All Chapters of Gadis Penari Sang Presdir: Chapter 71 - Chapter 80
298 Chapters
71. Mencumbumu
“Sebelumnya aku mau bicara,” kata Sahara.   Ini lebih buruk daripada kata-kata manis. Bagi Roy, lebih berbahaya saat wanita ingin bicara. Entah kenapa itu membuat kuduk lebih meremang ketimbang ditodongkan sebuah senjata di mulutnya. Kenapa wanita tidak bisa membiarkan tindakan saja yang bicara?   Andai saja dia bisa mengatakan hal itu pada Sahara. Oh, tidak. Dia tak boleh mengacaukan suasana. Dia sedang menggendong gadis itu menuju kamarnya.   “Apa yang mau dibicarakan?” tanya Roy.   Mereka telah tiba di kaki tangga. Sahara menyelipkan segumpal rambutnya ke belakang telinga. Dia merasakan detak jantung Roy di dekat telinganya. Suara napas laki-laki itu menghela kasar ketika mulai menaiki tangga.   “Aku bertanya sekali lagi, apa yang ingin kamu katakan? Apa kamu mau mengakui kalau sekarang sudah mencintaiku?” tanya Roy. “Kamu mungkin bisa berbohong dengan berkali-kali mengatakan
Read more
72. Menginginkanmu
“Rara, kamu terlalu cantik sampai menyakitkan hatiku. Dan sekarang, sepertinya aku sudah menyakiti diriku sendiri.” Roy membelai pipi Sahara. “Kamu sangat wangi ….” Mata Roy terpejam, membenamkan jarinya semakin dalam.   Sahara mengerang dan menelengkan kepalanya. Menelan ludah dengan susah payah. Sekarang dia malah terlena dan menikmati tiap sentuhan Roy. Tak sadar Sahara merintih. Jemari Roy menyusur semakin dalam dan menemukan celahnya untuk masuk. Membelai kelembutan miliknya yang sudah membengkak. Masuk satu inci, kemudian semakin dalam. Sahara merasakan sensasi yang penuh di dalam dirinya. Ibu jari Roy menemukan titik sensitif di sana, lalu mengitarinya dengan nakal. Belaian pada bagian terkecil itu dalam waktu singkat membuat Sahara bergerak gaduh. Dia menggerakkan pinggulnya menyambut tiap gerakan jari Roy. Dia semakin menyukai cara telapak tangan Roy menyentuh ringan kewanitaannya.   “Kamu menyukainya?” tanya Roy dengan lembut. “Kam
Read more
73. Kamu Semakin Cantik
Remang cahaya kamar tak membuat pandangan Sahara mengabur. Dia bisa melihat dengan jelas Roy berjalan dengan balutan handuk yang tersangkut di pinggulnya, menyeberang dari kamar mandi menuju lemari besar yang menyatu dengan dinding. Sahara berbaring menyamping dengan dua tangannya di bawah kepala sebagai penumpu. Memandang sosok tegap Roy dengan seksama. Mereka baru saja mandi bersama. Roy mengangkatnya lebih dulu dari bath tub dan membiarkannya berpakaian lebih dulu. Sementara pria itu sepertinya membutuhkan waktu sedikit lebih lama di kamar mandi. Setelah mengakui perasaannya, Sahara memutuskan untuk masa bodoh dengan penilaian Roy. Mustahil untuk tidak jatuh cinta, pikirnya. Dia membenci pria itu, tapi dia juga menyukai semua perlakuan Roy padanya. Selain mengigau menyebut nama perempuan lain dan selipan foto di dalam buku, sikap Roy sangat sempurna. Roy melepaskan handuknya di depan kaca tinggi yang memantulkan bayangan dengan j
Read more
74. Permainan Sebenarnya
