All Chapters of BENALU: Chapter 51 - Chapter 60
149 Chapters
Bab 4 (Season dua)
POV DEWI“Sial, jontor ini bibir!” gerutu Rama. Karena kena tonjokan Mas Angga kemarin. Aku dan Mas Romi tak tinggal serumah dengan Rama dan Rizka. Kami memutuskan pisah rumah, untuk menghindari hal-hal yang tak di inginkan. Walau dulu Mas Romi juga tinggal di sini. Karena merasa kakak, merasa lebih tua, jadi kami yang memutuskan mengalah. Membeli rumah yang juga nggak jauh dari rumah Rama dan Rizka.Aku dan Mas Romi ke sini, karena mengantar Mila. Karena Mila beberapa hari ini ikut kami. Ya, seperti itulah nasib Mila. Suka-suka dia mau ikut siapa. Kadang merengek ikut Mama Dewi, juga kadang merengek ikut mama Rizka. Kadang juga dua mamanya yang rebutan ingin Mila ikut. Ah, aku merasa beruntung ada di bagian mereka.“Maafkan, Mas Angga ya, Ram,” ucapku. Karena merasa tak enak. Kulihat pipi dekat bibir itu masih membiru.“Santai aja, Wi, bukan kamu juga yang salah,” jawab Rama. Walau aku ini kakak iparnya, tapi Rama tak menyebut kakak atau Mbak. Karena juga sudah kebiasaan. Lagian Rama
Read more
Bab 5 Season dua
POV AnggaHilang rasa laparku saat melihat mobil Dewi. Rasa cemburu ini begitu kuat. Padahal aku juga sudah menikah. Mungkin kalau Martina bisa selembut Dewi, aku bisa segera melupakan Dewi. Nyatanya Martina hanya benalu dalam hidupku. Pernikahan ini hanya untuk menutupi aibnya saja. Kulajukan motor kredit ini membuntuti mereka. Mau kemana mereka sebenarnya? Setidaknya kalau mereka arah pulang, aku bisa mengetahui rumah baru mereka. Sehingga bisa lebih leluasa untuk mendekati Dewi lagi. Aku yakin, rasa cinta di hati Dewi belum sepenuhnya hilang dari hatinya.Mereka berhenti di rumah minimalis. Bagus juga rumah mereka. Walau masih bagus rumah Dewi dulu. Dewi memilih tinggal di rumah minimalis ini, aku yakin, karena dia belum bisa melupakanku. Dia pasti selalu mengingatku jika masih tinggal di rumah gedongnya itu, yang mana pernah tinggal bersamaku di sana.Mereka turun dari mobil. Kulihat Romi membukakan pintu mobil untuk Dewi. Ketika Dewi turun, tangan Romi mengelus perut Dewi yang m
Read more
Bab 6 (Season dua)
POV IBUPagi ini aku di buat emosi sama Martina. Gimana tidak? Kerjaanya hanya bermalas-malasan. Mentang-mentang dia yang punya rumah. Jadi nggak ada sopan santunnya sama suami dan juga mertua. Dulu aku pikir Dewi adalah mantu yang nggak sopan, sekarang Martina jauh lebih parah. Dewi walau kadang ngeselin, tapi dia tetap menjalankan tugasnya sebagai istri dan menantu. Martina? Di buat darah tinggi aku setiap hari.Angga juga sama saja bodohnya. Percuma punya wajah ganteng kayak Anjas Mara. Tapi nggak bisa menarik hati perempuan tajir. Harusnya wajah seganteng Angga, bisa dapat yang jauh di atas Dewi, yang royal juga tentunya. Bukan kayak Martina, udah nggak punya sopan santun, juga pelitnya minta ampun. Sama sekali nggak mau mengeluarkan duit. Padahal duitnya juga banyak. Buktinya sering dia beli baju online, karena hampir setiap minggu kurir JNE datang ke rumah.Karena Martina nggak mau masak, mau tak mau aku yang masak setiap hari. Angga enak, dia kerja berangkat pagi ke rumah Hando
Read more
Bab 7 (Season dua)
