All Chapters of My Daughter's Teacher: Chapter 71 - Chapter 80
112 Chapters
Part 71
Jagat mengkhawatirkan keadaan Jasmine. Sejak dua hari yang lalu ia tak bisa menghubungi Jasmine karena ponsel Jasmine yang tak aktif. Ini bukan pengalam pertama baginya dalam menghadapi wanita hamil yang memiliki perasaan yang lebih sensitif dari biasanya. Namun pengalamannya dulu ternyata tak ia gunakan sebaik mungkin. Ia malah membuat Jasmine marah dan kecewa padanya gara-gara kalimat yang ia tuduhkan pada Jasmine.Tak tahan lagi, Jagat memutuskan untuk datang ke rumah Jasmine. Sampai di luar pintu gerbang, ia melihat jika pintunya terkunci sehingga ia tak bisa masuk. Sekali lagi ia mencoba menghubungi ponsel Jasmine dan ternyata kali ini telponnya tersambung.“Halo, Sayang. Akhirnya kamu angkat juga telpon dari aku.” Jagat tersenyum lega setelah bisa berbicara dengan kekasih pujaan hatinya itu. “Aku khawatir sama kamu, makanya sekarang ini aku mau ke rumah kamu, mau lihat kondisi kamu tapi ternyata pintu gerbangnya di kunci,” sambung Jagat.
Read more
Part 72
Jagat berlari mencari keberadaan Jasmine ketika ia sampai di rumah sakit. Dengan langkah gontai ia berjalan menghampiri Jasmine yang terbaring lemah di atas ranjang. Ia menyesal karena ia tak ada di saat-saat terburuk wanitanya, padahal wanita ini sedang mengandung darah dagingnya.Jagat sedikit membungkuk sikunya bertumpu pada ranjang agar tangannya bisa membelai rambut Jasmine. Air matanya menetes merasakan kepedihan hatinya karena tak ada yang bisa ia lakukan untuk kekasihnya.Jasmine perlahan membuka matanya saat ia merasa tidurnya sedikit terusik. Keningnya mengkerut saat ia melihat wajah Jagat yang hanya berjarak beberapa cm dari wajahnya.“Kamu?! Ngapain kamu di sini?!” Sentak Jasmine seraya menarik kepalanya menjauh dari Jagat.“Kamu udah bangun? Maaf ya aku udah ganggu istirahat kamu,” lirih Jagat. Senyuman hangatnya menyapa Jasmine yang menatapnya sinis.“Kamu tahu dari mana aku ada di sini?” Jasmine me
Read more
Part 73
“Mama ... Papa.” Jagat mendekat menyapa Monica dan Barmal yang baru saja memasuki ruang inap Jasmine.Monica dan Barmal melihat ke arah ranjang di mana calon menantunya sedang beristirahat di sana.“Jagat, gimana keadaannya Jasmine?” tanya Monica.“Ya begini ini, Ma. Nggak ada makanan yang bertahan lama di perut, apa yang dia makan selalu dimuntahin makanya sampai dia lemes dan harus dirawat di sini,” sahut Jagat.“Ini Jasmine tidur ya?” tanya Barmal.“Iya, Pa. Katanya semenjak hamil dia bawaannya ngantuk terus.”“Mungkin itu bawaan bayi. Kasihan dia,” timpal Monica.Jasmine perlahan mulai membuka matanya saat sayup-sayup ia mendengar percakapan beberapa orang di sekitarnya. Keningnya mengerut melihat Monica dan Barmal yang berdiri di sisi ranjangnya. Melihat orangtua Jagat ada di hadapannya, tentu saja membuat Jasmine bangkit dari berbaringnya karena ia pikir tak
Read more
Part 74
