Semua Bab Bingkisan Daster Bekas Mertua: Bab 51 - Bab 60
63 Bab
Bab 51
Bab 51     "Celine, memangnya berapa kira-kira uang yang akan Galih dan ibunya serahkan padamu? Kamu tidak bohong kan, Sayang?" seorang laki-laki berpostur tinggi dengan kulit kecoklatan dan rambut sedikit gondrong bertanya pada Celine.     "Buat apa aku bohong sama kamu, Sayang? Ini aku serius lho. Sebentar lagi usaha properti yang kau kelola akan bisa lebih dikembangkan dengan uang uang itu. Bagaimana uang dua ratus juta  yang aku serahkan kemarin? Apakah cukup untuk menambah kekurangan kemarin?" Celine bertanya.     "Tapi kamu tidak menggunakan uang itu untuk berfoya-foya lagi kan? Kamu tidak menghabiskan uang-uang itu ke club malam kan? Jangan katakan bila kamu memberikan uang itu kepada wanita-wanita jalang yang menjajakan diri di sana," ucap Celine menyelidiki.     Lelaki yang ia ajak bicara mengatur tempat duduk tepat di samping Celine. Tangan kanan pria itu meraih jemari Ce
Baca selengkapnya
Bab 52
Bab 52...     "Darimana saja kamu, Celine? Jam segini baru pulang... !" Suara Bu Farah menyambut kedatangan Celine yang baru saja datang tergopoh-gopoh.     "Dari rumah Ibu, Mas," jawab Celine pendek.     "Dari rumah ibumu? Nginep di sana? Kenapa nggak bilang-bilang dulu sama Galih, ? Dia itu kan suami kamu," tegur Bu Farah.     "Halah ... hanya karena dia berstatus suamiku maka menurut ibu ke mana-mana aku harus bilang dulu sama dia? Nggak begitu juga kali ...," tanggap Celine bersungut-sungut.      "Bagaimanapun, Galih itu adalah suami kamu. Sebagai seorang istri, kamu wajib menghormatinya, Nak," Bu Farah mencoba menasehati.     "Bu, istri zaman sekarang beda sama istri zaman dahulu. Istri zaman dulu mah kampungan dan bego bego, diam ajh di rumah bergantung sepenuhnya sama suami. Saking kampungannya, mereka sangat mudah untuk di bodoh
Baca selengkapnya
Bab 53
Bab 53      "Di investasikan bagaimana maksudmu, Celine?" Galih menatap curiga.     "Masa kamu belum juga mengerti apa itu artinya investasi? Coba kau pikir, untuk mengendalkan gajimu, kebutuhan hidup kita ini tidak bakalan cukup. Lihat saja, hingga kini kamu bahkan tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ya sudah aku investasikan saja uang hasil penjualan rumah kemarin untuk ekonomi kita di masa mendatang," jawab Celine.     "Kamu investasikan ke siapa dan untuk apa?" Bu Farah tidak kalah terkejut.     "Saya investasikan pada orang kepercayaanku. Kalian seharusnya tahu bahwa aku ini adalah mantan wanita karir.  Ya sebentar lagi aku akan kembali berkarir. Aku bukan orang bodoh. Aku juga mengerti bagaimana caranya berbisnis," ucap Celine mencibir," lanjut Celine mencebik.     "Sebentar, sebentar, coba kau jelaskan baik-baik, investasi itu investasi apa dul
Baca selengkapnya
Bab 54
Bab 54     "Bukan begitu maksud ibu, Nak." Bu Farah sedih.     "Lalu apa? Ibu sudah cukup berbuat jahat sama Celine. Dia itu istriku. Aku tidak ingin ibu menyakitinya," bentak Galih.     "Astaga sejak kapan ibu menyakitinya?"     "Sudahlah Bu ..! Apa ibu juga ingin aku bercerai dari Celine sebagaimana aku dan Kiara? Tidak, Bu! Sudah cukup aku kehilangan Kiara dan aku tidak ingin kehilangan istri untuk kedua kalinya," ucap Galih. .    "Astaga, Galih. Mengapa kamu bersifat seperti ini?" Bu Farah bertanya-tanya.     "Bu, aku tidak punya cukup banyak  untuk berbicara, Aku hanya perlu bicara sebentar saja sama ibu," ucap Galih akhirnya.     Galih melangkah menuju ke ruang keluarga, sedangkan Bu Farah menyongsong dari belakang.     "Kamu ingin bicara apa, Nak?" Bu Farah membuka percakapan.
Baca selengkapnya
Bab 55
Bab 55     "Wah, lumayan juga ini duitnya, Mas...!" Sinar mata Celine berbinar-binar melihat lembaran-lembaran uang di tangan Galih.     "Ya, cukuplah buat bayar sewa rumah dan untuk biaya makan kita," sahut Galih.     "Hmmm ... Cuma buat bayar sewa rumah dan makan doang?" Tanya Celine dengan sungut manjanya.     Galih sudah bisa membaca apa yang diinginkan istri cantiknya tersebut.     "Iya, Sayang ... Jangan cemberut dulu dong," Galih membelai dagu Celine lembut.     "Kamu jangan khawatir, Mas pasti akan memberimu sebagian dari uang-uang ini," lanjut Galih kemudian.     Mendengarnya, wajah Celine berubah lebih sumringah.     "Mas ...!" rengeknya.     "Ya, Sayang"     "Mmm ... Mas mau kasih berapa buat aku?" ucapnya dengan manja yang di buat-buat.