POV ANGGA“Angga, kamu sudah sarapan?” tanya Pak Handoko pagi ini. Ya, aku memang kepagian datangnya. Nggak betah juga di rumah lihat Martina kerjaanya bangkong terus tiap pagi. Nggak ada inisiatif buat bersih-bersih rumah atau apalah. Setidaknya jangan molor. Apa Dewi dulu juga sekesel ini ya, perasaannya, lihat aku bangun siang terus? Sedangkan dia bangun pagi untuk berangkat kerja.“Angga?” sapa Pak Handoko lagi. Seketika membangunkan lamunanku.“Eh, iya, Pak. Belum,” jawabku sedikit gelagapan.“Sini, sarapan bareng!” Perintah Pak Handoko. Aku mengangguk seraya mendekat ke ruang makan. Kulihat Bu Gendis sangat baik melayani suaminya. Beruntung sekali Pak Handoko.“Ini, Nak Angga piringnya,” sodor Bu Gendis, ku ambil piring itu seraya mengangguk dan tersenyum. Andai Martina melayani aku sebaik ini. Pasti tak akan tergoda hati ini untuk memiliki Dewi lagi.“Pa, waktunya Hana imunisasi,” celetuk Bu Gendis. Hana adalah anaknya yang baru berusia lima bulan. Anak tiri Pak Handoko. Tapi P
Read more
Bab 8 (Season dua)
POV IBUKenapa laki-laki brengsek itu ada di sini? Bersama anak istrinya lagi. Mau pamer gitukah niatnya? Kulihat istrinya masih muda. Lumayanlah. Paling kalau bukan karena harta Handoko, nggak mungkin mau juga ini perempuan jadi istrinya.Kupandangi mobilnya, yang terparkir di halaman rumah. Bagus dan mengkilat. Dulu dia ngemis-ngemis maaf, nyatanya juga dia nikah lagi dengan perempuan lain. Masih muda lagi. dasar laki-laki hidung belang.Kulihat mata handoko, diapun membalasnya. Ya, mata kami saling beradu. Biarkan saja istrinya cemburu. Bukan urusanku, lagian dia biar tahu, kalau suaminya ini ganjen sama semua wanita.“Intan gimana kabarmu?” tanyanya sok care, seraya mengulurkan tangannya. Tapi tak aku balas uluran tangan itu. Akhirnya dia menariknya. Kasihan sebenarnya aku cuekin. Pasti dia malu.“Owh, iya, perkenalkan ini istri dan anak saya,” ucapnya lagi seraya mengenalkan anak istrinya. Siapa juga yang mau kenalan sama anak istrinya. Dasar laki-laki hidung belang. Tak aku tang
Read more
Bab 9 (Season dua)
POV MARTINASemakin hari rumah tanggaku, semakin di ujung tanduk. Tak ada lagi rasa santunku ke Mas Angga, apa lagi ibu. Kalau bukan karena aku hami anak Mas Haris di luar nikah, aku juga malas jadi istri Mas Angga. Cuma modal ganteng doang. Kerjaan juga cuma jadi sopir.Cintaku ke Mas Haris sangat luar biasa, hingga aku termakan oleh bujuk rayunya. Menyerahkan semuanya, ternyata dia sudah beristri. Ah, bodohnya aku. Dan yang paling menyakitkan dia memilih istrinya di banding aku.Mas Angga bisa di bilang pahlawanku. Awalnya, aku hormat sama dia. Ingin benar-benar mencintai dia. Tapi, semenjak ibunya keluar dari Rumah Sakit Jiwa dan tinggal serumah denganku, rasanya seperti neraka. Mengatur-atur sesukanya. Seakan dia yang punya rumah. Dari situlah, rasa hormatku ke Mas Angga dan Ibu berkurang. Mas Angga juga sudah tahu, kalau ini bukan anaknya. Tapi, ya itu, semenjak tahu ini bukan anaknya, dia malah santai hidupnya. Mungkin dia kira, aku takut kalau kehilangan dia. Karena dia tahu i
Read more
Bab 10 (Season dua)
POV ANGGA“Apa? Martina kecapekkan? kok, bisa sampai kayak gini? Kalau sampai ada apa-apa dengan anak dan calon cucu saya, awas kamu!” sungut dan ancam Mami saat berada di rumah sakit tadi, ketika mengetahui kondisi anak semata wayangnya. Aku mencoba mengusap dada yang bergemuruh ini. Udah kesal sama ibu yang sifatnya kayak anak kecil, sekarang malah di depan umum Mami membentakku.Jujur aku kesal banget dengan ibu. Karena hanya kesal dengan Martina di ajak dampingi Martina saja tidak mau. Ya, ini yang aku takutkan, orang tua Martina datang dan tahu kalau ibu tak ikut mendampingi. Entahlah, seperti apa penilaian orang tuan Martina kepada ibu.“Mi, ini rumah sakit, jangan teriak-teriak,” Papi berusaha menegur istrinya. Ku usap keringatku yang mengalir di leher. Terasa gerah dan malu tentunya.“Kok, malah nyalahin Mami sih, Pi! Anak kita kecapekkan dan bayak pikiran hingga akhirnya kayak gini, padahal ibu hamil itu nggak boleh capek,” sungut Mami. Aku hanya bisa diam. Aku Faham, Mami. S
