Semua Bab Pesan Kotor Di Laptop Anakku: Bab 91 - Bab 100
150 Bab
91
BAGIAN 91POV ARIOYA ALLAH, AKU LELAH!               “Assalamualaikum, Mi. Apa kabarnya? Ada apa menelepon di luar jam istirahat?” Aku bertanya dengan nada yang lembut sekaligus sangat hati-hati. Kucoba untuk menepis segala gamang di dada yang datang sejak Abuya Fattah, pemilik pondok pesantren tempatku menimba ilmu, tiba-tiba datang ke kamar kami untuk memanggilku. Tak biasanya pria 56 tahun yang memiliki jenggot tebal dan kedua alis yang mulai penuh uban tersebut, memanggil anak didiknya sendiri. Tugas itu adalah milik Ustaz Rafiq, menantu beliau yang menjadi salah satu pengajar sekaligus kepala asrama putra. Makanya, aku merasa seperti ada sesuatu yang ganjil sampai Abuya datang dan memanggilku.              “W-wa-alaikum-salam ….” Suara Mami terdengar begitu parau. Terbata-bata
Baca selengkapnya
92
BAGIAN 92POV YESLINAKHIR TERSIAL               “Ray … suamiku bahkan belum dikubur—”              “Lho, masalahnya bukan itu! Mau udah dikubur atau belum, jelasnya aku minta kepastian. Setelah ini, aku bakal bisa tinggal di sana, kan?” Suara Ray meninggi. Nadanya kasar sekali. Aku tertegun sebab dia tak pernah seperti ini sebelumnya.              “Ray, please, tunggu waktu yang tepat. Biarkan aku berpi—”              Ray langsung memotong dengan sambaran keras, “Omong kosong! Jangan membuang waktuku, Yeslin!”             
Baca selengkapnya
93
BAGIAN 93POV JOHNBIAR AKU YANG HANCUR, JANGAN DIA               “Jadi, kamu pembunuh dua anak SMA dan manager PT SAP?!” Bentakan itu menggelegar. Memenuhi ruang interogasi yang berbentuk kotak dengan cat warna putih. Tanpa perabot pemanis apa pun. Hanya ada meja dan dua kursi yang tengah kami duduki. Aku yang berhasil mereka ciduk di halaman mall, tidak tahu menahu, dan ditutup begitu saja kedua mata ini hingga tiba-tiba kami sudah berduaan di dalam ruangan yang entah berantah keberadaannya.              Pria di depanku menatap dengan sangat geram. Tubuh berototnya yang dibalut dengan kemeja putih tersebut terlihat menegang. Aku tidak takut sama sekali. Santai saja menatapnya balik sembari bersandar di kursi dalam keadaan kedua tangan yang diborgol ke belakang.     &
Baca selengkapnya
94
BAGIAN 94POV ZULAIKABERITA YANG MEMBUAT HATIKU TERADUK               Aku sangat bersyukur bahwa polisi membolehkanku untuk menginap semalam di ruang perawatan kelas satu bersama Mami. Sekitar pukul 18.00 kami berdua dipindahkan ke ruang yang memiliki fasilitas dua buah tempat tidur pasien, pendingin ruangan, kamar mandi dengan shower air panas, dan sebuah televisi layar datar berukuran 32 inci yang tak memiliki banyak saluran.              Selama berada di ruangan, aku dan Mami dijaga ketat oleh pihak kepolisian. Ada Pak Agung dan Bu Prita yang berjaga di luar ruangan. Mereka sesekali menjenguk untuk menanyakan kebutuhan dari Mami maupun diriku. Entah mengapa, rasanya aku begitu beruntung di muka bumi ini. Dalam kondisi bahwa aku adalah sebagai korban sekaligus salah satu pelaku tindak kejahatan, polisi nyatany
Baca selengkapnya
95
BAGIAN 95POV JOHNBAYANG-BAYANG AJAL               “Jawab pertanyaanku, jangan bengong saja!” Penyidik brewok tersebut membentak. Dia menggebrak meja, membuat laptop yang berada di hadapannya ikut bergetar. Sialan lelaki ini, apa maunya?              “Iya. Aku suka kepada Zulaika. Kenapa memangnya?” tanyaku balik dengan perasaan geram. Geligi ini sudah gemeletuk. Andai tanganku tak diborgol, sudah tentu mukanya kuhadiahi bogem mentah.              Penyidik itu tersenyum sengit. Seringai dari bibir tebalnya tersebut makin memacu emosiku. Puaskah dia sudah berhasil mengorek sesuatu yang selama ini bahkan kututupi rapat-rapat dari Bona?             
