All Chapters of Terjebak Mantra!: Chapter 71 - Chapter 80
102 Chapters
Kejamnya Perpajakan
Malam datang, sekarang yang mengemudikan moter masih Nia, dia belum merasa lelah. Pukul setengah delapan malam, banyak sekali moter-moter yang melintas di dekat mereka. rupanya itu adalah jalur ramai, seperti jalur Pantura mungkin jika di Indonesia.“Hati-hati, Nia! Jangan sampai keluar jalur kita yang seharunya!” ujar Karfan mengingatkan dari kursi belakang, memecah keheningan.Memang, Nia menerbangkan moter dengan kecepatan yang lebih, Karfan sendiri sampai berdegup keras jantungnya ketika bersimpangan dengan moter lain.“Tenang saja, Karfan. Perjalanan dengan moter ini sama halnya dengan bermain game. Hahaha!” Nia membalasnya dengan tawa. “Bukankah kau adalah angkatan perang Kali Asin? Kenapa? Kau takut dengan kecepatan ini?” Nia mencibirnya.“Buknannya aku takut, Nia. Tapi, jangan sampai kita menambah masalah baru dalam perjalanan kita sampai Kanisan kembali dari markas angkatan darat itu!” Karfan mengun
Read more
Moter Bayangan
Malam berjalan seperti semestinya malam. Langit cerah. Dari jendela moter Safa melihat bintang-gemintang saling berjajar rapi, sepertinya bintang itu dekat sekali dibandingkan dengan bintang ketika dilihat dari bumi. Bahkan saking dekatnya, bintang-bintang itu seperti lampu jalanan, berkilauan, kadang berpindah-pindah tempat.“Kenapa kamu belum tidur, Safa?” tanya Nia kepada Safa.“Kamu sendiri kepada belum tidur, Nai?” tanya balik Safa.“Aku memikirkan tentang perjalanan kita akhir-akhir ini. Sebenarnya, apakah sudah benar tujuan dan apa yang kita lakukan saat ini? Aku tengah memikirkan beberapa hal itu, dan itu sangat mengganjal hatiku!” Nai memandang rembulan di kejauhan sana.“Aku mohon maaf kepadamu, Nai. Sebab dengan kedatangankulah kalian mendapatkan masalah. Hem... andai saja aku tidak datang, pastilah kalian tidak akan mendapatkan masalah seperti ini!” Safa merasa bersalah.“Urusan ini
Read more
Benar-Benar Menyebalkan
Benar-Benar Menyebalkan“Tabrak saja, Karfan! Biarkan dia hancur sekalian!” perintah Nia, dia sebal dengan moter di depannya.“Itu adalah perbuatan yang gila, Nia! Jangan demikian, itu akan merugikan kita sendiri!” sahut Karfan.Moter di depan benar-benar mengganggu laju moter yang dikemudikan Karfan. Ketika Karfan mengarahkan mengarhakan moternya ke arah kiri, maka moter di depan ikut mengarah ke ke kiri. Sebaliknya, ketika Karfan mengurangi kecepatan moter, moter di depan bertambah pelan. Benar-benar mengganggu.Nia geram, dia berkata, “Lalu apa yang akan kita lakukan, Karfan? Apakah kita akan menunggu sampai gajah bertelur? Apakah tidak ada cara yang bisa kita lakukan untuk menyingkirkan moter itu?”“Aku kira saat ini kita hanya bisa menunggu apa yang akan dia lakukan kepada kita,” usul Karfan. “Jangan sampai kita salah langkah dan mengambil sebuah kesalahan yang nantinya akan menyusahkan kit
