All Chapters of Deadline Cinta Akira: Chapter 31 - Chapter 40
58 Chapters
Part31. Gayung Bersambut
Part31. Gayung Bersambut              "Kamu masih ingat dengan Akira?" tanya Ramdan.             "Akira?  bentar -bentar ... Oh wartawan berjilbab yang sering liputan kriminal itu? ingat dong. Kenapa? apa kamu menyukai gadis itu?" tanya Seno.           "Iya. Tapi ... apa aku pantas untuknya ya?" ucapnya ragu.           "Yah ... coba saja dulu. Menurutku dia gadis yang baik. Sepertinya cocok untuk kamu, Dan. Aku cukup mengenal gadis itu," ucapnya.             "Beberapa kali bertemu ia tak pernah mau bersentuhan dengan lawan jenis. Selain itu, dia juga cantik, nggak jauh beda dengan Merlyn, kan? Tapi ini lebih baik. Bagaimana, apa perlu aku bantu sampaikan?" tanya Seno bersemangat.            "Eh jangan. Biar aku saja ya
Read more
Part32. Backstreet
Part32. Backstreet            Akira merasa bingung bercampur khawatir, bila hubungan mereka diketahui oleh Edy. Ia tahu pria itu masih marah padanya lantaran cinta yang ia tolak berkali-kali.           "Bagaimana kalau untuk sementara masalah ini kita rahasiakan dulu, Pak?" tanya Akira ragu.           "Mengapa harus dirahasiakan? pada akhirnya semua orang akan tahu, kan. Termasuk Edy," ucap Ramdan tak setuju.           Ia bahkan berniat ingin mengumumkan kepada seluruh karyawan, rencana untuk menikahi gadis di depannya. Kenapa harus disembunyikan? baginya urusan Edy tak menjadi masalah. Toh Akira sudah memilihnya.  Akan tetapi Akira bersikeras merahasiakan hubungan mereka. Akhirnya Ramdan mengalah dan berjanji bertemu kembali di luar jam kerja.          
Read more
Part33.Dinner
Part 33.  Dinner Time           Setelah melaksanakan solat magrib, Akira tertegun si depan cermin lemari pakaiannya. Menatap penampilannya malam ini. Berbeda dari hari-hari biasanya, kali ini ia mengenakan baju gamis berwarna biru muda dengan jilbab senada. Lalu memoleskan bedak tipis ke pipi dan lipgloss merah muda di bibir.            Jantungnya berdegub kencang, perasaannya bercampur antara rasa senang dan khawatir, karena pria yang akhir-akhir ini banyak mengisi hari-harinya akan menjemput dan mengajak ke suatu tempat. Ini pertama kalinya ia mau memenuhi ajakan seseorang lelaki untuk keluar malam, di luar jam kerja. Karena itu ia meminta Meta menemaninya.            "Kira-kira diajak jalan kemana ya?" pikir Akira.             Sambil menunggu Ramdan menjemput, Akira menghubungi kakaknya-Sari. Ingin mengabarkan soa
Read more
Part34. Sakit hati
Part 34 Sakit Hati Satu Jam Sebelumnya            Sore itu, Edy sengaja pulang lebih awal dari tempatnya bekerja. Sebab, pria itu berencana ingin menemui Akira di kos, sambil membawakan makanan favorit gadis berhijab itu. Dia pun berharap Akira mau memaafkan atas tingkah lakunya yang kurang baik belakangan ini.           Pria itu kemudian melajukan kendaraannya sambil membayangkan Akira akan senang dengan hadiah yang dibawakannya. Namun saat tiba di persimpangan, Edy mendapati sebuah Pajero Hitam metalik masuk menuju kos Akira. Ya, tak salah lagi, kendaraan itu adalah milik Ramdan, pimpinannya di perusahaan. Seketika pikiran Edy berkecamuk. Perlahan pria itu kemudian menepikan kendaraan dari kejauhan sambil mengamati yang sedang terjadi.            "Lho ngapain Ramdan ke kos Akira. Bukannya ini sudah di luar jam kerja?" tanyanya dalam ha
Read more
Part35. Disekap
 Part 35. Disekap           Pagi itu, Akira berencana meliput sebuah berita feature. Di sebuah kampung yang terletak sekitar beberapa meter dari kota. Dari informasi yang ia terima ada seorang warga diduga gila sedang dipasung karena kerap mengamuk dan melukai warga sekitar. Akan tetapi orangtua dari pemuda itu tak rela bila anaknya dipasung.            "Berita bagus ini," pikir Akira.            Tak seperti biasa, kali ini Akira memutuskan berangkat seorang diri. Sebab, Meta dan Bimo sedang meliput berita lain. Mengendarai sepeda motor kesayangannya, gadis itu dengan semangat mencari alamat sesuai pesan singkat yang diterimanya.           Cukup sulit menemukan lokasi rumah tersebut. Apalagi beberapa warga yang ia tanya tak mengetahui alamat tersebut. Sampai akhirnya, gadis itu berhenti di depan sebuah rumah bercat hijau m
Read more
Part36. Kabur
Part 36. Kabur         "Cepat buka pintunya! Atau kami dobrak!" teriak seseorang di luar kamar mandi.         Akira terkejut, ketahuan! Jantungnya berpacu dengan sangat cepat, hanya ini kesempatannya untuk melarikan diri. Ia melihat ke bawah lagi, lalu  Bismillah.          Hupp!           Akhirnya gadis itu meloncat, kakinya mendarat tak sempurna diantara belukar berduri.          "Aduh, sakit!" lirihnya.          Tak berlama-lama menikmati rasa sakitnya. Akira langsung berdiri dan mencari-cari arah menuju jalan utama. Ia harus menemukan orang untuk menolongnya. Dengan napas memburu gadis itu terus berlari ke jalan raya. Sayup-sayup terdengar suara gedoran pintu yang semakin keras sepertinya mereka berhasil mendobrak pintu. 