Baca selengkapnya
Bab 56
Bab 56     "Celine, memangnya apa saja sih yang kamu laporin sama anakku? Sampai-sampai dia sekarang membenciku sedemikian rupa. Apakah kamu memang berniat untuk memisahkan kami?" Bu Farah terlihat geram.     Celine yang baru saja pulang, terlihat melengos dengan pertanyaan Bu Farah.     "Huuh ... Siapa juga yang ingin memisahkan kalian,  mau ibu ambil Galih seutuhnya pun aku tak mengapa," tanggap Celine cuek.     "Apa maksudmu?" Bentak Bu Farah.     "Dasar aneh ...," celetuk Celine sambil berlalu.          "Kamu dengar apa tidak aku tanya apa?" hlang Bu Farah.      "Halah ... Tidak usah terlalu banyak tanya, Bu. Apa Ibu benar-benar ingin aku memisahkan ibu sama Mas Galih? Kalau ibu menginginkannya tidak apa-apa, akan kulakukan dengan senang hati," ujar Celine sinis.   
Baca selengkapnya
Bab 57
Bab 57    Galih menyibak tirai, seberkas sinar cahaya matahari pagi menerobos masuk. Yang melirik jam tangannya,      "Sudah hampir pukul 08.00 pagi. Astaga ...!" Lelaki itu tereranjat.      Dengan bergegas, Galih menuju ke kamar mandi.       Sepeninggal Galih, Celine membuka mata. Matanya tertuju pada tirai yang sudah tersingkap.     "Sudah siang rupanya ..." Celine menggeliat.     Namun sejenak kemudian ia kembali menarik selimut.      "Ah biarin ajah ... Toh ada Bu Farah yang mengerjakan semua kerjaan rumah," imbuhnya seraya kembali meringkuk.     Baru saja ia ingin kembali terlelap, tiba-tiba Celine merasa perutnya bergolak.     "Aduh ... Kenapa ini perut? Kok jadi mules sih ..." Gerutunya.     "Hueekh ...!" Celine tidak tahan menahan
Baca selengkapnya
Bab 58
Bab 58      Sementara itu, di sebuah apartemen. Seorang pria duduk menghadap ke layar laptop. Mengerjakan kinerja yang belum selesai tadi siang.     Sebentar-sebentar matanya melirik ke sebuah  potret yang sengaja ia pajang pada dinding ruang kerjanya. Sebuah potret wanita yang ia kagumi sejak dahulu.     Perlahan ia menarik sebuah lembaran yang ia tulis beberapa tahun yang lalu. Dimana disana ia mencurahkan rasa kecewa yang dalam ketika mendengar wanita yang ia puja-puja akan menikah dengan pria lain. Sebuah foto kecil menyertai lembaran tersebut dengan lukisan wajah yang cukup ayu dengan sorot mata jernih dan bulu mata yang lentik.       "Ya Tuhan, seandainya saja ia bisa benar-benar menjadi milikku," gumamnya dalam hati.          Sebenarnya siapakah wanita yang ia maksud?      Wanita itu adala
Baca selengkapnya
Bab 59
Bab 59                "Lho kok ini mapnya ada dua ...? Lhoo ... Yang ini beda, punya siapa ya?" Kiara menggumam.     Tangannya memegang isi map. Ingin membukanya.      Hupp ...     Selembar kertas terjatuh.     Tiara melirik ke kertas tersebut, dan memperhatikannya baik-baik.     Seketika dahinya mengernyit.     "Kenapa ada fotoku di sini?"     Dan bukan hanya foto itu yang mengusik perhatian Kiara, namun goresan-goresan kata di sana juga cukup membuatnya bertanya-tanya.      Karena rasa penasaran ia mencoba untuk membaca goresan tinta  yang tertoreh di kertas putih tersebut.      [Ya, Tuhan ... ternyata selama ini aku mempunyai perasaan yang salah. Aku mencintai wanita yang tida
Baca selengkapnya
Bab 60
Bab 60        "Ada perlu apa kau pada orang tuaku ...?" desak Kiara.      "Apa kau ingin mengumbar kata-kata yang sama sekali tidak perlu?"      "Kiara, kau sungguh marah padaku hanya karena kata-kata di kertas itu kemarin?" Mahendra bertanya dengan mata sendu dan memerah.      "Tanya saja dirimu. Aku kasih tahu kamu sekarang, bahwa aku sama sekali tidak menyukai kata-kata seperti itu," lanjut Kiara lagi.       "Kiara, maafkan aku. Aku sungguh tidak sengaja meletakkan kertas itu pada dokumenmu. Karena kau sudah terlanjur melihat, maka aku akan berkata jujur. Tulisan itu kutulis tepat pada hari di mana Galih mengucapkan  ikrar ijab Kabul kalian di depan penghulu. Sekarang aku katakan, Kiara. Aku mencintaimu sejak dulu. Tapi ternyata kau lebih memilih Galih. Terus terang aku kecewa. Namun, aku tidak bisa berbuat banyak. Dan sama sekali tidak bisa menyala
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status