All Chapters of Stuck In H2SO4 : Chapter 21 - Chapter 30
56 Chapters
Bab 20 : Keruh
Pagi buta bunyi ketukan teratur terdengar dari pintu langsung disambut Himawan. “Waduh Kapten Arian tepat waktu sekali ya,”ucap Himawan. “Yah kalo ngga tepat waktu ngga mungkin dinaikkan pangkatnya jadi Kapten,”ucapku mengambil hormat pada Arian sebelum menyalami Himawan. “Bisa aja kamu Sya. Pak saya izin undur diri mengantar Dek Rafsya,”ucap Arian menyalami Himawan. “Siap Kapten,”ucap Himawan membuatku terkekeh geli. “Ayo sweet girl. Hari ini karena aku mau ke kampus ngantar kamu dan itu macet kalo bawa mobil makanya aku bawa motor ini aja,”ucap Arian menunjukkan motor apa ya lupa aku namanya. Yang jelas biasanya di pakai naik gunung. “Asik naik motor,”ucapku semangat. “Nah maaf ya Bos KPC. Ngga bisa pakai mobil pasti nanti panas,”ucap Arian melajukan motornya. “Ngga gitu ish,”ucapku sebal. “Oke oke. Berarti sudah sembuh dari mukanya,&rdquo
Read more
Bab 21 : Sayyidah Aisyah & Khajidah
"Permisi,”ucap seorang laki-laki dengan jaket bertuliskan Akademi militer mengetuk kaca bening klinik kesehatan kampus. “Sok kayak Yoo Si Jin ya Mas,”tanyaku melihatnya memakai topi dan kacamata hitam.“Salah terus Dek. Kamu sakit?,”tanya Arian. “Ngga. Tuh Syarifah,”ucapku menunjuk dengan mata. “Ini nah yang dicari sama komandan. Sudah lama aku cari info kemana dia pergi,”ucap Arian membuatku terlonjak bersama Nadine.“Ngga bercanda please,”ucapku. “Iya nah. Kok bisa dicari komandan mu?,”tanya Nadine. “Bentar aku hubungi Ashley sama komandan ku dulu,”ucapku ngga paham. “Kamu ngga tau Din?,”tanyaku. “Heh mentang-mentang aku temen kuliah nya bukan juga aku tau sampai sekarang.Masih waras aku,”ucap Nadine membuatku tergelak. “Dia ini siapa sih Mas,”tanyaku tak tahan lagi seusai dirinya selesai
Read more
Bab 22 : Rumah Baru
Musik dari Spotify yang terputar hanya membuat ku termangu melihat pemandangan indah di balik jendela. Mata ku yang membengkak hanya bertambah parah saja. Bukankah aku seharusnya sudah siap dengan kondisi ini?Kamu memang ngga pantas untuk seorang Fatih yang begitu idaman. Tapi pedihnya andai dari awal nikah aku di cuekin mungkin aku ngga akan sampai yakin hubungan ku berhasil. Harusnya harusnya. Hanya kata itu yang terlintas di benak ku setiap hari. Untuk apa juga dia disini, katanya di rumah Bapak. Dengan begini setiap hari akan selalu di isi dengan Fatih dan Fatih saja."Apa yang kamu sedihkan?,"tanya Fatih saat melihatku membawa sebelah sendok di mata. "Mata panda khas mahasiswa pak,"ucapku jelas berbohong. Siapa yang ngga akan menangis jika saja kalian di beri tau alasan suami kalian masih belum bisa lepas dari masa lalu nya? "Arian menyakiti mu?,"tanya Fatih membuatku tambah muak."Arian saja terus,"ucapku berlalu me
Read more
Bab 23 : Tersingkap
