All Chapters of KINGMAKER (Indonesia): Chapter 61 - Chapter 70
94 Chapters
61. Di Balik Pintu
Sebuah pintu tua tertutup rapat di menara bagian bawah. Pintu itu cukup tinggi, dilapisi akar-akar tanaman yang kering.Ditrian dan Sheira, keduanya sudah berada di depan pintu.Sheira menarik akar-akar tanaman. Pasukan lainnya juga ikut membantu, tak terkecuali Ditrian. Sementara di angkasa, mahluk-mahluk kelelawar aneh dan menyeramkan masih mengamuk, berusaha melampaui perisai dari Sheira."Sepertinya pintu ini terkunci," gumam Ditrian.Lalu pria itu berusaha menarik pegangan dari besi berbentuk cincin yang tersambung pada pintu, sudah lapuk. Nihil. Seperti tidak bergeser seinci pun. Ditrian dan pasukannya juga bersama-sama mendorong pintu. Sama saja."Hah. T
Read more
62. Bintang Jatuh
"Aku sudah jatuh cinta padamu, Sheira.""Lalu? Apa yang kau inginkan? Bukankah aku juga sudah menjadi istrimu? Apa itu tidak cukup?"Ditrian mengulum bibirnya. Ia beralih, kini tubuhnya sudah berada di atas Sheira, hanya lengannya saja yang menopang. Pemandangan malam itu terhalang oleh Ditrian dan mata emasnya."Aku belum mendapatkanmu seluruhnya. Kau mungkin akan mengira aku adalah pria yang egois. Itu memang benar. Aku ingin memilikimu seutuhnya hanya untuk diriku sendiri, Sheira.""Kau tidak mengerti.""Kalau begitu buat aku mengerti! Apa yang kau inginkan dariku? Bagaimana membuatmu jatuh cinta padaku?! Bagaimana agar aku bisa memikatmu?! Buat aku mengerti
Read more
63. Selamat Tinggal
Ditrian tak mengira ... ruang di balik pintu besar itu sangat besar. Lebih besar dari aula pesta istananya. Ada stalaktit yang menggantung di atap-atap ruang ini.Yang paling mencengangkan, ia bisa melihat gunungan emas dan permata di lantai ruangan. Membumbung tinggi sekali seperti persediaan gandum untuk musim dingin di lumbung. Koin-koin emas, perhiasan, tiara, mahkota, tongkat emas, emas batangan, semuanya ada di sana. Semua jenis benda yang bisa dicetak memakai emas, ada di sana. Bahkan ada kereta kuda dari emas dan permata juga.Ia dan Sheira ternganga. Cahayanya terpantul terang oleh emas itu. Di salah satu sudut ruangan, ada ratusan gaun yang berjejer digantungan pakaian. Tapi mereka seperti sudah lapuk dimakan rayap. Kain-kainnya telah hancur dan ditutupi debu tebal.
Read more
64. Pertemuan
Ditrian tidak menyangka... hari itu dia akan berpisah dengan wanitanya. Kalau dia tahu, dia tidak akan pernah menginjakkan kakinya kemari.Sudah sebulan lamanya Ditrian menunggu pintu itu terbuka. Ia berada di ruang kosong yang hanya terhubung dengan lorong. Ujung ke ujungnya sudah terkunci. Dia terjebak di sini. Tidak makan, tidak minum selama sebulan.Ia menebas-nebas pintu dengan Pedang Orion, dan menggigit dengan taring serigalanya pun percuma. Cuma menyisakan sayatan-sayatan tak berarti pada pintu besar itu. Dia dikunci oleh Magi seekor naga bernama Aragon.Ia telah melepas zirahnya. Luka yang tidak terlalu parah itu, kini membusuk. Mereka menggerogoti tubuh Ditrian.Dia juga sudah tidak tahu apa yang akan terj
Read more
65. Kakak
"Si brengsek!" geram Ditrian. Tangannya mengerat pada pegangan Pedang Orion.Ini adalah hari yang paling buruk baginya. Si brengsek Alfons datang. Putra Mahkota Kekaisaran Revendel yang paling picik. Dia jauh lebih buruk dari Kaisar Julius. Hal-hal merugikan terjadi semenjak si ceking itu dinobatkan sebagai Putra Mahkota sekaligus mendapat porsi kekuasaan sebagai tangan kanan kaisar."Panggil Tuan Putri kemari!" perintah Raja Ditrian dari atas kursi makannya.Mata 'hantu' Ditrian beralih pada dirinya di meja itu. Hatinya mencelos.'Ini gara-gara aku," batinnya.Tak berapa lama kemudian, selir Raja Ditrian hadir di ruang makan. Wajahnya pucat seperti tiang puala
Read more
66. Perjalanan
"Raja telah mangkat! Raja telah mangkat!" seru suara di koridor.Mata perak Sheira terbuka, ia terjaga dari tidur nyenyaknya. Tubuhnya bangkit terduduk, telinganya berusaha memastikan kalau itu bukanlah mimpi buruk."Raja telah mangkat!" seru orang-orang di luar sekali lagi. Gemuruh langkah kaki dan seruan orang-orang di istana, samar terdengar.Sheira langsung melompat dari kasur. Ia meraih selendang di kursi untuk menutupi tubuhnya yang cuma memakai gaun tidur. Rambutnya acak-acakan. Kakinya setengah berlari menuju pintu.Saat ia membuka pintu itu, para pelayan, dayang, ajudan, serta beberapa pengawal berlarian menuju ke arah yang sama. Tanpa ragu, Sheira juga ikut. Ia tahu kemana mereka pergi, wajahnya cemas.