Read more
Manusia Pencabut Chip
“Bangsat, mereka benar-benar berniat untuk berbuat yang tidak baik kepada kita!” Karfan menggerutu dari balik kursi kemudinya. Wajahnya menatap garang pada moter di sampingnya, moter itu berwarna hitam pekat, dengan lampu luar berwarna putih mengkilap. Sebenarnya banyak moter yang tengah melintas, tapi mereka sibuk dengan urusan masing-masing, saling tidak menghiraukan.Karfan berniat untuk membalas perbuatan moter di sampingnya, namun tiba-tiba saja Nai melarangnya. “Tidak usah dilayani, Karfan, biarkan saja apa yang mereka kehendaki, cukup menghindar dan melindungi diri saja!”“Baik, Nai, akan aku lakukan apa yang menjadi masukanmu!” sahut Karfan, dia mengurungkan niatnya awal, yaitu membalas serangan moter yang berada di sampingnya.“Hai, Karfan? Sebenarnya kau ini pasukan Kali Asin atau bukan, sih? Lembek sekali apa yang kamu lakukan, seakan-akan menunjukkan bahwa kita tidak punya kemampuan untuk melawan!” Nia
Read more
Rosok
“Jadi benarkah kau adalah orang yang dibicarakan oleh Kanisan?” tanya Karfan untuk memastikan.“Iya, dan aku akan segera melakukan apa yang diminta oleh Kanisan kurang ajar itu!” sahut pemuda.Pemuda itu telah bercerita singkat tentang dirinya, bahwa dirinya adalah manusia yang dimintai bantuan oleh Kanisan, dia adalah teman Kanisan untuk melepas chip yang berada dalam tubuh mereka.“Sebelumnya, dengan apa Kanisan memberikan kabar kepadamu?” tanya Karfan penasaran.Pemuda menjawab, “Orang gila itu memberitahu dengan sebuah alat rahasia ciptaannya, dan yang mempunyai alat itu hanya kelompok kami, Kanisan berada di dalamnya!” jawab pemuda memecahkan rasa penasaran Karfan.“Bolehkah aku melihat alat itu sebentar?” pinta Karfan.Dia buru-buru mengeluarkan sebuah alat kecil transparan dari sakunya. “Tentu, kenapa tidak!” Dia mengulurkan benda kecil itu kepada Karfan.&
Read more
Sebuah Hal Yang Rumit
Markas itu tampak megah, namun tidak terlalu besar. Halaman markas itu dipenuhi dengan rumput-rumput hijau, ada dua pohon besar yang menyejukkan. Terdiri dari tiga lantai, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Lantai pertama berisi alat-alat dan hasil penelitian, baik mandiri maupun yang sudah ditemukan terlebih dahulu oleh Dewan Kota dan instansi lain. Lantai dua berisi buku-buku, makalah-makalah, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, banyak sekali buku di sana dan tertata rapi, lembaran-lembaran dari berbagai jaman.Pada lantai ketigalah mereka menuju. Lantai tiga adalah sebuah tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian-penelitian, tempat melakukan aksi-aksi gila.“Di sinilah Kanisan menghabiskan waktunya ketika dia masih berada di dalam markas ini!” ujar Rosok kepada mereka.“Benarkah? Berarti dia benar-benar gila!” sahut Nai, tangan kanannya memegang sebuah tabung berwarna emas, namun transparan.