"Saya rasa kami memang ngga punya hak atas masalah internal kalian. Hanya saja kalian juga bagian dari jurusan. Dengan meninggalkan tanpa kalimat lain bisa jadi hanya sebuah miss komunikasi.Makanya kita perlu diskusikan,”ucap Kiran mendudukkan ku tepat di depan Fatih yang menatapku enggan. “Bisa dimulai dari Pak Fatih dulu mungkin,”ucap Nadia. “Bu Nadia saya rasa Anda terlalu memojokkan saya dalam setiap situasi yang menyangkut Rafsya.Baik itu menikahinya maupun hari setelah saya urus perceraian denganya,”ucap Fatih membuatku tercenung. Apa benar dia memang sebenci itu dengan ku?. “Tunggu. Harap jangan ada emosi dulu disini,”ucap Kiran menengahi. “Bu saya boleh bertanya,”tanyaku mengangkat tangan di angguki.“Bapak nikahi saya atas dasar tanggung jawab karena paksaan atau ikhlas,”tanyaku takut-takut begitu tau faktan
Read more
Bab 24 : Flight with anniversary
Fatih POVBukti yang terdengar nyata terlantun begitu saja dari bibirnya. "Terimakasih Pak Bu. Saya izin undur diri,"ucapku menutup pintu ruangan ku sembari mengusap wajahku kasar. Rasanya lega membuat Rafsya benar-benar membenci ku. Hanya saja semua fakta itu hanya semakin membuatku tidak tau apa gunanya diriku sebagai suami. Bahkan melindungi seorang gadis saja tidak mampu ku lakukan.Catatan sebanyak itu di usia nya yang masih belia tidak bisa ku bayangkan betapa jatuhnya mentalnya dan bodohnya aku malah menambah bukan mengurangi. "Pak,"ucap Lewis mengetuk pintu pelan membuatku mendongak. Tepukan di pundak cukup sebagai apa yang ingin dirinya katakan. "Bagaimana rasanya Pak? Mungkin berat sekali.Tapi apa bapak memang sebelumnya nggak pernah bertanya masa lalu Rafsya?,"tanya Lewis ku gelengkan pelan. "Saya memang terlalu lalai Pak,"ucapku tersenyum lega sekaligus berat. Akhirnya gadis itu akan
Read more
Bab 25 : Gadis Cantik
“Kak ngapain lagi ke bandara,”tanyaku. Pasalnya dengan badan habis dari lab bau khas bahan kimia malah di ajak ke bandara. Tempat orang biasa ditemukan kinclong dari ujung kaki sampai ujung rambut. “Wah wah. Jadi sekarang sudah pintar pacaran,”ucap suara bariton membuatku bergidik ngeri. “Nah itu dia. Rama,”ucap Arian menarikku mendekati sumber suara. “Sudah pintar gandeng cewek ya sekarang,”ucap Adimas berkacak pinggang.“Bukan gitu Rama,”ucap Arian. “Katanya ngga mau sama anaknya Bos KPC. Tapi tetep juga di gandeng,”ucap Adimas. “Beda konsep Rama,”ucap Arian. “Sudah-sudah. Rama ngga percaya Le. Nduk putrinya Mahardika,”ucap Adimas ku salami.“Iya Pak,”ucapku tersenyum lembut. “Dasar sok muda cari ya
Read more
Bab 26 : Menulis Kembali
FATIH POVTau rasanya penyesalan. Aku sudah siap di maki kapan pun semua orang mau. Dan bodoh sekali rasanya jika aku mengatakan menyesal atas pilihan ku. Obsesi buruk Syarifah terhadap ku terpampang nyata di pengadilan hanya membuatku mati rasa. Ralat aku sebenarnya sudah sadar semenjak di auditorium. Hanya semua terlalu gamblang jika langsung ku ucapkan. Apalagi bait nya yang mengatakan penyesalan di akhir menutup paripurna kisah ku.Bodoh sekali rasanya hingga saat ini aku masih belum bisa memaafkan diri ku. Gadis yang biasanya melompat kesana kemari hanya bisa ku lihat dari jauh saja. Rafsya Anitya, begitu mempesona dan sayangnya karena kebodohan ku juga yang membuat kehilangan dirinya. Semenjak kejadian di kampus, aku hanya bisa melihatnya dan mengikuti dari belakang saat dirinya tengah sendiri. Aku memang laki-laki ngga berguna, ku akui itu bahkan sekalipun semua orang memaki ku habis-habisan memang salahku.
