Semua Bab Sang Sekretaris: Bab 131 - Bab 140
156 Bab
Cuma Sekali
Ada satu hal yang membuat Aga kagum dengan sikap Bening saat ini. Meskipun gadis itu berada pada tingkat emosi tertingginya, Bening masih sanggup bersikap sangat kalem dengan Awan. Gadis itu, masih bisa menjawab dan menanggapi banyak pertanyaan yang diajukan Awan selama perjalanan pulang dengan baik. Kendati, Aga tahu benar kalau tatapan Bening saat ini sangat tidak fokus dengan semua hal.Sesampainya di apartemen, Bening pun kembali meminta maaf pada Awan karena belum bisa mengajak bocah itu mengunjungi rumah baru yang sedang dibangun. Bening beralasan, kepalanya mendadak pusing dan ingin beristirahat di kamar.“Main sendiri sebentar, ya!” pinta Aga sembari mengacak surai lebat putranya. “Papa mau ambilkan obat sakit kepala buat mommy, habis itu kamu bisa ikut papa kerja ke bawah sebentar, kalau mau.”Awan mengangguk antusias, karena ini kali pertama, Aga akan mengajaknya untuk melihat pekerjaan sang papa. “Aku boleh bawa gundam?”“Boleh!”Awan langsung berlari sembari berteriak hebo
Baca selengkapnya
Nikmati Semua Prosesnya
Aga menyingkap selimut, lalu bangkit dari tidur ketika napas yang dihirupnya mulai teratur. Ia duduk sebentar di tepi ranjang, lalu melihat sang istri yang masih terkulai lelah melalui bahunya sebentar. Aga tidak bisa membendung senyum yang ada di wajahnya, karena ia tidak pernah menduga, kalau pernikahannya bersama Bening bisa luar biasa seperti sekarang.Entah hal ini karena mereka masih bisa dikatakan pengantin baru, sehingga semuanya masih terlalu menggebu. Atau, memang beginilah sebuah pernikahan harus berjalan.“Mau mandi?” tanya Bening memiringkan tubuhnya yang berbalut selimut, dan melihat punggung polos Aga yang membelakanginya.Aga menggeleng. “Aku mau ke kamar Awan. Mau lihat dia sudah bangun apa belum.” Aga lantas bangkit, lalu memunguti pakaiannya yang berserakan dan segera memakainya.“Mau tidur lagi?” tanya Aga setelah kaos dan celana pendek sudah melekat di tubuhnya.Bening kembali bertelentang lelah. “Aku mau mandi bentar lagi, lengket!”“Kalau gitu jangan mandi dulu.
Baca selengkapnya
Takdir Indah
Bening menatap punggung Aga yang tenggelam di balik pintu. Kemudian, kepalanya berpaling pada meja kerja sang suami. Melihat skeptis pada sebuah buku, dan pulpen yang sudah Aga siapkan di atas sana. Bening ragu, tapi sesuatu yang mendorong untuk melakukannya.Akhirnya, Bening menyingkap selimut dan menurunkan kedua kakinya dari tempat tidur perlahan dengan keraguan. Beranjak memungut daster mini tanpa lengan yang teronggok di lantai, lalu memakainya. Bening kemudian duduk, mengambil pulpen, dan membuka sebuah buku tulis baru yang masih belum terisi apapun.Sebelum menjatuhkan mata penanya di sana, Bening memejamkan mata lalu menarik napas dalam-dalam. Seiring dengan hembusan napas yang terbuang pelan, akhirnya huruf demi huruf itu terjalin menjadi sebuah kata, lalu menjadi rentetan kalimat yang tertulis untuk menumpahkan semua rasa yang ada di dalam dada.--Aku nggak pernah tahu di mana letak kesalahanku. Kalau papa sama mama memang nggak pernah mau aku ada, harusnya aku nggak dilah