Teriakan Thomas memang sempat membuat Edward terdiam sedetik, tapi detik berikutnya dia bergegas memungut tablet yang membentur jendela. Tablet itu masih utuh karena hanya sudutnya yang menghantam kaca tebal. Sejenak matanya terpekur memandang berita yang disodorkan Jamie. Sekretaris Thomas itu sekarang berdiri meremas tangannya dengan tubuh bergetar. “Jadi hotel itu dibeli oleh Smith … semua perusahaan kecil yang menawar hotel itu juga pasti miliknya. Sudah telanjur, Thomas. Dia tidak merampas itu dengan gratis darimu. Dia mengeluarkan uang meski … tidak banyak. Sekarang kau tinggal menjaga apa yang menjadi milikmu. Keluargamu, Thomas. Istri dan anak-anakmu. Kau harusnya merasa beruntung karena si Smith hanya mengganggumu dalam soal bisnis. Dia tak menyentuh anak-anakmu, apalagi istrimu. Bayangkan kalau istrimu dan keluarganya mengetahui apa yang sudah kau lakukan selama ini.” Edward menyodorkan tablet ke tangan Ja
Read more
75. Lamunanku
Sahara masuk ke ruang makan dengan perasaan sedikit malu pada pegawai Roy. Terutama Rini. Karena mereka sesama wanita, Rini pasti paling mengerti apa yang dirasakannya. Rini mungkin menganggap dia gadis bodoh dan plin-plan yang mudah takluk pada Roy. Di lain sisi, setiap kesal pada Roy, dia juga tak mau merepotkan banyak orang, terlebih pegawai Roy. Mengingat Roy yang sepertinya memiliki mood yang gampang berubah tiap saat.   Sahara jatuh cinta pada Roy. Tapi dia juga tidak mau buta. Banyak sekali pertanyaannya yang belum bisa dijawab oleh pria itu. Roy sering mengalihkan pembicaraan tiap dia bertanya hal-hal serius. Soal sosok seseorang yang dicintai Roy di masa lalu, memang menyakitkannya. Tapi kalau Roy mau lebih terbuka, dia mungkin akan merasa lebih dihargai. Sayangnya, Roy selalu berbohong dan kerap marah. Hal itu membuatnya sakit hati. Tak apa kalau Roy tak mau jujur padanya. Dia akan mencari tau sendiri. Jadi, untuk sekarang Sahara memutuskan untuk bersi
Read more
76. Kejutan Untukku
Sesaat Irma berdiri mengawasi alat komunikasi yang digunakan Roy. Setelah memastikan percakapan itu berjalan lancar, dia meninggalkan atasannya sendiri. Roy adalah sahabatnya sejak kecil. Mereka seumuran dan keluarga mereka hidup berdampingan cukup lama. Tiga tahun Roy di Brasil, pria itu memintanya kembali mendirikan perusahaan di Indonesia. Dan Irma mengabdikan diri sebagai orang yang memegang kendali penuh terhadap perusahaan Roy selama pria itu belum kembali. Semua itu dilakukannya karena dia mencintai Roy sejak lama. Jauh sebelum seorang wanita bernama Shelly masuk ke dalam hidup pria itu. Irma ada dalam hampir setiap fase kehidupan Roy. Mendampingi dengan setia tanpa pernah berani menyatakan perasaannya. Dan kemungkinan besar, Irma memutuskan akan menyimpan perasaan itu selamanya. Roy pasti tahu akan hal itu. Dan melihat Roy tidak pernah membahas soal kehidupan pribadi padanya, Irma sadar kalau Roy hanya mengingink
Read more
77. Memulai Kesadaran
Setelah Roy pergi, Irma bangkit dari kursi dan masuk ke ruangan atasannya. Ia memutari ruangan itu, mengamati segala benda yang terletak di sana. Apa yang membuat Roy membatalkan janji rapat penting untuk kembali ke rumah. Secara singkat, Irma mengetahui penyebab atasannya pulang pasti berkaitan dengan istrinya. Tapi, Roy tak pernah terlihat sangat panik seperti itu. Irma memandang apakah ada perubahan pada ruangan Roy. Lalu mata Irma tertuju pada letak tong sampah di sebelah meja Roy yang sedikit bergeser. Dia berjalan mendekati tong sampah dan menekan pijakannya dengan ujung sepatu. Irma memungut selembar foto dan melihatnya. Foto Roy dan Shelly. "Ternyata benar dugaanku. Kau masih menyimpan salah satu fotonya." Irma menggenggam foto itu dan membawanya keluar. Lima tahun yang lalu saat Roy mengganti dokternya, Irma diminta dokter itu memastikan bahwa Roy tak ada lagi menyimpan apa pun yang berkaitan dengan Shelly.