Read more
Bab 27 : Madrasah Ula
Sungguh apa aku terlalu terbiasa di kampus ada Fatih. Bahkan saat memasuki jurusan terngiang pria itu berjalan ke sana kemari. Akh Rafsya sudahlah. Dia mantan suami mu sekarang. "Kangen Pak Fatih ya,"ucap Michael membersamai ku. "Sok tau nya,"ucapku. "Jujur aja Sya. Kayak sama siapa aja. Mungkin semua orang menyalahkan Pak Fatih.Hanya saja melihat kamu juga sudah melepas Pak Fatih dengan ikhlas maka ku harap itu ngga menggeser apapun dari perasaan mu ke Kapten Arian,"ucap Michael mengajakku duduk di teras jurusan. "Apalagi?,"tanyaku. "Janji dulu,"ucap Michael. "Iya deh janji,"ucapku."Kamu mungkin berpikir Pak Fatih begini begitu. Jujur aku merasa miris dengan Pak Fatih. Mungkin dia memukulmu tanpa sengaja. Tapi kamu nggak tau karena itu dia harus membayar harga mahal dengan melepaskan mu. Kamu mungkin selama ini selalu berpikir Pak Fatih ngga peduli. Padahal tanpa kamu tau itu semua hanya kedok.Apalagi kalau kamu tau ya
Read more
Bab 28 : Titik Temu
Hujan rintik-rintik membuatku kian meringkuk di bawah selimut. Apalagi hari ini hari minggu. No laporan, no konsul, no kuliah, no praktikum, no tugas. Nikmat Tuhan mu yang manalagi yang kamu dustakan? “KAKAK BANGUN!!!????,”ucap Amayra dengan suara cemprengnya membuatku langsung bangkit. “Allahuakbar. Kenapa Ay? Ini hari minggu Ay. Hari seorang Rafsya Anitya tidur nyenyak,”ucapku menatapnya heran. Mau kemana dia dengan pakaian serapi itu. “Kak temani ke mall ya,”ucap Amayra sontak membuatku kembali berguling di atas kasur. “Aku malas naik motor Ay,”ucapku. “Ngga naik motor ih. Hari ini kita naik mobil aja,”ucap Amayra membuat ku segera bangkit. “Bentar,”ucapku gesit berganti pakaian. “Kakak dulu waktu berhijab memang di suruh,”tanya Amayra melihatku memakai pasmina. “Ngga. Aku dulu gara-gara sekolah dan baru bener-bener ya sewajarnya
Read more
Bab 29 : Tifus Periodik
Makan malam kali ini terasa berbeda. Besok saatnya diri ku dibawa pulang orang tua ku. Meja makan pun sudah terisi dengan Fatih yang tengah fokus dengan makanannya. "Fat kamu jadi ngga bisa datang untuk acaranya Rafsya,"tanya Himawan memecahkan keheningan. "Sepertinya gitu Yah. Universitas memulai pembelajaran di dua hari setelahnya. Mungkin bisa ikut di malam harinya sebelum akad,"ucap Fatih. Sungguh sangat disayangkan Fatih tidak bisa hadir, tapi jika kehadiran nya hanya membuat luka untuknya akan lebih baik tidak usah. Beberapa dari kalian  mungkin bertanya mengapa masa iddah ku jauh lebih cepat. Justru aku tidak memiliki masa iddah karena Fatih sama sekali tidak pernah menyentuh ku. "Habis ini rumah jadi sepi Bun,"ucap Amayra malah menitikkan air mata. "Loh Ay?,"ucapku melihatnya berlalu meninggalkan meja makan. "Sudah ngga papa. Amayra mungkin lagi lelah aja,"ucap Aini menyentuh tangan ku meyakinkan. Sembari melanjutkan makan, piki
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status