Semua Bab Di Balik Skandal Suami: Bab 31 - Bab 40
92 Bab
Sosok Reza
 PoV DiandraAkhirnya jam makan siang telah tiba."Tit, kamu mau ke kantin sekarang?" tanyaku pada Tita yang masih duduk di kursinya."Aduh, kamu duluan aja ya, kamu enak udah beresin kerjaan kamu. Aku belum nih," jawab Tita meninggikan alis."Em ya sudah, aku ke bawah duluan, ya. Sekalian aku mau beli sesuatu. Makanya, jangan nyisir rambut sama ngaca terus. Tita, Tita.""Hiikh! Oke deh," jawab Tita kembali dengan kecut mesemnya.Yang lain sudah keluar duluan. Hanya tersisa aku dan Tita saja.Karena Tita berkata demikian akhirnya aku memutuskan untuk pergi lebih dulu. Ada sedikit urusan juga.Kini aku telah berjalan menuju lift untuk sampai di lantai dasar.Telah ku tekan tanda panah ke arah bawah. Namun pintu lift belum juga membuka karena ada orang lain yang sedang meng
Baca selengkapnya
Siapa Reza
 PoV DiandraKini aku dan Tita telah berjalan menuju meja resepsionis. Berniat menjenguk Bu Susanti yang sudah akan check out. Dan memang Bu Susanti sudah nampak disana bersam Mbak Siska. Seorang pria pula.Aku seperti mengenal sedikit sosok laki-laki yang sedang menggandeng Bu Susanti itu. Selain Mbak Susanti yang kami ketahui kalau dia adalah sekertaris Bu Direktur."Aduh, itu pasti anaknya Bu Susanti, dari belakang juga fisiknya udah oke banget!" celetuk Tita menggigit jarinya.Bibirku mengernyit.Tita terus menggusur langkahku supaya kami lebih cepat untuk menghampiri mereka.Satu langkah, dua langkah. Dan akhirnya Bu Susanti, Mbak Siska dan pria itu yang kata suster tadi, dia adalah anaknya, kini telah ada di depan mata kami. Mereka masih memunggungi kami di depan meja resepsionis rumah sakit.Kini kami memberan
Baca selengkapnya
Bab 33
PoV DiandraMalam ini setelah menidurkan Dona aku tak langsung ikut tidur dengannya. Kurapikan dulu pakaian yang baru tadi sore kuangkat dari jemuran. Di pikir-pikir lagi, daripada diam, lebih baik aku melicin pakaian. Toh baru pukul delapan ini! Kutoleh kembali Dona yang sudah tertidur pulas. Dia pasti sangat kangen dengan ayahnya. Biasanya dia dipeluk dan dirangkul penuh cinta sebelum tidur. Sembari kubacakan dongeng kancil dan buaya. Walaupun dia tak begitu mengerti. Tapi Dona mempunyai ketertarikan tersendiri pada cerita itu. Wajahku menatap sendu putri kecil yang sudah tertidur pulas dengan mata yang sedikit melek, seperti tak sedang tidur. Seket
Baca selengkapnya
34 Nasib Pahit
PoV 3Malam ini Dani sedang terpuruk. Benar-benar terpuruk dan tak pernah menyangka kalau ibu dan bapaknya bukanlah orangtua dia sebenarnya."Jadi itu alasan ibu dan bapak sejak dulu aku menikah selalu menuntut uang dariku? Ternyata ... ternyata aku bukanlah anak kandung mereka. Aaarrrkh!"Dani berteriak dan memukul-mukul tembok kamar dengan kerasnya. Tetesan air mata pilu dan kekecewaan telah terurai sejak satu jam yang lalu."Kenapa aku harus jadi anak angkat? Lalu siapa orangtua kandungku sebenarnya?" tangis teriak Dani.Kini dia bersender di dinding dan perlahan menjatuhkan seluruh tubuhnya dengan pasrah.Wajah tampan yang selalu ceria bila bersama Diandra dan Dona, kini tak terlihat lagi. Semua seakan sirna sudah.Dani memegangi kepalanya dan mengacak-acak rambutnya hingga semrawutan. Air mata yang terus berjatuhan dan teriakan
Baca selengkapnya
35 Dona, Dani, Diandra
 PoV Diandra"Assalamualaikum," sahut seseorang dari arah luar. Namun tak mengetuk pintu karena pintu memang tidak tertutup.Hari ini hari Minggu, jadi aku tak berangkat ke kantor. Saat ini aku sedang membersihkan rumah dari debu-debu yang beterbangan lalu menempel di setiap sudut rumah menggunakan kemoceng."Waalaikum salam!" Aku menjawab tanpa menoleh ke arah pintu.Deg! Seketika aku teringat.Suara yang aku dengar rasanya tak asing. Lalu seketika aku menoleh ke arah pintu."Mas Dani!" kejutku.Ternyata orang yang datang dan mengucap salam itu adalah Mas Dani. Mantan suamiku. Ayah dari anakku."Mas? Kamu?"Kemoceng seketika kusimpan di atas meja. Mas Dani sudah berdiri nampak membawa dua buah kantong kecil entah apa isinya."Dani?" sahut ibu dari belakangku. Ibu me
Baca selengkapnya
36 Dani dan Diandra
