Lahat ng Kabanata ng Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua: Kabanata 21 - Kabanata 30
49 Kabanata
Part 16A
Jangan Larang Aku Menikah!Part 16 : Pengakuan Om Parto Pagi sangat cerah, matahari menyapa bumi dengan hangat. Beda dengan hati Winda. Jiwanya nelangsa memikirkan kapan gelar perawan tua berakhir."Winda!" sapa Pak Zainuddin. Dia melihat Winda duduk termenung di teras rumah.Winda menatap bapaknya dengan sorot mata sendu. Hari-harinya selalu diwarnai dengan tetesan air mata."Bapak tidak bekerja hari ini?" tanya Winda. Ia menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.Pak Zainuddin mengernyitkan kening. Tidak biasanya Winda bertanya seperti itu. Dia heran mendengar pertanyaan putrinya."Masuk siang," jawab Pak Zainuddin dengan datar.Pak Zainuddin meneguk kopi hangat. Sebenarnya dia tidak suka kopi, tapi kali ini dia mencoba minum kopi."Pak tolong aku!"Winda memohon dan bersimpuh di hadapan bapaknya."Tolong carikan pria yang mau menikahi aku sesuai permintaan ibu. Aku sudah lelah dan t
Magbasa pa
Part 16B
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 16 : Pengakuan Om Parto  Mereka berdua berdebat perihal kamu siapa. Tidak ada satu pun yang mengalah. Mereka berdua masih fokus dengan sakit yang mereka rasakan.Pak Zainuddin sudah berdiri tepat di hadapan Om Parto. Sementara Bu Nadya mengekor di belakang suaminya."Kamu siapa?" tanya Ahmad kembali."Om Parto calon suami Winda! Besok pagi mereka melangsungkan resepsi pernikahan, cuma dia lah yang sanggup memberi mahar enam ratus juta dan uang bulanan dua puluh juta kepadaku. Kamu itu pria tak punya apa-apa!" jawab Bu Nadya dengan lantang. Dia mengedipkan matanya kepada Om Parto agar mengaku. Sementara netranya masih menatap ke arah Pak Zainuddin. Bingung menyapa dirinya, antara mau mengakuinya dengan jujur atau tidak.Ahmad terbakar api cemburu, hatinya panas. Dia memukul Om Parto sampai babak belur."A-ampun! A-ampun! Saya tidak maling. Saya
Magbasa pa
Part 17A
Jangan Larang Aku Menikah!Part 17: Winda Pingsan "Ahmad, kawal ketat dia! Jangan sampe tua bangka ini kabur sebelum memberikan bukti yang kuat."Ahmad masih mengunci tangan Om Parto. Mereka berjalan keluar menuju halaman rumah."Pak! Biarkan saja dia pergi. Buat apa bapak mencari bukti sampai buka akun sosial media orang. Mana mungkin aku menjual putri semata wayang kita kepada tua bangka seperti Om Parta!"Bu Nadya buang badan, takut kalau dirinya ketahuan belangnya. Sementara Om Parto sudah muak dengan pengakuan Bu Nadya."Kita lihat saja siapa yang benar dan siapa yang salah."Tidak berapa lama, Om Parto dan Ahmad sudah berada di hadapan Bu Nadya dan Pak Zainuddin."Ini buktinya, bapak calon mertua!" Om Parto memberikan gawainya agar dilihat Pak Zainuddin.Mata bapak mau keluar dari sarangnya melihat sebuah status yang ditulis oleh nama akun istrinya.[Cari Jodoh. Jika ada pria yang mampu m
Magbasa pa
Part 17B
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 17: Winda Pingsan  Kepala Bu Nadya pusing rasanya mau pecah memikirkan semua masalah yang datang silih berganti.Tiba-tiba, ada suara kaca pecah berasal dari kamar Winda."Apa yang terjadi?" tanya Pak Zainuddin.Pak Zainuddin berlari menuju kamar Winda. Seketika dia berhenti, "Ahmad! Jangan biarkan Om Parto dan istriku lari dari rumah ini. Aku ke dalam kamar Winda dulu.""Ba-baik, Pak."Pintu kamar winda dibuka Pak Zainuddin. Dia terkejut melihat Winda sudah terjerembab di lantai."Winda ...!" teriak Pak Zainuddin.Pak Zainuddin membopong Winda kewalahan."Hei, tua bangka! ini semua gara-gara kau! Tolong hidupkan mobilmu! Bawa Winda ke rumah sakit. Dia pingsan karena tidak makan dan minum."Om Parto bingung, "Lah! Kenapa gara-garak
Magbasa pa
Part 18A
Jangan Larang Aku Menikah!Part 18: Bu Nadya Menyesal 'Ahmad, kenapa tidak mengasih kabar iya? Ada apa gerangan? Apa jangan-jangan dia tidak selamat dari Bu Nadya yang super galak?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil menyetir mobil. Dia sedang di perjalanan menuju kampung Ahmad.Pertanyaan itu muncul seketika di benak Tante Lusy.'Lebih baik aku coba menelpon Ahmad. Kalau seperti ini aku nggak bisa tenang,' ucapnya sambil mencari kontak Ahmad. Dia berhenti sejenak di pinggir jalan raya.Suara dering sangat jelas, tapi tidak ada sama sekali jawaban dari Ahmad."Hm, kenapa tidak dijawab sama, Ahmad? Apa jangan-jangan dia sudah dibantai wanita tidak ada hati itu?" ucap Tante Lusy. Otaknya traveling ke mana-mana. Sudah enam panggilan tidak terjawab. Akhirnya Tante Lusy melanjutkan perjalanan menuju kampung Ahmad. Sudah berada di pusat kota, tinggal dua puluh menit lagi agar sampai ke tujuan."Lebih baik kus