Read more
78. Menaklukkan Hatiku Sendiri
“Tapi foto itu memang sudah kubuang,” ucap Roy. Alisnya bertaut memandang Sahara. Bagaimana cara membuat gadis muda di depannya percaya? Apa dia harus meminta Irma kembali mencari foto itu? Apa Sahara merasa perlu memusnahkan foto itu sendiri? Tak mungkin, pikirnya. Dia sudah bertahun-tahun mengatakan pada Irma kalau dia sama sekali tak ada menyimpan apa pun yang berkaitan dengan Shelly. Meminta Irma mencarinya lagi akan membuat sekretarisnya itu melontarkan tatapan penuh cemooh padanya. “Sudahlah. Makan itu dulu. Ini pertama kali aku masak,” ucap Sahara, menunjuk mangkok yang baru diletakkannya. “Oke—oke, aku makan sekarang. Kamu duduk di sini,” pinta Roy, menarik kursi tinggi di dekatnya dan menuntun tangan Sahara agar duduk. Clara yang sedang membersihkan kompor dan peralatan bekas masak, berbalik menatap Roy. Namun ternyata Roy sadar akan hal itu. Dia men
Read more
79. Maafkan Aku
“Aku malu. Turunin.” Sahara menepuk bahu Roy. Tapi pria itu tak mempedulikannya. Terus berjalan menuruni tangga dan kembali naik menuju kamarnya di sisi depan rumah. Roy membuka pintu dengan bahu. Berjalan menuju ranjang dan meletakkan Sahara di sana. “Sudah sampai. Jadi aku turunkan.” Roy menghela napas dan merapikan jasnya. “Aku nggak ngambek, Om. Kadang-kadang aku perlu waktu sendiri," ujar Sahara. "Tunggu. Tenanglah duduk di sana sebentar.” Roy meraih ponselnya dari dalam saku jas. “Aku mau melihat email yang baru dikirimkan Novan.” Roy menggulir layar ponselnya. Menekuni foto-foto pernikahan yang dia juga sudah lupa seperti apa. Tak ada satu pun foto yang diambil di saat mereka tersenyum dan melihat kamera bersamaan. Salah satu foto terbaik yang bisa dicetak atau diberikannya pada Sahara adalah foto saat dia menyerahkan sebentuk cincin pada gadis i
Read more
80. Kisah Cinta Lainnya
Tok Tok Tok Novan mengetuk pintu kamar Rini yang terletak di bagian depan bangunan khusus penginapan pegawai. Rini muncul di ambang pintu dengan rol rambut menjuntai di atas bahunya. “Foto kemarin? Udah selesai?” tanya Novan, melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Rini. “Yang bilang kamu boleh masuk siapa?” tanya Rini pada kekasihnya. Dia kembali ke dalam dan kembali duduk di depan meja rias. “Jangan dingin banget. Aku kangen. Pak Roy sekarang lebih banyak diam. Ngomong ke aku cuma seperlunya aja. Kamu jangan ikutan kaya gitu.” Novan merebahkan tubuhnya di ranjang Rini. “Hari ini Sahara kuliah hari pertama. Gadis itu keliatan happy banget. Aku bisa bayangin perasaannya. Berminggu-minggu mengurung dirinya di bangunan depan dan sekarang akhirnya dia bakal punya kehidupan lagi.” Rini memandang Novan dari pantulan kaca cerminnya.
Read more
PREV
1
...
678910
...
30
DMCA.com Protection Status