All Chapters of Ajari Aku Salat: Chapter 31 - Chapter 40
222 Chapters
Kemarahan Marc 1
“Boleh aku berpikir dulu, Marc. Ada banyak hal yang tidak kau tahu tentang diriku, selain maslaah Jelita.” Marc melepaskan cekalannya. Zahra memilih pergi dari kamar itu untuk memasak. Senja sudah hampir tiba. Bahkan sebentar lagi buka puasa menjelang.***Meyyis*** Sore sudah menjelang. Zahra membantu Mrac untuk bangkit. Selain Zahra harus berbuka, sekalian Marc juga harus makan dan minum obat. Mereka makan dalam diam. Baik Zahra dan Marc tidak ada yang buka suara. Sampai selesai makan pun tetap diam. Jujur saja, Marc merasa tersiksa. Dia merasa sangat bersalah. Sudah mencium Zahra tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Jika waktu bisa diulang kembali, dia akan lebih menahan hasratnya. Marc bangkit dan berjalan hati-hati menuju kamarnya. Zahra mengikutinya bermaksud untuk mengambil obat agar Marc meminumnya lalu tidur. Zahra kebingungan. Obat Marc tidak ada di mana pun. “Kau mencari apa, Zah?”
Read more
Kemarahan Marc 2
Mimpi itu mengusik pikirannya. Marc dengan tertatih mengambilkan air putih di meja yang agak jauh dari Zahra. Wanita itu menenggaknya sampai tandas. Zahra mengembuskan napas perlahan untuk mengingat kembali beberapa detik lalu dalam mimpinya.“Apa yang terjadi? Pertanda apa mimpi itu?” Wanita itu memejamkan matanya. Dia memandang Marc dengan lekat. Ada keraguan membayangi. ***MEYYIS*** “Zahra, bangun! Ada apa?” tanya Marc saat Zahra sudah siuman dari tidurnya. “Aku mimpi buruk, Marc.” Zahra terlihat ngos-ngosan. Marc berjalan sedikit tertatih karena bagian yang di sunat masih terasa perih. Lelaki itu mengambilkan air yang ada di nakas kecil. “Minumlah!” Marc memberikan segelas air itu kepada Zahra sedangkan wanita itu menenggaknya sambil tandas. “Kau belum tidur?” Zahra duduk dan bersandar di head board. Marc den
Read more
Zahra Terluka 1
Rembulan menjadi condong dengan semburat yang memandikan bumi bersama meteor yang meresahkan jiwa. Rasa yang merangkak naik bersama bulir-bulir keringat yang menjadi makna dari keinginan yang tidak tersalurkan.***Meyyis*** Hari-hari dilalui Zahra dan Marc dengan kebersamaan. Zahra dengan telaten merawat Marc. Hingga setelah kurang-lebih seminggu Marc sudah siap untuk melakukan aktivitas. Siang ini lelaki itu akan bertemu dengan klien lagi. Tentu masih dengan Zahra di sampingnya. “Za, Jelita mau dibelikan oleh-oleh apa?” Mereka sudah sampai di sebuah pusat perbelanjaan sekarang. Pertemuan memang di pusat perbelanjaan itu karena yang mereka temui adalah direktur pemasaran dari sebuah mall. “Marc, kita pikirkan pekerjaan kamu dulu. Lagi pula, jangan memanjakan Jelita.” Zahra protes dengan yang dilakukan Marc. Setiap kali pergi, maka pulang membawa oleh-oleh. Kalau bukan makanan, maka dia memb
Read more
Zahra Terluka 2
“Zahra!” Marc bingung antara mengikuti tubuh Zahra yang berada di atas bangsal itu, atau mencari jawab dari dokter. “Tenang anak muda!” Dokter itu memegang pundah Marc. Lelaki dengan mata bulat itu mulai tenang. ***Meyyis***“Bagaimana, Dokter?” tanya Marc. “Kami sudah mengambil proyektilnya. Sebaiknya Anda melapor ke kantor polisi.” Marc mengangguk dia segera beranjak untuk pergi ke kantor polisi terdekat. Kali ini Marc sedikit santai. Dia akan melaporkan kejadian yang baru saja dialaminya. “Saya mau membuat laporan,” ucap Marc. “Silakan!” Marc menceritakan kejadian itu. Laporan Marc sudah di proses. Dalam prosesnya, ada kejadian yang membuat dirinya naik pitam. “Ini kalau mau cepat diprose ya harus ada pelicinnya, ini.” Seorang polisi tambun yang melayaninya menggosok
Read more
Kebingungan Raehan 1
“Terima kasih, Sayang. Kau sudah hadir dalam hidup, Papa.” Ah, manis sekali karena Jelita mulai memanggil Marc dengan sebutan papa. Marc merasakan kebahagiaan yang tiada terkira. Berulang kali dia mencium puncak kepala gadis kecil itu***Meyyis*** Di belahan daerah lain, Raehan sedang menampar para kaki tangannya yang sudah melukai mantan istrinya. “Goblok! Gue tidak mau polisi sampai mencium semuanya. Enyah kalian dari kota ini.”  Raehan memberikan sejumloah uang untuk bekal mereka kabur dari kota itu setelah tahu bahwa Zahra telah terluka karena mereka menembaknya. “Duh, kurang ajar mereka. Bagaimana bisa? Kalau ditelusuri akan jadi bencana ini.” Raehan menyesap kopi hitam yang sudah dibuatkan oleh istrinya. Dia menyemburkan ketika kopinya tersebut terasa asin. “Zoya!” Wanita modis itu datang dengan gaya berlenggak-lenggok. “Ada apa
Read more
Kebingungan Raeha 2