Keesokan paginya setelah diperiksa oleh Dokter, Jasmine sudah diperbolehkan pulang. Jagat membantu Jasmine berkemas, sebenarnya tak ada yang harus dikemas karena Jasmine tak membawa pakaian selain pakaian yang ia pakai saat datang ke rumah sakit, dan pakaian itu pun juga sudah kotor. Di rumah sakit ia memakai pakaian rumah sakit, jadi kemarin ia tak terlalu memusingkan hal itu.Jasmine ingin meminta tolong Bik Lastri untuk membawakan pakaian ganti untuknya, namun ia tak ingin merepotkan Bik Lastri. Jika ia ingin meminta tolong pada Jagat pun ia sedang tak ingin. Semalam kekasihnya itu sudah membentaknya dengan begitu keras hingga ia syok. Tadi malam sampai detik ini ia masih belum ingin bicara pada Jagat. Bahkan  saat tadi pagi ia muntah-muntah pun ia tak ingin melibatkan Jagat, meskipun pada akhirnya Jagat jugalah yang menggendongnya menuju ranjang rumah sakit. Dan Jagat jugalah yang membuatkannya teh hangat.“Aku udah belikan baju buat kamu pakai pulang. M
Read more
Part 75
Hubungan Jagat dan Jasmine mulai membaik. Sekarang sudah satu bulan setelah Jasmine pulang dari rumah sakit. Karena Jasmine sudah tak lagi mengajar di sekolah, ia pun sering ikut ke kantor untuk menemani Jagat, tentu saja itu atas permintaan Jagat. Dan kalaupun Jasmine tak datang ke kantor, pasti ia berada di rumah Jagat. Jasmine sudah seperti nyonya sah di rumah mewah itu, ia juga sudah mulai mengatur ini dan itu di sana.Meski sudah tak bekerja di sekolahan seperti dulu, Jagat tetap menjemput Jasmine saat pagi hari. Dan Jasmine pun juga tak mengatakan jika dirinya sudah tak lagi bekerja di sekolahan kepada orangtuanya. Berangkat pagi dan pulang sore ketika hari sudah akan gelap, Jasmine menjalani rutinitasnya seperti biasanya, namun satu bulan terakhir ini ia tak berangkat ke sekolah akan tetapi berangkat ke rumah Jagat atau ke kantor Jagat.Banyak pertimbangan mengapa Jasmine menyetujui Jagat untuk tetap dijemput saat pagi hari. Salah satunya adalah saat pagi Jasmin
Read more
Part 76
Sampai di rumah, Jasmine langsung mengganti pakaiannya dengan daster pendek selutut. Di lemari banyak tersedia daster pendek beraneka warna, tentu saja Jagat-lah yang menyiapkannya untuk Jasmine.“Lihat ini, masa kamu pakai kayak gini?! Kamu kan lagi hamil.” Jagat mengangkat kamisol yang baru dilepas Jasmine lalu meleparkannya begitu saja di tong sampah.“Kamu apaan sih pakai lemar-lempar begitu. Jangan dilempar, itu dikasih orang. Nggak enak sama orangnya kalau dia sampai tahu barang pemberiannya dilempar kayak gini.” Jasmine berjalan memungut kamisol yang telah masuk ke tong sampah.“Mau kamu apakan lagi?”             “Biar dicuci pelayan, setelah itu baru aku simpan. Sayangkan, orang masih baru kok.”“Sayang, aku bisa belikan itu satu toko kalau kamu mau, tapi kamu nggak perlu memungut barang yang udah aku  buang ke tempat
Read more
Part 77
Mobil beserta supirnya sudah menunggu Jasmine di depan pintu gerbang. Selama dua bulan terakhir ini Jasmine melarang Jagat untuk menjemputnya. Jasmine meminta agar hanya supir saja yang menjemputnya.Semenjak Jasmine hamil, ia sudah tak lagi bekerja sebagai tenaga pendidik di sekolah dan karena keadaan tubuhnya yang lemah dan sering mengantuk akhirnya ia juga terpaksa menyerahkan bimbel pada Mira. Ia juga telah menyediakan ruangan khusus untuk Mira. Sesekali ia akan datang untuk mengontrol keadaan tempat usaha yang sudah menjadi cita-citanya sejak ia masih duduk di bangku kuliahan itu.“Jasmine, kamu nggak sarapan dulu?” Tanya Benjamin saat Jasmine hanya berdiri untuk berpamitan padanya dan pada Mardina.“Nggak usah, Pa. Aku lagi diet,” sahut Jasmine.“Iya Mama memang suka kalau kamu diet tapi kalau untuk sarapan ya kamu harus makan sarapan soalnya buat energi juga kan,” ucap Mardina.“Nanti aku makan kalau