Baca selengkapnya
Bicara Baik-baik
Awalnya, tatapan Awan berbinar ketika melihat rumah yang sedang dalam proses pembangunan oleh para tukang. Begitu luas, dengan sebuah kolam renang yang menyatu dengan taman belakang. Akan tetapi, mendadak wajah tampan itu tertekuk dengan bibir yang mengerucut.“Kenapa, Wan?” Melihat perubahan wajah putra sambungnya, Bening dengan sigap mempertanyakan hal tersebut. Bening sebisa mungkin, akan memberikan bocah itu banyak perhatian yang tidak didapatnya selama ini.Aga yang mendengar pertanyaan Bening pun, akhirnya ikut melirik pada putranya. Menunggu, hingga Awan menjawab pertanyaan Bening.Bocah itu lantas menatap sang papa dengan beberapa pemikiran yang terlintas di kepala. “Papa sama Mommy, nanti tinggal di sini?”“I … ya.”“Kenapa rumah Papa sama mama … nggak besar kayak gini?” tanya Awan lalu kembali berujar untuk memperjelas pertanyaannya. “Kenapa rumahku, sama mama, nggak luas kayak rumah ini?”Bening menatap Aga karena tidak tahu harus memberi jawaban apa. Rumah besar dengan hal
Baca selengkapnya
Memahami Perasaan
Vira sadar, kalau dirinya bukan ibu yang baik. Dirinya dan Aga, bukanlah sosok figure orang tua yang baik selama ini. Walau begitu, Vira masih bisa menahan lidah untuk tidak berkata pedas kepada sepasang pengantin baru, yang kini duduk berdampingan di ruang tamunya. Ada Awan bersama mereka, sehingga Vira harus bisa menahan semua gejolak emosi yang ada di dalam dada.“Sorry, hari ini pembantu nggak masuk, jadi saya nggak bisa suguhin kalian minum,” ujar Vira datar dan formal. “Saya juga baru datang dari Solo, jadi belum beli apapun untuk disajikan.”“Nggak perlu repot,” balas Aga terlihat santai seperti biasa. “Sebelum ke sini, kamu juga sudah makan.”“Hm, baguslah.” Vira berujar cepat. “Makasih sudah jagain Awan waktu saya pergi, kalian sudah bisa pulang.”“Mamaaa, aku mau nginap di rumah papa lagi, boleh?” Awan tidak rela jika sang papa dan ibu sambungnya itu harus pulang saat ini juga dan tanpa membawanya. “Aku mau liburan sama papa.”“Kita bisa pergi liburan besok,” bujuk Vira samb
Baca selengkapnya
Berperang dengan Kenyataan
“Capek?” tanya Aga pada sang istri ketika mereka berdua baru keluar dari kamar Awan. Setelah menghabiskan waktu dengan Awan hingga bocah itu tertidur, keduanya memutuskan untuk kembali ke kamar untuk beristirahat. Bening menguap sembari terus berjalan ke kamarnya. Dengan kelopak mata yang berat. Saat ini, Bening hanya ingin tidur dengan tenang. Memeluk Aga, lalu merajut mimpi indah bersama. “Ngantuk!” jawab Bening sembari membuka pintu kamar, dan tidak menutupnya karena ada Aga di belakang. “Tapi, Beb. Aku diem-diem kok jadi kepikiran sama bu Vira, ya.” Bening berbaring di ranjang dengan piyama lengan panjang yang tidak ia ganti. Rasa kantuk yang sudah menggantung di pelupuk mata, membuat Bening enggan melangkah ke walk in closet. Aga menutup pintu, lalu mematikan penerangan yang ada di kamar mereka. Beranjak menuju ranjang, lalu menyalakan lampu tidur yang ada di nakas. Aga berbaring di samping sang istri lalu memeluknya. “Kenapa dengan dia?” tanya Aga setelah mendapat posisi te
Baca selengkapnya
Biar Tahu Rasa!