 PoV DiandraKini kami sudah membayar tiket masuk untuk jalan-jalan mengelilingi taman bunga. Yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumah.Dona dan Diva asyik main berdua di karpet kecil. Sedangkan aku dan Mas Dani duduk di kursi belakang mereka. Sekitar lima sampai enam meteran."Dona anteng banget ya, Mas. Pasti dia nyaman, karena kamu sekarang ada di dekatnya," kataku memulai pembicaraan."Iya, putri kecil kita begitu ceria dan mungil. Cantik dan ceria seperti Ibunya," ujar Mas Dani.Hatiku amat tersentuh dengan rasa malu. "Bisa saja, Mas. Dona itu cantik karena Ayahnya juga ganteng. Apalagi lesung pipinya, manis sekali," jawabku refleks.Up.Mas Dani menoleh ke arahku. Duduk kami agak renggang, karena status kami sudah tak seperti dulu lagi.Dia menatapku sendu. Seperti ada kekecewaan
Baca selengkapnya
37 Orang Di Jembatan
PoV Dani "Bu, tolong. Beritahu aku dimana Ibu dulu menemukanku. Siapa tahu aku bisa bertanya-tanya pada orang disana. Meskipun tak mungkin bila aku akan menemukan orangtua kandungku," rintihku pada ibu. Yang kini tak lagi memintaku untuk bekerja ekstra. Apakah ibu dan bapak telah menyadari apa yang mereka lakukan? "Ibu menemukan kamu di hilir sungai. Saat Ibu sedang mencuci pakaian bersama bapak kamu. Ibu menemukan kamu terapung di sungai dengan keadaan luka-luka," jawab ibu pilu. Kini dia sudah tak lagi membentakku seperti kala lalu. Ibu juga meminta maaf dengan apa yang telah ia lakukan padaku. Karena ibu tak ingin aku membencinya, juga tak ingin membenci bapak. Mereka takut kalau aku pergi dan meninggalakan mereka selamanya. "Di sungai mana, Bu? Apa di sungai desa kita dulu?" tanyaku segera menyelidik. "Iya, di sungai desa kita dulu. I
Baca selengkapnya
38
PoV 3"Bu, sekarang selain kerja di kantor aku juga kerja sampingan. Aku mau narik ojol. Dan untuk urusan utang Ibu dan bapak jangan khawatir Dani ingin segera lunasi hutang piutang Ibu semuanya. Tapi Dani mohon ya, Bu. Ibu jangan umbar utang kreditan lagi," kata Dani demikian sambil meraih tangan ibu angkatnya yang bernama Bu Ambar."Dan, Ibu jangan marah kalau Dani sudah tak bersama tante-tante lingkungan elit itu. Dani sudah mundur. Dani juga malu sama Dona dan Diandra," imbuh Dani dengan wajah memerah.Hening dan saling diam."Dani, maafin Ibu, ya. Tapi gimana, Ibu itu orangnya emosional soal uang. Heum, jadi sekarang kamu mau narik ojol?" balas Bu Ambar haru.Bu Ambar tipikal orang yang mudah iri dengan orang lain. Dia emosional dan bisa memaksakan kehendak apapun sesuai keinginannya."Ya, Bu. Aku sudah lupakan itu. Tapi Ibu janji, Ibu tak boleh umbar
Baca selengkapnya
39 Rasa Apa Ini
PoV Dani'Kenapa aku seperti tak asing melihat yang punya rumah mewah itu, ya?'Hatiku bertanya-tanya perihal aku yang seperti mengenali sosok yang bernama Mas Reza dan juga ibunya.'Apa aku pernah berjumpa di arisan brondong tante-tante kaya itu? Akh tak mungkin. Aku tak pernah melihatnya. Astaghfirullah, apa yang aku pikirkan?'Cela mulutku pada diri ini yang malah terus kepikiran tentang pemilik rumah mewah kemarin lalu. Dan kini aku sudah duduk di pangkalan seperti biasanya. Menunggu orderan masuk."Dani? Kok ngelamun? Orderan sepi?" tanya Bang Topan yang tiba-tiba datang.Aku kaget."Enggak, barusaja saya balik, Bang. Ini lagi istrirahat," jawabku menanggapi pertanyaan Bang Topan yang barusaja tiba pukul sembilan siang  ini."Oh, ya, Bang. Kemarin cewe Abang marah tuh. Kalau gak salah namanya, bi Sumi. Dia marah saat dia nanyain Abang. Ya sudah, saya jawab jujur saja," celetukku."Aduh!" Bang
Baca selengkapnya
40
PoV Dani"Dani, Ibu gak masak. Kamu beli saja makanan diluar, ya? Ibu belum pulang, masih di acara pengajian syukuran pernikahan anak bu RT," jelas ibu di telepon."Iya, Bu. Biar nanti beli saja. Sekalian Ibu mau apa?" tanyaku kembali."Ah apa saja. Terserah kamu. Lagian Ibu juga ini sudah makan. Karena disini di kasih snack," kata ibu lagi."Ya sudah, Ibu tutup dulu teleponnya. Ini Ibu lagi di toilet. Acaranya masih satu jam lagi. Paling sorean Ibu pulang."Dan begitulah kata ibu di telepon. Alhamdulillah, ibu sekarang mulai mengikuti pengajian.Kini aku masih duduk di kursi putar sembari melanjutkan pekerjaan yang barusan tertunda karena mengangkat panggilan dari ibu.Waktu sudah menunjukka pukul empat sore. Waktunya aku pulang. Karena karyawan lain juga sudah pulang terlebih dahulu.Kumatikan laya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status