mengetahui tentang Pedang Hitam ini. Dia menemukannya secara misterius-di sebuah pemakaman yang terletak jauh di dalam jurang. Dan kini kekuatan misteriusnya
Read more
Ch. 153 - Wajah-wajah Pucat
"lalu kesepakatan apa yang ingin kau tawarkan? Tentunya tanpa merugikan pihakku.""Kau mengerti posisiku. Nyawa orang-orang ku adalah segalanya, maka dari itu aku akan membiarkan kalian pergi dari pulau ini hidup-hidup.""Dan mengembalikan kapal-kapal kami yang telah kalian hancurkan." Xiao Long melanjutkan dengan penekanan, sejenak musuh mengerutkan alisnya dan menunjukkan pergerakan. Bawahannya datang ke arah lelaki itu, dia berbisik sebentar sebelum akhirnya pergi dan melakukan tugasnya."Orangku akan mengganti dengan satu kapal saja."Setidaknya itu sudah cukup untuk semua awaknya pulang ke daratan, Xiao Long mengangguk singkat. "Lalu?""Kalian harus meninggalkan pulau ini bersama dengan kepala itu."Zei Yu mengangkat pedang dengan wajah garang, tak lama terdengar teriakan lantang. "Kami tidak akan menyerahkannya! Karena perintah yang diutus adalah untuk membawa kepala pimpinan Aliansi Pembunuh!"Musuh terprovokasi, sebagian mengeluarkan senjata masing-masing hingga akhirnya atmo
Read more
Ch. 154 - Pelayaran di Awal Fajar
Pelayaran berhenti di awal fajar, kapal menepi ke daratan disambut beberapa penduduk yang saat itu memanggil prajurit untuk mengabarkan kepulangan pasukan yang dibawa para pendekar ke Pulau Terapung.Hingga jangkar kapal diturunkan, pelabuhan menjadi semakin ramai. Lambaian tangan menyambut kepulangan mereka dengan suka cita. Disertai sahut-sahutan yang sayup. Salah satu prajurit maju ke depan mereka,"Akhirnya kalian kembali. Ku harap kalian membawa kabar gembira untuk kami semua."Xiao Long mengedarkan pandangan, menyadari semua mata terkunci padanya. Dia berpikir sejenak. Sesaat dirinya tahu bahwa seluruh penduduk ini menantikan dirinya berkata bahwa Aliansi Pembunuh telah tumbang di Pulau Terapung. Ketakutan yang menggerayangi kota di tempat mereka tinggal adalah momok menakutkan. Sudah tak terhitung lagi kasus pembunuhan satu keluarga yang dilakukan oleh Aliansi Pembunuh. Dan mereka takut jika mereka tak segera dibasmi maka nasib buruk itu juga akan terjadi kepada keluarga mereka
Read more
Ch. 155 - Jangan ... Tinggalkan Pedang Itu
Kota Guofu gegap gempita, kedai-kedai arak ramai oleh perbincangan hangat yang sepertinya tak pernah habis semenjak tiga hari terakhir. Dari mulut mereka terdengar kabar bahwa Mata Jelaga mendapatkan penghargaan dari Walikota Goufu beserta rekan-rekannya Zei Yu, Jun Shuiyang, Bao Ning, Du Rong, Tian Wei serta prajurit-prajurit yang ikut bertempur di Pulau Terapung.Lepas dari kabar yang terus menyebar tersebut, sosok yang menjadi perbincangan itu nyatanya telah pergi meninggalkan Kota Guofu untuk melanjutkan perjalanannya. Tanpa ada yang mengetahui ke mana dia dan rekannya yang berambut merah pergi. Banyak hal berkecamuk dalam pikiran Xiao Long. Dibandingkan itu, dunia akan berlaku semakin kejam terhadapnya. Para pembunuh bayaran akan datang untuk menjemput nyawanya setelah kematian Gui Liang itu. Satu per satu tokoh jahat tumbang, bukan hal aneh lagi kepalanya menjadi incaran musuh.Dengan itu, mau tak mau Xiao Long harus memperkuat dirinya. Menjadi sosok yang ditakuti musuhnya. Sebel
Read more
