Dream On의 모든 챕터: 챕터 11 - 챕터 17
17 챕터
Bab 11. Mahluk Imut Bertenaga Kuli
Mendung menyelimuti sekolah SMP Erwin siang itu, para murid berhamburan keluar dari sekolah itu.   Edo sedikit terlambat keluar dari sekolah karena belum selesai menulis pelajaran di papan tulis. Dengan tenang dia berjalan mengambil jalan pintas lewat belakang sekolah.   “Udin dan Sunandar sepertinya sudah pulang duluan” katanya dalam hati.   Lalu langkahnya terhenti karena lima orang anak yang dipimpin oleh Dayat menghadangnya. Tampak kemarahan yang sangat besar dari wajah mereka.   “Oh … ada Power Rangers” kata Edo lalu berbalik kebelakang. Ternyata di belakang sudah ada empat orang anak laki-laki yang menghadangnya.   “Ah … ada kura-kura ninja juga” kata Edo sambil memegang ranselnya.   “Dia telah menghina dan menyakiti dewi kita, jangan banyak bicara lagi, ayo kita hajar dia,” kata Dayat dengan tangan terkepal.   Edo meletakan tas
더 보기
Bab 12. Wajah Sang Ibu
Edo hari ini benar-benar kelelahan, dia membaringkan tubuhnya di pagar teras Istana Erwin yang terbuat dari batu, angin malam membuatnya tertidur lelap.   Seorang wanita berkursi roda mendekati Edo yang tertidur di pagar teras Istana, Merlia bermaksud menyendiri dan mencari angin segar.   Pesta penyambutan kepulangannya telah usai, dia ingin menyendiri. Selama ini dia sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, menjadi terkenal, hidup mewah, namun semua itu ternyata tak membuatnya bahagia.   Wajah murung yang berusaha ditutupinya dengan tersenyum tak bisa menutupi kesedihan yang tampak di matanya.   Ada sebuah lubang di hatinya. Sebuah lubang yang tidak bisa di isi dengan harta atau apapun juga. Sebuah lubang yang teramat dalam berisi rasa penyesalan karena telah membuang anak pertamanya.   Rasa penyesalan itu terpahat dengan jelas di kepalanya dan menghantuinya setiap saat. Anda
더 보기
Bab 13. Kematian Edo
Kehadiran Noprina saat makan siang cukup mengejutkan rombongan Dayat, dan kesempatan ini digunakan Chandra untuk bisa mendekati Selvie. “Boleh aku ikut gabung juga?” tanya Chandra yang ternyata sudah berada di dekat mereka. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Chandra, dia langsung duduk di samping Udin. “Ini wibu nolep mau apa ikut makan di sini,” celetuk Sunandar. “Noprina adalah sepupuku, aku harus menjaganya,” sahut Chandra. Chandra membuka bekal makannya, isinya adalah roti yang berisi daging dan sayuran dengan saus mayones. “Apa kau mau ini?” tawar Chandra pada Selvie. Selvie menggelengkan kepala. Chandra langsung memakan rotinya. “Kita tidak ditawari?” pancing Sunandar dan si Udin cekikikan. “Kalian mau?” Chandra menawarkan roti yang sudah digigitnya. “Tidak!” jawab Sunandar dan Udin bersamaan. Noprina memperhatikan bekal yang dimakan oleh Edo dan teman-temannya. Dilihatnya ada cumi
더 보기
Bab 14. Pergi ke Isekai
Sunandar, Udin dan Noprina masuk ke ruang operasi, mereka melihat Marleni yang menangisi kematian Edo. Dokter yang mengoperasi Edo masuk kembali kedalam ruangan dan membereskan alat-alat prakteknya. Wajah Noprina semakin pucat pasi, dia takut kalau dia akan masuk penjara karena dituduh meracuni orang. Memikirkan hidup dalam jeruji besi membuat tubuhnya gemetar seperti orang kerasukan setan. Arwah Edo melayang di atas tubuhnya yang ditangisi oleh Marleni, saat itulah dia sadar bahwa bibinya sangat sayang padanya. Dia lalu menatap ke atas, ada sebuah cahaya terang yang menariknya ke atas. Rohnya terus melayang semakin tinggi menembus atap rumah sakit dan melewati awan. Edo memejamkan matanya, saat membuka matanya dia sudah berada di sebuah tempat yang sangat damai, langitnya berwarna biru gelap seperti fajar dan ada sebuah pohon yang sangat besar di batas cakrawala. Edo sadar dia sudah berada di dunia
더 보기
Bab 15. Prahara di Koridor Sekolah
Rombongan Dayat tidak terima dengan kedekatan Edo dan Noprina. Semakin hari mereka berdua semakin dekat. Lalu pada suatu pagi mereka bicara pada Noprina. “Kau tahu kami semua mencintaimu,” kata Dayat, “kami semua menyanyangimu, memujamu, dan mengidolakanmu, mengapa kau memilih Edo yang sepertinya tidak mencintaimu?” Noprina terdiam, matanya melirik ke kiri mencoba mencari alasan karena ada lebih dari 30 laki-laki di sana yang mencintainya. “Kumohon, cintai saja salah satu dari kami,” kata Beni sambil berlutut menyembah-nyembah. “Maaf, kalian semua terlalu baik untuk aku,” kata Noprina. “Kau mau kami jadi penjahat!?” serentak rombongan Dayat. Noprina menggaruk kepalanya. “Baiklah …, “ kata Noprina, “aku akan menyukai salah satu dari kalian bila kalian bisa mengalahkan kekayaan Edo,” lanjutnya, namun pada saat itu sebuah helikopter melintas di atas mereka sehingga kata-kata yang didengar ol
더 보기
Bab 16. Koboy Nyasar
Merlia berdiri di sebuah ruang dalam istana Erwin. Dia menunggu pak Jamal menemuinya. Ada hal yang harus dipastikannya. Dalam ruangan itu tidak ada siapapun karena dia tidak ingin ada yang mendengar pembicaraan mereka. Tak lama kemudian laki-laki tua itu muncul di hadapannya. Tanpa membuang waktu Merlia langsung menyerang pak Jamal dengan sebuah pertanyaan. “Bayi yang dulu kau buang, apakah dia masih hidup?” Pak Jamal sangat terkejut sekali, dia tidak menyangka Merlia akan menanyakan hal itu. “Mengapa nyonya menanyakan hal itu?” pak Jamal malah balik bertanya. “Tadi di sekolah aku bertemu dengan anak yang dibuang oleh orang tuanya waktu bayi, kalau dipikir-pikir, anak yang kubuang dulu usianya sama seperti dia,” jelas Merlia. Pikiran pak Jamal langsung mengarah ke Edo. Dia yakin bahwa Merlia pasti bertemu dengan Edo di sekolah. “Tentu saja tidak nyonya, aku membuang bayi itu di bawah jemb
더 보기
Bab 17. Membentuk Sebuah Band Musik
Liburan sekolah telah usai, tak terasa dua minggu telah berlalu begitu cepat, mereka kembali sekolah seperti biasa. Jam istirahatpun tiba, Selvie yang ingin ke taman dihadang oleh Nadra. “Hey You!, follow me ke ruang BK,” kata Nadra. Selvie sangat terkejut, dia merasa tidak melakukan kesalahan apa pun, lalu Udin muncul mendekati mereka. “Ah … kebetulan sekali,” k
더 보기
이전
12
DMCA.com Protection Status