All Chapters of BENALU: Chapter 31 - Chapter 40

149 Chapters

Bab 31

“Apa? Ucapkan sekali lagi?” tanya Mas Angga serasa tak percaya dengan ucapanku. Kuatur nafasku yang memburu. Aku takut melihat wajah Mas Angga. “Dewi!!! ucapkan sekali lagi!!!” bentak Mas Angga, membuatku tersentak. Hatiku bergemuruh, air mata terus menerus mengalir tak bisa di hentikan. Kuusap wajahku dengan punggung tangan kiriku. Karena tangan kananku, dipegang erat oleh Mas Angga. Bibir terasa kelu untuk menjawab. Bibir terasa bergetar, aku benar-benar takut dengan Mas Angga. Suara riuh orang-orang sekitar membuatku semakin down. “DEWI!!!” teriaknya lagi. “I – i – yaa – ki – kita – ruuu – juuk,” gelagapku penuh ketakutan.  “Dewi!!! susuk apa yang kamu pakai sehingga anak saya tergila-gila sama kamu?” teriak ibu menyudutkanku. Seakan ibu tak terima anaknya terlihat mengemis cinta denganku. Tak ku h
Read more

Bab 32

Hari ini sidang pertamaku. Di temani Om Heru, Tante Tika dan juga Rama sebagai kuasa hukum. Hatiku merasa berdegub tak menentu, ketika menginjakan kaki di pengadilan agama.  “Karena ini sidang pertama, Angga harus dateng,” ucap Om Heru. Di balas anggukkan oleh Rama.  “Angga sudah dikabari?” tanya Tante Tika. “Sudah, Papa sudah nelpon dia,” jawab Om Heru.  “Yang penting Bu Intan nggak buat gaduh saja, syukur-syukur dia nggak dateng,” ucap Tante Tika. Aku hanya bisa menyimak ucapan mereka. Nggak tau harus bagaimana. Yang jelas aku lagi berperang dengan hatiku.  Tak berselang lama, aku melihat sosok Mas Angga dan Ibu. Wajahnya sayu, di sekeliling matanya menghitam seakan kurang tidur. Ketika mata kami bertemu, mata itu tetap sama, masih jelas terpancar cinta untukku. Tapi hatiku? Entahlah, kejadian kemarin membuatku
Read more

Bab 33

“Angga, kamu itu apa-apaan? Bikin malu aja ngemis cinta kayak gitu?” bentak Ibu kepada Mas Angga. Mas angga masih memelukku. Seketika aku terdiam karena bingung. Mataku masih memandang ke arah Rama yang sudah ada di motornya dan berlalu pergi. “Angaa!!!” bentak ibu lagi menarik lengan anaknya membuat pelukan itu terlepas. Mas Angga menutup wajahnya dan berteriak sekencang-kencangnya. Aarrrghhh... “Ibu!!! bisa nggak ibu itu nggak usah ikut campur urusan rumah tanggaku? Aku bisa gila tanpa Dewi! ibu mau aku gila? Hah???” bentak Mas Angga. Ibunya nampak terkejut. Bukan hanya ibu tapi kami semua di sini terkejut melihat tingkah Mas Angga kepada ibunya. Tak seperti biasanya. Dia terlihat benar-benar marah. “Kamu sudah kelewatan Angga. Berani-beraninya kamu bentak ibumu?” sungut Ibu. “Ibu yang sudah kelewatan!!!” bentak Mas Angga lagi. Badanku ter
Read more