Read more
Bab 11 (Season dua)
POV ANGGA“Kemas bajumu, Ga! karena kamu harus mendampingi istrimu, sampai melahirkan,” perintah Mami. Kulirik Ibu matanya membelalak.“Ayo, Ga! kita-kita kemas-kemas!” sahut Ibu. Wajahnya seakan sumringah untuk ikut tinggal bersama Mami.“Eh, maaf, ya, Jeng Intan! Kami hanya menjemput Angga, suaminya Martina,” sanggah Mami. Ku gigit bibir bawah, kasihan melihat Ibu.“Lho, saya kan mertuanya Martina? Ibu kandungnya Angga. Jadi, kemanapun Angga, saya harus ikut,” jawab Ibu dengan ikutan cara bicara Mami. Membuatku malu dan menahan tawa sebenarnya.Mendengar jawaban Ibu, Mami langsung mengambil kipas angin portabale mininya, dari dalam tas. Menyalakannya menghadap ke wajahnya. Dengan memutar-mutarka bola matanya.“Haduh, Jeng ... kalau Jeng Intan juga ikut, Martina bisa tambah stres,” jawab Mami masih menggunakan kipas angin portable mininya.“Emangnya saya ngapain? Kok sampai bisa buat Martina stres?”sahut ibu ikutan mengipas lehernya dengan tangan kanannya. Ibu benar-benar ingin mengi
Read more
Bab 12 (Season dua)
POV ANGGA“Mas!” sapa Martina. Tumben lembut. Biasanya kalau manggil aku suka teriak-teriak kalau di rumah. Ya, aku sudah di rumah Martina sekarang. Ibu mau di tinggal dengan syarat aku harus kesana setiap hari. Sekalian bawakan makanan setiap ke sana. Aku iyakah sajalah. Karena Mami nggak ada niat juga, ngajak ibu untuk tinggal satu rumah dengan mereka.“Hemmm,” jawabku seraya merebahkan badan di ranjang. Empuk sekali. Beda dengan yang ada di rumah. Dia mendekat, kemudian menyandarkan kepalanya di lenganku. Kenapa ini anak? Pasti ada maunya baik-baikin.“Maafin aku, ya, kalau sering kasar sama kamu,” jawabnya. Kutautkan keningku. Aku nggak salah dengarkan dia minta maaf? “Udah sadar sekarang, kalau itu salah?” tanyaku dengan nada jutek.“Hemmm, makasih juga masih berusaha menutupi, siapa bapak dari anak yang aku kandung ini,” ucapnya lagi. Tumben banget sih, ni, anak. Ada apa?“Tapi, kamu itu tega sama aku, Martina. Kamu membohongiku mentah-mentah. Kalau aku tahu, kamu lagi hamil an
Read more
Bab 13 (Season dua)
POV IBU.Dengan sangat berat hati, aku mengijinkan Angga untuk tinggal di rumah mertuanya. Kasihan juga Martina, kalau nggak mikirin dia hamil, aku nggak akan mengijinkan Angga untuk tinggal bersama mereka. Enak saja, anakku mau di kuasainya.Hidup sendirian di rumah besar ini merasa bulu kudukku merinding. Hari juga semakin malam. Rasanya horor banget ini rumah. Sedikit saja terdengar bunyi sesuatu, rasanya hati ini berdebar. Kluntaaanggg. Terdengar lagi saura dari dapur. Jantung ini terasa akan keluar dari tempatnya. “suara apa itu?” lirihku. Aku yang sudah masuk ke dalam kamar akhirnya memberanika diri untuk keluar.Kreekkkkkkkk, mendengar pintu suara kamar, yang aku buka sendiri saja terdengar horor. Sungguh tega Angga membiarkan ibunya sendirian di rumah besar ini. Harusnya dia membayar pembantu biar aku nggak sendirian. Tahu kayak gini, aku tadi meminta syarat gaji pembantu. Ah, nyesal aku hanya minta di kirim makanan dan uang saja.Dengan langkah pelan, aku memberanikan diri k
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status