Read more
Bahaya Yang Lebih Besar
Rosok adalah sosok laki-laki yang penuh dengan semangat. Semangat dalam hidupnya terlihat ketika berusaha menyelamatkan nyawa Nai yang tengah dalam bahaya, kematian tengah mengancamnya.Pada ruangan yang tidak terlalu besar itu Rosok berusaha menahan sebuah nyawa yang akan keluar dari tubuhnya. Dua chip memang terpasang pada tubuh Nai, dan itu sangat menyakitkan hingga saat ini Nai tidak sadarkan diri. Rosok bergulat dengan segala cara, segala alat dan berbagai perangkat yang dia butuhkan.Pertama, Rosok mengambil sebuah kain hitam kecil, lalu meletakkannya di atas perut Nai. Kain itu membuat segala hal yang berada di bawahnya menjadi transparan. Perut Nai tampak merah menyala, usus-ususnya berubah warna dari cokelat menjadi merah api, merah menyala. Rosok mengggelengkan kepala ketika melihat pemandangan tersebut.“Ini benar-benar keadaan yang sulit!” ujar Rosok kepada dirinya sendiri.Sepintas dia pandang kembali wajah Nai, wajah lelaki yang baru beberapa waktu lalu dia kenal. Bukan
Read more
Bayangan Manusia
Dalam perjalanan hidup, manusia selalu dihadapkan dengan dua hal, meskipun manusia sebenarnya tidak menghendaki yang satunya. Dua hal tersebut adalah kesedihan dan bahagia. Semua manusia menginginkan kebahagiaan, namun tidak ada sama sekali manusia yang menginginkan kesedihan hadir pada dirinya. Manusia sama sekali tidak ada yang menginginkan untuk menjadi pribadi yang mendapatkan masalah.Sampai tengah malam Nai belum sadarkan diri. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam ruangan itu, bahkan Nia sekalipun yang notebenenya adalah adik Nai, dia tidak boleh masuk. Satu-satunya cara untuk memastikan bahwa Nai baik-baik saja, maksudnya terbaring dan tidak ada kesusahan di dalam sana, adalah menggunakan cctv. Pada layar monitor Nia tidak melepaskan pandangan sama sekali, dia terus memandangi Nai sampai matanya memerah, mengeluarkan air mata sebab memandang layar dengan begitu lamanya.Safa mengetahui hal itu, tapi tidak banyak yang bisa dia lakukan. Hanya menunggu dan menunggu yang bisa dia l
Read more
Pertarungan Mantra
Belum sempat Safa bertanya lebih jauh tentang manusia itu, tiba-tiba saja manusia tersebut sudah berubah wujud menjadi lebih menyeramkan lagi. Wajahnya tidak rupa manusia, matanya tiga dan mulutnya sangat lebar.Dia tertawa. “Hahaha, akhirnya aku kembali dipertemukan denganmu!” ujar lelaki itu setelah tawanya berhenti.“Aku juga senang sekali bertemu denganmu. Bukankah ini adalah pertemuan yang indah?” Rosok berkata dengan kalimat nahagia, namun sebenarnya itu adalah sebuah kalimat yang menandakan bahwa dia tidak ingin jumpa lagi dengan orang itu. Bukan sebuah pertemuan yang diinginkan.“Kau masih sama seperti dulu, sama-sama bermuka dua. Bukankah kau selama ini selalu menghindar dariku?” Orang itu berjalan mendekati Safa. Namun yang anh dari itu semua adalah... orang itu sepertinya tidak melihat kehadiran Safa.“Aku lihat anak buahmu di luar sana tidak ada yang mengetahui kehadiranku. Apakah kau sudah menjadikan mereka semua sebagai robot?”“Hahaha, dan itu adalah sebuah impian yang
Read more
Pecahnya Selaput Cairan
Itu adalah sebuah pertarungan dua ilmuwan yang besar, dua ilmuwan besar abad ini. Mereka sama-sawa kuat dalam mengeluarkan cairan, hampir seimbang. Namun, sepertinya Rosok lebih unggul dari pada bayangan yang sampai kekarang tidak diketahui siapa namanya itu, hingga pada suatu ketika...“Terima ini, Rasim! Aku akan mengeluarkan cairan yang selama ini kamu tidak bisa membuatnya, tidak akan pernah bisa! Hahaha!” Rosok tertawa keras sembari mengeluarkan sebuah botol dari laci meja kerjanya.“Silakan! Sedari tadi memang aku menunggu-nunggunya. Aku kira kau sudah lupa cara menggunakannya dengan baik, sehingga aku bisa menebak bahwa kali ini kau akan kehilangan keseimbangan dan cairan itu akan menghancurkan dirimu sendiri!”Bayangan menakutkan itu adalah Rasim. Bayangann yang sangat menakutkan bagi Safa itu adalah Rasim. Bayangan yang tidak bisa melihat Safa itu adalah Rasim.Dalam hati Rasim sebenarnya ada sebuah rasa takut kepada Rosok ketika dia mengeluarkan caoran itu dari laci meja ke
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status