Read more
67. Sekarat
Dada Ditrian berat, seperti ada yang menindih. Ia sudah tak bisa berbuat apa-apa selain menatap Sheira. Tubuhnya lemah, sekarat, terkapar di lantai gua.Mata emasnya cuma bisa memandang wanita itu, yang berjarak semeter dari tempatnya terbaring. Tangan Ditrian berusaha meraihnya."Shei ...," ucapnya lemah. Air matanya menetes.Sedang Sheira, ia memandang langit-langit dengan sepasang mata perak jernih. Tubuhnya kering dan kurus sekali. Kulitnya menghitam dan keriput. Rambutnya telah menguban semua. Ia tua.Mendengar suara pria itu memanggil, bola matanya melirik. Ia nampak terkejut, kemudian sepasang mata perak itu memandangnya pedih dan menangis. Tangan mereka berusaha meraih satu sama lain dengan begitu sukar.
Read more
68. Penantian
Telinga anjing kecilnya mengedik. Ia bisa mendengar kicauan burung pagi gitu. Saat matanya terbuka, cahaya masuk ke ruangan yang asing baginya."Yang Mulia ... Anda sudah sadar?"Mata emas Ditrian melirik ke kanan. Seseorang yang ia kenal perawakannya. Elf tinggi berambut hitam terikat, dengan telinga runcing dan hidung panjang yang bengkok. Master Ikiles, sang penyihir terkuat dan ahli alkimia di Kerajaan Canideus."S-Sheira ... dimana dia?" cemas Ditrian. Ia berusaha duduk, tapi dadanya yang dibalut perban tidak mengijinkan. Ikiles membantunya bangkit dan duduk bersandar, lalu menata bantal agar Ditrian nyaman."Anda tidak perlu khawatir pada Tuan Putri."
Read more
69. Sirkuit Sihir
"Huek! Uhuk ...."Darah keluar dari mulut, tumpah ruah di sekitar bibir dan menetes-netes. Gadis itu tersengal-sengal. Ia meratapi lantai dengan sebuah genangan cairan merah gelap."Bi-Bisakah kita beristirahat sejenak?" pinta sang gadis seraya mendongak. Mata peraknya tengah memohon pada pria botak yang terbalut jubah usang."Hhh," desahnya sambil menggeleng sungkan. "Tuan Putri, kalau Anda tidak berkonsentrasi, maka Anda bisa melukai diri sendiri. Dan jika Anda meminta istirahat tiap satu mantra, Anda tidak akan bisa menguasai Magi. Sebaiknya ... Anda pulang saja."Dengan kedua tangan yang telah terkait di belakang punggung, pria itu berbalik dengan kecewa.S
Read more
70. Kebun Buah
"Lihat ibu! Itu dia! Itu dia!" seru seorang bocah laki-laki. Tangan kecilnya menunjuk-nunjuk pada Ditrian dengan semangat.Pria itu, Sheira, Ikiles dan Kepala Desa keluar dari rumah kecilnya."Hey! Sudah-sudah! Berlutut cepat!" desis Kepala Desa keras. Ia menepuk-nepuk tangannya di awang-awang supaya anak-anak itu membungkuk atau berlutut.Kepala Desa segera membalik tubuhnya. "Ya-Yang Mulia. Mohon maafkan mereka. Warga di sini tidak pernah dikunjungi oleh bangsawan manapun.""Tak apa, Kepala Desa," jawab Ditrian tenang.Mata peraknya memandangi kerumunan orang-orang di depan rumah kecil itu. Anak-anak kecil, wanita, dan para pria yang terlihat seperti pekerja
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status