All Chapters of My Daughter's Teacher: Chapter 81 - Chapter 90
112 Chapters
Part 81
Jagat mengangkat Jasmine lalu membaringkannya di ranjang. Ia lalu menghubungi Dokter  agar segera datang untuk memeriksa keadaan Jasmine. Ia juga meminta pelayan untuk membereskan semua kekacauan yang sudah ia lakukan.Dokter datang memeriksa keadaan Jasmine saat masih ada beberapa pelayan yang membersihkan pecahan kaca perabotan yang tadi dipecah oleh Jagat.“Bagaimana keadaan istri saya, Dokter? Tadi dia sempat terdorong dan punggungnya terbentur,” ucap Jagat.“Tidak ada masalah yang serius. Istri Anda pingsan karena syok, kelelahan dan juga setres. Jangan buat dia stres yang berlebih karena akan mempengaruhi janin yang dia kandung. Untuk sekarang mungkin punggungnya tidak apa-apa tapi nanti pasti memar. Ini saya resepkan salep saja untuk dioleskan di bagian yang memar.”“Baik, terima kasih.”                    &nb
Read more
Part 82
Benjamin terdiam, dan pandangannya pun kosong menatap Jagat yang masih bersimpuh di kakinya. Ia masih sangat tak percaya dengan apa yang telah Jagat katakan kepadanya. Mendadak pikirannya kosong dan telinganya pun terasa tuli. Ia bahkan tak bisa menggerakan bibirnya sekedar untuk mengeluarkan satu patah katapun.Sedangkan  Mardina saat ini tengah menangis. Mendadak ia mengingat kejadian ganjil yang Jasmine alami selama beberapa bulan terakhir ini. Selama beberapa bulan yang lalu Jamsine kehilangan nafsu makannya sampai tubuh Jasmine menjadi kurus. Jika ditanya putrinya itu akan menjawab kalau dia sedang diet. Tapi dua bulan belakangan ini nafsu makan Jasmine meningkat dan bentuk tubuhnya juga berubah drastis, putrinya itu menjadi dua kali lipat lebih gemuk dari yang sebelumnya.Mardina menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangannya. “Ya Tuhan ... apa benar itu yang terjadi?” lirih Mardina.Benjamin berdiri seraya mencengkeram kedua bahu
Read more
Part 83
“Pak, Bu, ini janinnya sehat. Tidak perlu dikhawatirkan. Apa Anda ingin tahu jenis kelaminnya?”“Nggak perlu, Dokter!” Seru Jasmine langsung yang membuat terkejut Mardina dan Benjamin.“Kenapa, Bu Jasmine? Selama ini Anda dan suami Anda tidak pernah ingin mengetahui jenis kelamin bayi Anda. Apa Anda ingin semuanya menjadi kejutan?”Mardina dan Benjamin mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan dokter. Dari perkataan tadi, itu berarti Jasmine sudah sering memeriksakan kandungannya di sini bersama Jagat karena mereka tadi mendengar kata suami. Tapi ada hal yang tak kalah membuat mereka terkejut, Jasmine menolak dengan sangat keras saat dokter menawarkannya mengetahui jenis kelamin bayinya.“Bukan begitu, Dokter.” Jasmine bergantian menatap wajah kedua orangtuanya dan dokter yang sedang memeriksanya itu.“Ada apa, Sayang?” tanya Benjamin.         
Read more
Part 84
Jagat tak langsung pulang ke rumahnya namun ia pulang ke rumah orangtuanya untuk mengatakan bahwa besok mereka harus melamar sekaligus membicarakan pernikahannya dengan Jasmine.“Selamat malam, Tuan.” Para pelayan terbelalak melihat wajah majikannya yang babak belur itu, namun meski begitu mereka tetap kompak menyambut kedatangan majikannya itu.Jagat melewati para pelayan itu begitu saja. Ia berjalan mencari keberadaan Monica dan Barmal.“Papi!” Shagun berteriak seraya berlari mengyongsong Jagat.Jagat tersenyum kepada Shagun agar tak membuat putrinya itu khawatir akan keadaannya. Seharusnya di saat yang seperti ini putrinya itu tak melihat keadaannya.Melihat wajah papinya yang babak belur dan sedikit mengeluarkan darah itu, membuat Shagun menangis kencang. Sebelumnya ia tak pernah melihat papinya dalam kondisi yang buruk seperti ini.“Papi kenapa?” tanya Shagun di tengah isakannya.“Papi ng
Read more
Part 85
Pagi harinya Jagat bergegas membersihkan tubuhnya lalu berangkat menuju rumah orangtuanya. Sampai di sana, orangtuanya terkejut melihat Jagat.“Tumben kamu pagi-pagi ke sini? Kamu mau ngajak Papa berangkat ke kantor bareng atau mau ngantar Shagun ke sekolah?” Tanya Barmal saat ia melihat Jagat berjalan cepat menuju ke arahnya yang akan berjalan menuju ruang makan.“Papa ini gimana? Kita kan akan ke rumahnya Om Ben buat melamar Jasmine,” sahut Jagat.Barmal menoleh ke arah Monica. Setelah itu mereka sama-sama mendengus.“Kamu pasti belum sarapan kan?! Ayo kita sarapan dulu.” Monica menggandeng tangan Jagat untuk menuju ke meja makan. Ia mendudukan Jagat lalu mengambilkan roti untuk putranya itu.“Ma, aku nggak bisa makan sebelum semuanya beres. Makanya kita lebih baik ke sana sekarang saja,” ucap Jagat.“Kamu ini masih waras kan?! Kamu mau mati konyol di tangan Benjamin?! Kalau kamu ke rum