Ch. 156 - Makam Misterius dan Arah Tujuan
"Itu dia!" teriak Huo Rong berapi-api, tapi tidak menjelaskan sama sekali apa yang dia maksud hingga Xiao Long mulai kesal."Apanya, bodoh?""Cih, otakmu tidak jalan apa bagaimana?""Otakku tidak punya kaki. Cepat katakan apa?"Huo Rong menarik napas sambil memegang erat sebelah pundak Xiao Long, bibirnya berat sekali mengucapkan sesuatu yang hendaknya disadari Xiao Long sebelum dirinya mengambil benda itu dari makam."Jangan, tinggalkan pedang itu."Xiao Long dapat menebak tapi dia tak berani mengakui dugaannya benar. "Dua makna, kawan. Dua makna. Jangan tinggalkan pedang itu. Itu yang kau pikirkan, bukan? Kau berpikir si pemilik makam berharap kau mewarisi pedang tersebut?"Anggukan pelan menandakan Xiao Long mengiyakan ucapannya. "Bagaimana jika kalimatnya ku buat seperti peringatan. Misalkan aku sedang melihat mu mengambil sebuah pedang terkutuk. Lalu aku berkata,""Jangan. Tinggalkan pedang itu."Hati Xiao Long seperti ditusuk sesuatu, rasa takut mulai datang ketika dia menyada
Read more
Ch. 157 - HAN!
"Lalu apa yang harus kulakukan?""Bayangkan saja kau masuk ke dalam sebuah hutan, lalu tersesat. Kau pikir apa yang akan kau lakukan?""Tetap berjalan?""Benar. Berjalan dan cari tahu semua yang ada di sekitarmu. Dan bersiaplah dengan hal-hal tak diduga.""Kau benar." Xiao Long tersenyum lega, "Walaupun kau sedikit brengsek tapi di saat-saat tertentu jawabanmu selalu menenangkan ku."Kali ini Huo Rong tak menanggapinya sambil marah-marah, dia menarik senyum miring sambil menjepit kepala Xiao Long di ketiak sembari berbicara."Bagaimana pun kau satu-satunya teman manusia yang memperlakukan ku seperti sesama manusia. Itu saja, sudah cukup membuatku bahagia.""Hahaha, kau mulai berlebihan, bodoh. Membuatku geli saja."Xiao Long melepaskan diri dari ketiak Huo Rong. Tapi Huo Rong tak membiarkannya pergi dan justru mengeratkan jepitannya."Hoo, begitu kau padaku? Ku kira kau menganggap ku temanmu."Xiao Long menyingkirkan tangan Huo Rong dengan paksa, tapi senyumnya tak luntur malah semaki
Read more
Ch. 158 - Aku Harus Pergi, Kawan
"Aku harus pergi, kawan. Untuk melindungimu. Kau pasti marah. Tapi aku jauh lebih marah jika dua orang bodoh ini membunuhmu tanpa ampun."Huo Rong menatap Sepuluh Terkuat di dua sisinya bergantian. Semua pasukan itu mulai bergerak mundur dan mengambil jalur hutan meninggalkan Xiao Long sendirian. Tak terima pemuda itu mengejar dan mengangkat pedangnya."Hadapi aku!"Xiao Long berdiri di rombongan kuda yang membawa Huo Rong. Lantas salah satu dari Sepuluh Terkuat turun dan langsung mengeluarkan pedangnya, energi kekuatan yang sangat dahsyat keluar dan langsung membuat kaki Xiao Long termundur tanpa sadar."Level kekuatan ku jauh berbeda denganmu. Sadar dirilah.""Aku tidak peduli.""Kau memang cari mati." Di saat wanita itu sudah bersiap untuk mengambil nyawa Xiao Long, sebuah jarum kecil menusuk tepat di leher Xiao Long. Pembius seketika membuat Xiao Long kehilangan kesadaran dan ambruk.Huo Rong memasukkan kembali alat bambu kecil yang digunakannya untuk menembakkan jarum suntik itu
Read more
Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa
Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu
Read more
Ch. 160 - Ini Tentang Perintah
Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status