Sayup-sayup terdengar isak tangis seorang wanita yang merasuk ke dalam indra pendengaran Aga. Hanya isakan pelan, tapi cukup mengusik Aga yang tiba-tiba saja harus membuka mata. Pandangan Aga langsung tertuju pada asal suara. Melihat punggung sang istri, yang tengah duduk di meja kerjanya dengan penerangan yang ada di sana.Jika dilihat dari posisinya, Bening saat ini tengah menulis sesuatu. Sepertinya, istrinya itu kembali menorehkan luka yang masih tersisa di dalam dada. Mungkin, kabar kecelakaan Ilham semalam sudah sedikit mengusik Bening, hingga gadis itu merasa butuh melepas rasa sesaknya.Aga tidak bisa menyalahkan Bening atas sikap keras hati yang kini hinggap di hati sang istri. Mungkin, jika Aga berada di posisi Bening, ia bisa juga bersikap yang sama, mengingat semua penolakan yang sudah diterima sedari kecil.Dari Bening, sedikitnya Aga bisa bercermin, bagaimana harus memperlakukan Awan. Sementara Bening sendiri, jelas sudah sangat mengerti bagaimana harus bersikap dengan b
Baca selengkapnya
Sakit Kepala
Bening menarik Aga ke sudut lobi rumah sakit, ketika mereka baru saja melewati pintu. Menghela sejenak, lalu bertolak pinggang. “Emang mereka butuh dijenguk, ya?” Perasaan skeptis, dan semua emosi Bening seketika bergejolak. “Mereka nggak butuh aku, Beb, dan nggak bakal ngarepin aku. Ini, tuh, sia-sia aja! Buang- buang waktu!” Aga menangkup wajah Bening, lalu menjepitnya dengan gemas hingga bibir sensual itu mengerucut paksa. Sejak mereka mengantarkan Awan ke rumah Arum, karena Vira ada janji mendadak dengan seseorang, Bening selalu saja mengoceh tentang keraguannya. Bahkan, istrinya itu sudah beberapa kali membujuk Aga untuk memutar arah tujuan kembali ke apartemen. “Beb—” “Ihh! Mukaku jangan digituin,” ujar Bening menyingkirkan tangan Aga dari wajahnya. “Tanganmu kotor, bakteri! Entar jerawatan.” “Astaga, masih sempat-sempatnya mikirin jerawat.” “Iyalah,” ujar Bening sewot. “Mukaku ini aset. Kalau aku nggak cakep, mana mungkin kamu maksa-maksa buat nikah, iya, kan?” Aga berde
Baca selengkapnya
Kerjaan Penting
Bening benar-benar tidak menunjukkan senyum sama sekali, ketika sudah berada di ruang tempat sang papa dirawat. Dari wajahnya saja, sungguh terlihat jelas kalau Bening membesuk ilham karena sebuah keterpaksaan. Jika ingin membandingkan antara Ilham dan Clara, maka Bening lebih sering bertemu sang papa sepanjang hidupnya. Ilham yang merupakan anak tunggal Sinta, jelas sering mengunjungi wanita tua itu untuk sekadar berkunjung ke rumah. Meskipun begitu, tetap saja sikap Ilham sama dinginnya dengan Clara. Sementara Aga, langsung memperkenalkan diri sebagai suami Bening kepada Ilham. Aga juga tidak mau berbasa-basi, karena ingin mempercepat pertemuan yang ada. Ia tahu benar, kalau sang istri merasa tidak nyaman, ketika bertemu dengan Ilham seperti sekarang. “Suami?” Kedua alis Ilham berkerut menatap Bening untuk mencari kebenaran. “Kapan kalian menikah, dan kenapa nggak ada pemberitahuan?” “Emang mau datang kalau diundang?” Bening tidak segan memberi cebikan sambil memandang sang papa
Baca selengkapnya
Siap-siap
Aga dan Bening kompak menghentikan langkah, ketika bertemu Rohit di lobi rumah sakit. Rohit terlihat memakai pakaian santai, dengan wajah lelah yang terlukis jelas.“Mau jenguk pak Ilham, Hit?” tanya Aga ketika mereka bertiga sudah saling bertegur sapa.Rohit menggeleng. “Mungkin nanti, semalam aku sudah lihat juga keadaannya. Aku baru selesai urus administrasi rumah sakit.”“Administrasi siapa?”“Dina, dia hamil di luar kandungan. Jadi harus digugurkan.” Rohit membuang napas panjang setelah menceritakan kondisi istrinya. “Dan, pagi ini sudah boleh pulang.”“Sorry to hear that,” ujar Aga disambut ucapan yang sama oleh Bening. Mereka turut bersedih atas apa yang menimpa Rohit saat ini.“It’s oke.” Walau berat, Rohit sudah ikhlas menerimanya. Tangan Rohit lantas terulur menepuk lengan Aga, karena terburu hendak mendatangi sang istri. “Aku jemput Dina dulu di dalam, dan … moga Awan cepat dapat adek.”Rohit tersenyum kecil pada Bening, lalu meneruskan langkahnya menuju ruang sang istri di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status