Bab 34

“Heran dengan gaya ngeyelnya Bu Intan!” ucap Tante Tika memulai pembicaraan. Kami ada di dalam mobil sekarang. Aku duduk di belakang. Tante Tika di depan dekat sopir. Om Heru yang mengemudi. “Iya, sama. Papa juga heran!” jawab Om Heru. “Maunya menang sendiri. Terpojokpun, seakan ingin terlihat tak terpojok.” Ucap Tante Tika. “Kamu gimana, Wi? Kasihan nggak, lihat mantan mertuamu itu masuk penjara?” tanya Tante Tika, seakan ingin mengetahui reaksiku. Karena dari tadi aku memang diam. Kutarik nafasku kuat dan melepaskannya pelan. Terasa sesak dadaku. “Dewi, sebenarnya kasihan juga dengan Ibu. Kasihan juga dengan Mas Angga. Tapi Ibu juga sudah kelewatan. Dewi pasrah aja sama Om dan Tante,” jawabku. otakku lagi tak bisa berfikir jernih. Memikirkan senyum getir Rama, saat melihatku di peluk Mas Angga tadi, juga membuat konsentrasiku terpecah. Uca
Read more

Bab 35

POV Ibu Hari ini rasanya darah tinggi kumat, pusing kepalaku mendengar ocehan Bu Tika. Seandainya nggak ada dia, aku akan semakin leluasa manfaatin Dewi. Semenjak ada dia, semua rencanaku berantakan. Dewi juga, ngapain ngajak mereka tinggal serumah? Bikin aku nggak bisa leluasa bergerak.  Mereka mau ngelaporin aku ke polisi? Aku yakin mereka cuma menggertak saja. Dewi juga nggak bekal tega ngelaporin aku. Dia pasti akan menyesal telah menggugat anakku Angga, yang gantengnya kayak waktu mudanya Anjas Mara. Semuanya menyebalkan. Tak ada yang bisa mengerti aku. Angga juga sudah tak seide lagi denganku. Entahlah, semua orang serasa membantah dan ingin menggagalkan semua rencana cantik yang sudah aku susun. “Intan, aku tak bisa menikahimu, aku belum siap untuk menikah? Aku masih terlalu muda untuk menikah. Aku harap kamu bisa mengerti, lagian kamu juga tidak ha
Read more

Bab 36

“Wi, sarapan dulu!” Teriak Tante Tika dari lantai satu. Tak aku hiraukan. Aku merasa sangat pusing dan badanku terasa sangat dingin. Sudah menggunakan jaket dan selimut, aku masih merasa sangat kedinginan. Menggigil. “Dewi, sayang!!! Sarapan dulu!!!” teriak Tante Tika lagi. Rasanya ingin menjawab, tapi berat. Biarlah kalau Tante Tika penasaran, pasti akan naik ke kamarku. Cobaan akhir-akhir ini, sangat menguras konsentrasiku. Ingin cuek tapi tak bisa. Tetap kefikiran. Kreekkkk. Terdengar suara pintu kamarku terbuka. Langkah kaki juga terdengar mendekat. Aku masih bersembunyi di dalam selimut, untuk menghangatkan tubuhku. “Wi, sarapan dulu sayang!!!” ucap Tante Tika pelan membuka selimutku. Mataku masih terpejam. Tak sanggup membukanya, karena semuanya terasa berputar. Semakin membuat mual. “Astaga!!! Pucat sekali kamu, Wi!!!” ucap Tante Tika terkejut ke
Read more

Bab 37

POV Angga Rasanya capek setiap hari berantem dengan ibu. Aku nggak tahu lagi, bagaimana bisa membujuk Ibu agar mau meminta maaf dengan Dewi dan keluarganya. Ibu memang sudah keterlaluan. Siapa yang akan terima jika di tuduh menggunakan susuk dan guna-guna. Wajar jika Dewi akan melaporkan ibu ke penjara. Aku harus bagaimana? Sebagai anak, aku juga nggak rela kalau melihat ibunya akan mendekam dibalik jeruji besi. Tapi ibu susah di bilangin. Apalagi dengan kondisiku sekarang, aku tak bisa berkutik. Tok tok tok  Telingaku mendengar suara ketukan pintu. Aku beranjak dan melangkah menuju asal suara. Ketika pintu terbuka, mataku terbelalak melihat dua orang menggunakan seragam polisi. “Maaf mengganggu, benar ini kediaman Ibu Ratu Intan Mulia?” tanya salah satu Polisi itu. Seketika jantungku terasa berhenti berdetak. Ternyata, Om Heru tak main-main dengan ucapannya.  
Read more

