All Chapters of Misteri Bulan: Chapter 31 - Chapter 40
101 Chapters
Chapter 31. Gosip di Warung
“Hmmm… apa tujuan Mirna mengakui Chandra sebagai anaknya?” gumam Agil pelan. Apakah ini cara dia untuk menjebak gadis itu? Pemuda itu tak percaya dengan keterangan Pak Maman setelah dia melihat kekejaman Mirna pada Chandra. Bermacam pertanyaan berseliweran di kepalanya.            Detik jam telah berlalu, tapi Agil masih belum beranjak dari tempat duduknya. Kening lelaki berkerut, ia telah berjanji pada Ibu untuk tidak turut campur masalah keluarga Mirna tetapi dia tak tega membiarkan Chandra mengorbankan hidupnya untuk menelusuri pembunuhan Bulan.            Agil tahu gadis itu kuat, tapi dia luruh melihat kerapuhan dan kehampaan dalam mata Chandra. Pria itu ingin melindunginya. Astaga! Mungkin dia terlalu berlebihan, tapi dia tak rela gadis itu tersakiti.“Mas… menunggu siapa, dari tadi terlihat gelisah?” tanya B
Read more
Chapter 32. Diary Bulan
            “Apakah kamu menyukai Chandra?” tanya Bulan, dia berdiri dan memandang Agil penuh arti sedangkan tangannya memainkan gantungan kunci motor yang tergeletak di atas meja.            “Aku hanya mau melindunginya,” jawab Agil dan membalas tatapan Bulan. Dia tidak mau gadis itu cemburu pada Chandra seperti sebelumnya. Lucunya, pria tersebut mulai membandingkan mereka, yang satu nyata, satunya tidak nyata. Agil tersenyum kecut, betapa lucu lakon hidup hidupnya.            “Hanya itu?” Bulan menyentuh lembut jemari Agil. Dia tak suka menanyakan hal itu pada Agil, tapi dia ingin tahu.            Agil mematung, dia tak hendak mengucapkan apa pun karena khawatir jawabannya nanti takut menyinggung perasaan
Read more
Chapter 33. Ibu Menghilang
Kalau seandainya hidup ini sempurna, Agil mau menolak permintaan Chandra dan membiarkan gadis itu membencinya, sayangnya dia termasuk tipe orang yang ciut mengatakan  tidak, terutama pada perempuan karena alasan klise tak tega mengecewakan hati mereka.            Dalam fantasi Agil, dia adalah seorang lelaki yang menyelamatkan Chandra yang terjebak dalam istana kemudian Chandra memohon-mohon padanya, meskipun resiko yang harus ia tanggung tidak menyenangkan bahkan bisa membuatnya terbunuh.            Kalau sekarang ibunya marah, pria itu bisa memahami dan menerima konsekuensinya. Ia tak bisa mundur dan melepaskan apa yang telah ia sanggupi. Sama saja dirinya pecundang dan hal itu melemahkan dirinya sebagai laki-laki.“Jadi kamu gak mau dengerin perkataan Ibu lagi?” Suara perempuan itu terdengar terluka, dia kecewa dengan keputusan anak
Read more
Chapter 34. Pria Mabuk
Wangi bunga kamboja menyeruak menusuk indra penciuman Agil, kemudian terdengar suara tawa melengking yang membuat bulu kuduknya tegak. Pria itu mendongak dan di salah satu dahan bunga kamboja matanya terpaku pada sesosok kuntilanak dengan baju putih penuh bercak darah. Kaki kuntilanak tersebut berayun santai seraya tertawa mengejek kepadanya.“Busyet dah! Ini makam beneran! Gimana ceritanya aku bisa sampai ke sini?” gerutu Agil. Dia menyumpah-nyumpah sendiri.            “Hihihihihi… makanya kalau naik motor jangan melamun.”            Agil acuh dengan ledekan kuntilanak dan berusaha menghidupkan motor. Mati! Alisnya bertaut. Ia berusaha tetap berpikir waras. Bensin penuh dan kondisi motornya tidak ada masalah, kenapa bisa mati?Kemudian dia mendorong motornya, berat! Motor itu susah digerakkan. Berulang kali dia me
Read more
Chapter 35. Derita Cinta
Cinta membuat kita tersenyum.Cinta juga yang membuat kita kuat dan bertahan.Cinta pula yang membuat kita menangis dan menderita            PLAK!            “Sadar bro! Kamu gila, buka matamu dia bukan Mirna tapi ibuku!” Agil mendorong tubuh Arif keras hingga lelaki bertubuh atletis itu terjatuh. Lelaki itu sangat kesal dan malu melihat Arif yang kini hanya memakai celana dalam di depan ibunya.            Arif terlentang di lantai dia menangis meraung-raung seperti anak kecil. “Huhuhuhu… tolong aku Tante, aku tak bisa hidup tanpa Mirna.”            Kegilaan apa lagi yang akan Arif tunjukkan. Agil meremas rambutnya.            &l