Magbasa pa
Part 18B
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 18: Bu Nadya Menyesal Bu Nadya mengamati wajah Tante Lusy. Ternyata Ahmad dari keluarga yang mapan. Pikiran Bu Nadya traveling, serasa menyesal menolak Ahmad sebagai calon menantu.'Apa jangan-jangan dia orang kaya?' tanya Bu Nadya dalam hati."Ahmad!" panggil Bu Nadya. Dia mau bicara, tapi malu dan bingung mulai dari mana. Dia hanya meneguk salivanya dengan kasar."Iya, Bu."Ahmad menghela napas setelah Winda berada di jok tengah."Nggak jadi, nanti saja setelah sampai di rumah sakit," balas Bu Nadya sembari berjalan menuju mobil Tante Lusy. Matanya membulat dan mulutnya menganga, mobil yang disetir tantenya Ahmad kekuatan baru dan harganya pasti mahal."Hei Wanita jahat seperti kamu mau ngapain ikutan masuk ke dalam mobil mewahku?" sindir Tante Lusy dengan memasang wajah tidak sedap dipandang
Magbasa pa
Part 19A
    Jangan Larang Aku Menikah!Part 19: Tante Lusy Marah "Banyak sekali ceritamu. Bilang saja karena mau jadi menantu idaman."Pak Zainuddin perlahan turun dari dalam mobil. Pergi melangkah gontai menuju apotik yang sudah jauh lewat.Panas terik matahari membuatnya silau dan merasa gerah. Panas kali ini sangat luar biasa, hanya sebentar saja berjalan, keringatnya sudah mengalir, sehingga bajunya basah.Tidak butuh waktu lama, obat yang ingin dibeli ada. Dia membayar total nominal tagihan belanjanya."Alhamdulillah, obat asma istriku tersedia di apotik ini."Setelah selesai proses transaksi. Pak Zainuddin berjalan gontai menuju mobil. Ahmad dan Tante Lusy menunggu di dalam mobil. Gerah membuat wajahnya lecek."Maaf, kalau sudah lama menunggu," ucap Pak Zainuddin sembari masuk ke dalam mobil."Santai saja, Pak," ucap Ahmad.Pak Zainuddin menutup
Magbasa pa
Part 19B
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 19: Tante Lusy Marah "Ibu calon mertua," seru Om Parto."Om Parto, sisa uangnya mana? Aku ingin membeli emas rupiah ke pasar besok," ucapnya sambil meluruskan badannya. Baru saja Bu Nadya sadar, sudah mikirin emas rupiah."I-ini ibu calon mertua. Silahkan saja diambil buat biaya berobat Winda."Om Parto menyodorkan kembali amplop coklat yang berisi uang tunai sepuluh juta dan sisanya berbentuk cek."Anggap saja ini uang jajan."Sementara Pak Zainuddin hanya diam, sudah muak dengan melihat ulah istrinya juga ulah Om Parto yang baiknya kelewatan karena ada maunya. Andai saja cerai itu boleh dalam agama tanpa sebab, Pak Zainuddin sudah menceraikan istrinya. Namun, tidak ada alasan kuat untuk menceraikan Bu Nadya. Pak Zainuddin mengelus dada ketika istrinya bertingkah aneh."Tante! Ayo kita lanjut
Magbasa pa
Part 20A
Jangan Larang Aku Menikah!Part 20: Beli Es Tak punya Uang"Pak Zainuddin nggak ada sama sekali penasaran? Setidaknya mengajak Bu Nadya ke rumah sakit buat check up. Jika memang beliau benar-benar mempunyai penyakit asma. Kalau sudah di periksa, hasilnya sudah tahu. Bapak nggak mati penasaran."Mendengar penuturan Tante Lusy, Pak Zainuddin mengukir senyum simpul. Jiwanya nelangsa, mengingat perjuangan buah hatinya yang selalu bersabar menghadapi segala cobaan."Ada, tapi belum sempat. Aku sibuk kerja, pulang kerja sampai rumah sudah lelah. Apalagi akhir-akhir ini lembur dan schedule tidak jelas, hari ini masuk malam besok masuk pagi." Ahmad hanya seorang pendengar saja. Dia memandang ke depan, perjalanan menuju rumah sakit rasanya sangat membosankan dan jalannya jelek. Sampai saat ini, Winda belum ada sama sekali sadar membuat jiwanya semakin nelangsa."M
Magbasa pa
Part 20B
Jangan Larang Aku Menikah!Part 20: Beli Es Tak punya Uang  Abang penjual es langsung membuat satu porsi lagi. Dia nggak tahu apakah senang atau tidak. Abang penjual es merasa ada yang aneh dari gerak-gerik Bu Nadya. Tiba-tiba, otaknya traveling.'Apa jangan-jangan ibu ini genderuwo? aku pernah dengar daerah sini sangat angker,' ucapnya dalam hati.Seketika dia berhenti membuat pesanan  Bu Nadya. Dia mengarahkan netranya kepada pelanggannya. Dia terkejut, jasad Bu Nadya tidak ada sama sekali. Dia mengucek matanya dengan cepat, sehingga es yang dia pegang langsung di ambil Bu Nadya dengan cepat. Dia sudah tidak bisa lagi menahan haus di tenggorokannya."Astagfirullah!" ucapnya.Sekali lagi dia mengucek matanya dengan cepat, dan dia membuka kembali netranya melihat ke arah Bu Nadya. Tiba-tiba, Bu Nadya sudah ada."Kenapa abang mengucap istighfar dan mulutnya komat-kamit?" taya Bu Nadya."I-ib
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status