Read more
Part 86
Bik Lastri berlari membukakan pintu tamu yang datang setelah memencet bel rumah.“Selamat pagi, kami ingin bertemu dengan Benjamin,” ucap Barmal.“Silakan masuk, Pak, Bu.” Bik Lastri mempersilakan ketiga tamu itu untuk duduk di sofa ruang tamu. Setelah itu ia masuk ke ruang tengah untuk memberitahu majikannya.“Pak, di depan ada tamu,” ucap Bik Lastri pada Benjamin.“Iya, tolong buatkan kami minum, Bik,” ucap Benjamin.“Baik, Pak.” Bik Lastri langsung berjalan menuju ke dapur.“Ayo kita ke luar, mereka sudah datang.” Benjamin berjalan mendahului Mardina dan Jasmine.“Ayo, Sayang.” Mardina merangkul bahu Jasmine dari samping lalu mengajaknya berjalan bersama.“Barmal,” sapa Benjamin.             “Teman baikku, Ben.” Barmal berdiri memeluk tubuh Benjam
Read more
Part 87
“Waktu Papa bicara tentang hal itu, waktu itu aku juga udah kenal sama Jagat, Pa. Malahan waktu itu aku benci banget sama Jagat. Soalnya aku kira dia pria hidung belang, Pa. Daia mendekati aku padahal aku tahunya dia itu udah punya istri dan anak. Apalagi aku kan guru lesnya Shagun,” ucap Jasmine. Ia bahkan sampai tersenyum kala mengingat kejadian waktu itu.Sontak saja mereka semua yang ada di sana tertawa mendengar pengakuan Jasmine.“Jadi kamu kenal Jagat karena kamu jadi guru lesnya Shagun?” tanya Mardina.“Iya, Ma. Setelah itu aku sering dgangguin terus sama Jagat,” sahut Jasmine.“Jasmine bahkan sempat marah sama saya, dan meminta saya menjauh darinya selama dua bulan, Tante. Dan atas permintaan Jasmine, akhirnya saya pun melakukannya. Saya terpaksa menjauhi Jasmine meskipun dalam hati saya meronta nggak terima. Tapi apa boleh buat, itu semua saya lakukan agar Jasmine nggak semakin ilfil sama saya, Tante.&rd
Read more
Part 88
Sore harinya Rosaline berjalan memasuki rumahnya dengan disambut ramah oleh Bik Lastri.“Selamat datang kembali, Mbak Rosaline.”“Terima kasih, Bik Lastri. Oh iya, apa Papa udah pulang?”“Hari ini Bapak nggak berangkat kerja, Mbak.”Rosaline terkejut dengan ucapan Bik Lastri karena tak biasanya papanya tak berangkat ke kantor.“Terus sekarang Papa ada di mana?”           “Sepertinya sedang ada di kamar, Mbak,” sahut Bik Lastri.“Ya udah aku ke kamar Papa dulu deh.”       “Baik, Mbak.”                       Rosaline berjalan menuju kamar Benjamin lalu mengetuk pintu kamar papanya itu. Tak lama kemudian pintu kamar dibuka oleh Mardina.
Read more
Part 89
“Halo, Sayang! Halo!” seru Jagat.Jagat berteriak saat sambungan telponnya diputus sepihak oleh Jasmine. Padahal ia masih ingin bicara banyak dengan calon istrinya itu. Tak diperbolehkan bertemu dengan Jasmine selama dua minggu adalah hukuman kejam dan terberat yang diberikan untuknya.“Sabar ... sabar, Jagat. Sebentar lagi kamu akan bareng-bareng terus sama Jasmine. Tinggal bareng, makan bareng, pergi bareng, tidur bareng, bahkan mandipun juga bareng.” Jagat tersenyum seraya menenangkan dirinya sendiri.Menjelang hari-hari pernikahannya, Jagat malah disibukan dengan banyaknya pekerjaan. Entah ini namanya rejeki menjelang hari pernikahan ataukan sial, ia pun tak bisa membedakan itu.“Kenapa malah banyak sekali pekerjaan?!” Seru Jagat melihat beberapa dokumen yang ada di atas mejanya.Tok tok tok                    
Read more
Part 90
Sampai di dalam mobil, Rosaline terus saja terdiam. Hal itu tak luput dari perhatian Jasmine. Rosaline bahkan tak memprotes saat Jasmine meminta supir melajukan mobil menuju ke rumah.“Aku mau ke kamar dulu ya. Kamu juga istirahat, pasti kamu capek kan.” Rosaline berlalu meninggalkan Jasmine yang masih berdiri di ruang tamu.Dari ruang tamu Jasmine mendengar suara mama dan papanya yang menyapa Rosaline. Jasmine lalu berjalan menghampiri mama dan papanya yang ada di ruang tamu.“Kalian melewatkan makan malam. Kenapa lama sekali baru pulang?” tanya Mardina. Saat ini ia sedang duduk di sofa ruang tengah bersama Benjamin.“Aku terlalu antusias milih-milih, Ma. Tadi aku juga udah milihin buat Mama dan Papa. Besok kalau udah siap baru dikirim ke sini.”“Tadi kata Rose kalian sudah makan ya?” tanya Mardina.“Iya, Ma. Tadi aku sama Kakak udah makan di restoran soalnya aku udah nggak kuat nahan la
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status