Read more
Part 37. Luka
          Lelaki itu terhempas jatuh ke lantai dan menggeram marah mendapat perlawanan dari Akira. Mencoba bangkit namun gadis itu kini meraih sendok yang ada di dekatnya. Entah apa fungsi benda itu sekarang. Namun Akira tetap menodongkannya ke arah Edy.          "Jangan mendekat! atau sendok ini bisa membuatmu buta!" geramnya marah.          Menyaksikan itu, Edy hanya tertawa dan kembali mendekati Akira yang kini beringsut mundur. Ia ingin melepaskan jeratan di kaki namun Edy masih terus mengawasinya.            "Apa kamu mau menyerangku pakai benda itu. Sudahlah menyerah saja," kata Edy meremehkan.          Dengan mata berkilat marah, lelaki itu bergerak ingin meraih sendok yang ada si tangan Akira. Namun dengan gesit gadis itu menyarangkan benda itu ke wajah Edy. 
Read more
PART 38 Buat Jejak
                "Setidaknya akan ada yang melihat jejak ini," pikirnya.               Ia berdoa semoga orang-orang di depannya tidak menyadari apa yang ia perbuat di belakang. Ada 3 kaleng cat ia buka dan tumpahkan semua isinya. Berharap ada pengendara yang menyadari keanehan ini.            Sambil sesekali mengintip ke luar. Ternyata kendaraan mulai memasuki jalan utama, hatinya semakin berharap ada yang memperhatikan cat yang tumpah di mobil ini.            Tiba-tiba dirasakan perlahan mobil bergerak lambat dan kini berhenti. Menajamkan pandangan mengintip ke luar, ternyata mereka sedang berada di pinggir sebuah kantor pemerintahan. Saat itu masih pagi jam kerja, seharusnya banyak orang di bangunan itu. Tak lama Edy membuka mobil dan keluar dari kursinya.         &
Read more
Part 39. Lapor Polisi
                    Ramdan menghela napas panjang, berkali-kali ia menghubungi nomor ponsel Akira namun tak ada jawaban.            "Kemana kamu Akira?" gumamnya gelisah.            "Apa benar dia ada masalah dengan keluarganya sehingga ia tak mau menerima telpon dariku?" pikir Ramdan.            Ramdan mencoba mengingat apakah dirinya  berbuat salah? tetapi rasanya tidak ada. Terakhir bertemu mereka baik-baik saja. Akira juga terlihat bahagia, ia bahkan dengan antusias menanyakan kapan akan menghubungi orang tuanya.            "Tapi kemana gadis itu? lebih baik aku coba hubungi Meta," ucapnya gelisah.            Lelaki itu pun mencari kontak Meta  sahabat Akira. Lalu beberapa detik kemudian mereka pun terhubu
Read more
Part 40. Nyaris Ternoda
Part 40. Nyaris Ternoda                Waktu sudah menunjukan pukul 23.30. Namun, Ramdan tak kunjung meninggalkan kantor. Sementara Edy yang menyaksikan kesibukan Ramdan dalam hati merasa menang. Karena rencananya telah berhasil untuk membalaskan sakit hatinya.            "Rasakan ini balasannya untuk mu bos. Dan sebentar lagi, kamu akan kehilangan gadis yang kamu impikan itu. Karena dia akan jadi milikku," gumam Edy sambil tersenyum dengan penuh kemenangan.              Rupanya, ekspresi wajah Edy menjadi perhatian Bimo yang saat itu hendak berpamitan pulang. Lantas pria jangkung itu pun menegurnya.               "Mas-mas, kenapa senyum-senyum sendiri? Nggak baik lho, udah malam," sapa Bimo sembari pamit pulang lebih dulu.                "Husss .
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status