“Ogah, ya. Aku tidak mau miskin. Kalau mau miskin, miskin aja sendiri.” Zoya meninggalkan Raehan. Lelaki itu mengembuskan napas lelah. Dia bangkrut juga karena gaya hidup Zoya yang suka belanja barang brended dan jalan-jalan ke luar negeri. ***Meyyis***Sementara Raehan sedang mendalami penyesalannya, maka Marc sedang menuai kebahagiaannya bersama Jelita walau di rumahs akit itu sedang harap-harap cemas. Sebab Zahra belum juga siuman setelah dua jam. “Marc, kau harus makan.” Zubaedah mengambilkan nasi untuk Marc. Lelaki itu menyuapi Jelita dengan sesekali dia menyuap ke mulutnya sendiri.hati Zubaedah menghangat. Dalam jiwanya dia berdoa untuk kebaikan Zahra dan Marc. Dia meminta semoga keduanya berjodoh. “Ma, nggak liat Zahra? Tapi dia belum siuman.” Zubaedah mengangguk. Dia menyelesaikan makannya. Marc seperti menemukan sebuah keluarga utuh. Hatinya tiba-tiba merasa ikhlas. Jik
Read more
Aku Rindu Tawamu 1
“Sayang, aku sangat khawatir. Kau tidak bangun-bangun.” Zahra membiarkan saja Marc mengegenggam jari-jarinya. Lelaki itu menempelkan tangan tersebut ke pipinya. “Kau sudah sahur, Marc.” Lelaki bule itu mengangguk disambut senyum Zahra.***Meyyis*** “Marc tawaranmu tempo hari, apakah masih berlaku?” tanya Zahra. Seakan mendapat durian runntuh, Marc membelalakkan matanya. “Yang mana, Za?” Marc memastikan saja,karena saking tidak percaya yang dikatakan Zahra. “Mau menghalalkanku.” Marc mengeratkan genggaman tangannya. “Tentu saja masih. Apa kamu sudah menerimaku?” Zahra menelan air ludahnya sangat payah. Seakan tenggorokannya terdapat duri-duri yang etronggok di sana. “Ada banyak hal yang belum kamu ketahui, Marc. Seperti traumaku.” Zahra berusaha duduk, sehingga Marc memb
Read more
Aku Rindu Tawamu 2
“A-ada, Bu. Te-tapi ....” Zahra tahu ada sesuatu di dalam sana. Zahra hanya tersenyum kemudian melenggang ke ruangan suaminya. Dada Lina terasa mau lepas. Zahra menurunkan knop pintu. Wanita itu membelalakkan matanya melihat kejadian did epan matanya. Jantungnya terasa berdetak demikian hebat. Kepalanya datang serangan pening. Air matanya tidak lagi dapat dihentikan.  ***Meyyis*** “Apa yang kalian lakukan?” Zahra menutup matanya melihat suaminya dan Zoya sahabatnya saling melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Baju mereka sudah awut-awutan tidak karuan. Dengan posisi sekarang Zoya dipangku oleh Raehan. Zoya terlihat cuek saja dengan kedatangan Zahra. Berbeda dengan Raehan yang coba bangkit dan menghempaskan Zoya. “Ma, kami hanya ... mama salah paham. Duduk dulu.” Raehan mempersilakan Zahra untuk duduk. “Duduk? Untuk melihat kemesraan kalian? Mas, aku bukan wani
Read more
Mencintaimu Tanpa Syarat 1
Zahra hampir saja menabrak mobil di depannya jika dia tidak segera sadar. Untung saja, kesadarannya kembali. Dia langsung mengerem sebelum sampai mencium bemper belakang mobil di depannya. “Ya Allah, selamatkan aku setidaknya sampai di rumah.” Zahra melaju kembali dengan lebih hati-hati. Dia sudah tidak menangis lagi. Emosinya sudah lebih stabil.***Meyyis*** Zahra sudah sampai di depan rumah. Terlihat Jelita berlari menyusulnya. Anak itu seperti mengerti bila ibunya menangis. Dia menarik baju ibunya dan mengusap sisa air matanya. “Mama jangan menangis.” Demikian tangan mungilnya mengatakannya, walau Zahra masih terbata mengeja yang dikatakan putrinya tersebut. “Terima kasih, Sayang.” Zahra menggendong bocah itu masuk ke rumah. Hari ini Zahra menjadi pemalas. Dia hanya duduk diam saja, semua dikerjakan oleh pembantu. Wanita yang menjadi asisten rumah tangga itu menawari Zahra ma
Read more
Mencintaimu Tanpa Syarat 2
“Kenapa nggak, Mas? Bukankah menolong orang itu hukumnya wajib? Kita mampu, kenapa tidak?” Raehan tersenyum kecut dengan kata-kata sang istri tersebut. Ah, lagi-lagi itu luput dari pantauan Zahra. Raehan merasa sedikit gelisah dengan kedatangan wanita itu.   ***MEYYIS*** Malam itu, wanita itu merintih karena perutnya terasa sakit. Zahra membawanya ke rumah sakit. Saat dini hari tiba, Zahra dan seluruh anggota keluarga termasuk pembantunya juga ikut. Kecuali Jelita dan pengasuhnya. “Dok, apa yang terjadi?” tanya Zahra pada dokter. “Wanita ini mengalami keguguran, Nyonya. Bayinya tidak bisa diselamatkan lagi.” Zahra menganga menutup mulutnya karena kaget ternyata wanita itu dalam keadaan hamil. Maka dilakukan prosedur untuk membersihkan janinnya. Semua beres malam itu. Pagi harinya, wanita itu sudah boleh di bawa pulang. Zahra dengan seluruh kebaikan hatinya merawa
Read more
PREV
123456
...
23
DMCA.com Protection Status