Read more
Chapter 36. Perempuan Gila
            Hari menjelang sore ketika Agil tiba di rumah Chandra di Desa Wengen, rumah asri yang terletak di pinggir hutan pinus, jauh dari rumah penduduk lainnya. Cahaya matahari sore dan kicauan burung hangat menyapa. Kehidupan di situ begitu tenang.            Rumah Chandra asri, ada banyak tanaman buah dan bunga di halamannya. Rumahnya berlantai tanah dan berdinding bambu. Walapun begitu, suasana di dalamnya resik, tertata rapi, adem dan bikin betah.            Bapak Muji dan istrinya yang merupakan orang tua Chandra menyambut Agil dengan bahagia. Mereka bercengkrama di ruang tamu mungil di temani singkong, ubi rebus dan kopi yang mengepul panas.“Saya ke sini bermaksud memberikan titipan Chandra,” kata Agil membuka percakapan lalu menyerahkan bungkusan yang dia simpan di dalam tas
Read more
Chapter 37. Senyum di Rumah Sakit Jiwa
            Di sebuah rumah sakit jiwa.            Sore yang cerah, di tengah gerombolan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang tengah duduk bersantai di pinggir lapangan. Sebagian mereka ada yang memakai kaos warna hijau dan sebagian lainnya biru. Ada yang menyanyi, menari, ada pula yang bercengkrama dengan pasien lainnya.            Diantara mereka ada seorang perempuan, rambutnya dipotong pendek sedang menggendong boneka kumal. Dia tampak kesal dan terganggu dengan perempuan yang sedang bernyanyi keras di sampingnya            “Berisik! Jangan nyanyi di sini! Kamu mengganggu tidur anakku!” tegur Bik Eha galak.Namun, perempuan berkuncir yang di tegurnya itu tidak terima dan merebut boneka digendongan Bik Eha lalu ia berla
Read more
Chapter 38. Kamu Surgaku di Dunia
            “Mirna… keluarlah sayang, mari kita menikah.” Arif masih berteriak-teriak sambil menggedor-gedor pintu pagar rumah Mirna, suaranya mulai serak. Sedangkan di dalam rumah Bik Ami gelisah menunggu ketua RT untuk membantunya mengusir Arif.             Hari ini Silvia dan Chandra datang dari liburan dan Pak Maman dalam perjalanan ke airport menjemput mereka ketika Bik Ami menelponnya dan memberi tahu soal Arif. Melalui layar CCTV Bik Ami merekam sikap edan lelaki itu dan mengirimkannya pada Pak Maman dan Silvia.             Pak Maman maunya tak peduli karena dia masih sakit hati dan ingin balas dendam dengan Silvia dan Arif. Akan tetapi dia tak tega melihat laki-laki itu dijadikan tontonan orang-orang. Bagaimanapun Arif adalah mantan atasannya yang pernah memberinya pekerjaan. Meski
Read more
Chapter 39. Cinta Seorang Sosialita
Atas perintah majikannya, Pak Maman membelokkan mobilnya ke hotel. Mirna tak mau menemui Arif, meski Bik Ami telah memohon-mohon padanya untuk kembali dan menemui laki-laki itu.            Bik Ami membujuk Chandra dan memintanya untuk merayu Mirna.            “Tante, apa Tante gak kasihan sama laki-laki itu?” tanya Chandra, dia jatuh iba setelah mendengar cerita dan video yang dikirim oleh Bik Ami. Arif pasti sangat mencintai Tante Mirna sehingga dia mau berbuat nekat seperti itu.            Mirna melihat Chandra dingin. “Kamu gak usah sok ikut-ikut ngatur saya!” jelasnya jengkel.            “Tapi apa Tante mau melihat dia mati di depan rumah dan menjadi berita viral nantinya? Tahulah masyarakat kita giman
Read more
Chapter 40. Kode
            “Lho… udah lama di sini?” tanya Agil ketika melihat Chandra berdiri di depan terasnya. Rumahnya memang sepi, karena Ibu dan Bik Marsinah sedang pergi menengok Bik Eha.            Chandra mengangguk, hampir 30 menit dia menunggu dan pundaknya pegal karena beratnya bobot tas ransel yang ia bawa.            Agil mengamati wajah gadis itu yang muram. Mungkinkah dia kabur dari rumah Mirna? Tanyanya dalam hati. “Masuk yuk,” ajaknya kalem.            Chandra menggeleng, air mata mulai menggenang di sudut matanya. Dia benci mengatakan ini. “A-aku mau p-pamit, a-aku m-mau pulang… ke d-desa,” jawabnya dengan tersendat-sendat.          
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status