Read more
Part 78
Jasmine menemani Jagat bekerja sampai sore hari, setelah itu mereka sama-sama pulang ke rumah Jagat.Sampai di rumah, Jasmine langsung menuju dapur untuk mengatakan menu apa saja yang harus koki masak untuk makan malasm nanti. Setelah itu ia berjalan menuju ke kamar Shagun untuk memeriksa Shagun belajar.Jasmine sudah persis seperti ibu rumah tangga. Ia mengatur rumah tangganya, para pelayn dan menemani putrinya belajar.“Mami, kapan adek lahir?” tanya Shagun.“Eemm ... sekitar empat bulan lagi, bisa juga kurang dari itu, Sayang. Ada apa, apa kamu sudah nggak sabar mau bermain sama adik kamu?” Jasmine mengelus sayang puncak kepala Shagun.“Iya, Mami. Aku senang punya Mami sebagai Mami aku dan aku juga senang karena sebentar lagi aku akan punya adek seperti teman-temanku di sekolah.” Shagun tersenyum bahagia menatap ke arah Jasmine.“Kalian akan saling menyayangi nantinya,” ucap Jasmine.
Read more
Part 79
Akhir pekan seperti ini dulu biasanya Jasmine gunakan untuk bermalas-malasan di rumah  tapi semenjak kehamilannya terlihat menonjol, ia pun jadi takut jika dirinya tetap berada di rumah. Ia akan membuat seribu alasan agar ia bisa pergi dari rumah dan tentu saja kepergiannya itu akan menuju ke rumah Jagat. Sekalipun ia di rumah pasti ia hanya akan mengunci dirinya seharian di dalam kamar. Dan jika akan keluar kamar, ia pasti akan kembali memakai korsetnya lalu setelah mengunci rapat pintu kamarnya barulah ia membuka korsetnya. Ia tak akan tahan bila lama-lama memakai korset, bisa-bisa nafasnya akan sesak dan terputus-putus lalu kepalanya pening dan tubuhnya akan lemas.Setelah mandi Jasmine bersiap-siap memilih dress yang cocok untuknya. Ia juga sudah memasangkan korset pada perutnya. Setelah dirasa sempurna barulah ia keluar dari kamar.“Selamat pagi, Ma, Pa.” Jasmine berjalan menuju ruang makan.“Selamat pagi, Sayang,” sapa Benjamin
Read more
Part 80
Telpon Jagat berdering. Ia lalu mengangkat pangilan telponya itu. Setelahnya ia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. “Pa, aku duluan ya.”Barmal hanya mengangguk menjawab ucapan Jagat.“Om Ben, saya duluan ya. Bersenang-senanglah bersama Om Ben mumpung nggak ada Mama yang ngukutin Papa,” pamit Jagat. Ia lalu berjalan meninggalkan Barmal bersama dengan Benjamin.“Mau ke mana dia?” tanya Benjamin.  “Biarkan saja, mungkin dia akan menemui calon menantuku. Ayo kita lanjutkan permainan kita.” Ucap Barmal mengalihkan fokus Benjamin dari anaknya.Dari tempat golf Jagat langsung pulang ke rumah sebelum ia menemui kekasihnya. Ia berencana untuk mengejutkan Jasmine dengan  datang ke mall tempat kekasihnya itu berada. Ia tahu jika saat ini Jasmine sedang bersama mamanya. Nantinya di sana ia tak akan langsung menghampiri Jasmine tanpa mendapat persetujuan dari Jasmine.
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status