Bab 38

“Gimana kabarmu, Wi?” tanya Rama yang sudah berada di kamarku bersama Mila, Tante Tika dan Om Heru. “Sudah mendingan, tinggal lemesnya aja!” jawabku duduk di tepian ranjang dengan punggung menyandar. Kulihat Mila sedang di gendong Tante Tika. Dia tersenyum manis padaku. Ku membalas senyuman itu, terasa tenang hatiku melihat senyuman Mila. “Maaf, ya, kalau tiba-tiba ke sini, karena Mila rewel pengen ketemu Tante Dewi katanya, nomor kamu nggak aktiv,” ucap Rama. Aku melipat kening, menyadari kalau gawaiku tak pernah aku cas selama sakit ini. “Owh, iya ya? Nggak mikirin Hp, Ram. Jadi nggak aku cas Hpnya,” jawabku. “Namanya juga sakit, pasti nggak kefikiran Hp,” jawab Rama dengan senyum manisnya.  “Iya, Ram. Tensi darahku rendah. Jadi kemarin itu lihat apa-apa muter semua, akhirnya berujung pusing dan mual,”
Read more

Bab 39

POV Ibu Hatiku berdegub tak menentu, melihat dua orang berseragam polisi itu. Aku tak mau mati di dalam penjara. Kurang ajar Pak Heru. Ternyata dia, tak main-main dengan ucapannya. Tunggu pembalasanku! Yang terpenting sekarang, aku harus menyelamatkan diri dulu.  Dengan langkah bergetar aku melalui jalan tikus yang jarang di lalui orang. Sepi, tapi tak ada pilihan. Nafasku tersengal-sengal. Capek, haus dan lapar. Matahari sudah berada di atas kepala, sebentar lagi akan lengser. Aku belum makan sama sekali. Perut terasa perih dan tidak membawa uang. Sedangkan belanja tadi aja, aku hutang sama Mang Udin. Mana belanjaannya jatuh lagi. Arrgghh, sial banget nasibku. Aku berjalan sudah cukup jauh. Kaki terasa lemas. Aku memilih duduk dibawah pohon rindang. Karena matahari lagi sangat menyengat.  Aku mengedarkan pandang, berharap menemukan makanan atau minuman untuk mengaliri tenggorakanku yang ke
Read more

Bab 40

Kesehatanku sudah semakin membaik. Tapi, masih rutin mengkonsumsi obat dari dokter kemarin. Dua nama yang mengganggu fikiranku sekarang. Rama dan Ibu. Nggak tahu kenapa aku kepikiran Ibu. Mas Angga kemarin mengabarkan kalau Ibu kabur, karena takut melihat polisi yang mengantarkan surat panggilan. Ibu kabur kemana? Dia tak punya banyak kenalan di sini. Apa ibu pulang kampung? Rama. Kalau dia ingin melamar dan menikahi Rizka, kenapa dia selama ini memberi harapan palsu padaku? Bahkan sampai menggunakan fotoku di walpaper gawainya. Dia juga sering mengirimkan emotikon love padaku. Ah, entahlah. Yang jelas, aura kecantikan Rizka memang menggoda walau dia lagi depresi. Kalau dia tak depresi, pasti lebih sangat cantik sekali. Hari ini Om Heru dan Rama sedang mendatangi rumah ibunya Rizka. Mengabarkan kondisi Rizka dan membawanya ke sini. Kalau sudah ketemu Ibunya Rizka, berarti tak lama lagi Rama akan melamar Rizka. Sakit sekali membayangkannya.
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status