Baca selengkapnya
96
BAGIAN 96POV DONI SUBRATAWAJAHNYA SEPERTI KENANGAN TERINDAHKU               Dadaku terasa nyeri ketika ambulans menjauh dengan raungannya yang nyaring. Ada debar yang tak biasa. Ada kekalutan yang tak semestinya. Bodoh! Mengapa aku sesentimental ini? Bukankah sebagai aparat penegak hukum, seharusnya aku bersikap profesional?              Gontai langkah kakiku berjalan menyusul tim forensik rumah sakit yang juga ikut ke TKP untuk mengambil tulang belulang korban pembunuhan di lantai sembilan. Kepalaku kini terasa kacau. Rasa cemas itu tiba-tiba merasuk ke relung jiwa. Ribuan pertanyaan berkelebat di kepala. Zulaika, kenapa bisa wajahmu begitu mirip dengan Anindya, mantan pacarku sewaktu SMP dulu? Tidak mungkin kamu reinkarnasi gadis yang telah meninggal dunia karena kecelakaan sepeda motor itu, kan? Lagian, mana
Baca selengkapnya
97
BAGIAN 97POV ARIODENDAM KESUMAT               Pukul 05.00 pagi, mobil travel yang membawaku, sampai tepat di depan rumah sakit tempat Mami dan Ika dirawat. Aku turun setelah berpamitan kepada sopir dan dua orang lelaki yang juga menumpang mobil Kijang Innova warna hitam tersebut. Kuseret koper besar berisi pakaian dan seluruh kitab-kitab yang kubawa dari pesantren. Sedang ransel hitam yang juga kuisi dengan beberapa helai pakaian maupun buku tulis, kini terasa berat membebani kedua pundak.              Sepanjang perjalanan di mobil travel, perasaanku memang sudah tak keru-keruan. Terlebih ketika kami mampir salat Subuh di mushala pom bensin. Sepanjang sujud, hanya banjir air mata saja yang mengalir dari kelopak ini. Kedua mataku sampai bengkak saking banyaknya menangis. Tak lain dan tak bukan, hanya Mami dan Ik
Baca selengkapnya
98
BAGIAN 98POV YESLINDIUSIR SEPERTI HEWAN               “A-aku—”              “Dia juga bilang kalau dia adalah pacarmu! Apa-apaan kamu ini, Yeslin? Cepat keluar! Selesaikan semua keributan di luar!” A Riswan menarik kasar tanganku. Membuat tubuh ini hampir terjerembab. Aku sontak menoleh ke arah Mama. Meminta pertolongan kepadanya, tetapi beliau malah terpaku dengan wajah yang sangat syok.              “Lepaskan! Lepaskan aku!” teriakku keras sambil memberontak. Namun, tenaga A Riswan sangatlah besar. Tubuhnya tinggi dan besar, membuatku tak berdaya ketika dirinya menyeretku ke ruang tamu.              Aku syok. Kaget bukan kep
Baca selengkapnya
99
BAGIAN 99POV BONAVENTURAMUSUH DALAM SELIMUT Enam bulan sebelum kejadian               “Sial!” rutukku pelan sambil melihat ke arah meja paling depan, di mana ada dua sejoli muda mudi baru saja datang dan duduk bermesraan. Keduanya saling hadap-hadapan, di mana yang perempuan menatap mesra ke arah pacar lelakinya yang sepertinya sebaya.              “Dad, kenapa?” Elang, anak bungsuku bertanya. Lelaki remaja yang semakin terlihat dewasa dan tampan itu, mengernyitkan keningnya saat aku tak sengaja memaki dengan suara yang lirih.              “Eh, tidak apa-apa. Cepat habiskan makananmu. Sopir Daddy sudah menunggu di bawah.” Aku memaksa Elang untuk menghabiskan hidangannya. Semangkuk ra
Baca selengkapnya
100
BAGIAN 100POV BONAVENTURA ADITIORAHASIA JOHN               “Hei, apa hubungannya Zulaika dengan kau berhenti menjadi pesuruhku? Kau lupa dengan kebaikanku selama ini? Kau lupa, siapa yang mengangkat derajatmu?” Aku membentak dengan suara lantang. Kutinju sandaran jok di depanku dengan perasaan yang begitu kesal. Sialan, John. Bisa-bisanya dia mengancam di saat begini.              “Aku berhak untuk menolak tugas darimu, bukan? Kalau Bos tetap memaksa, maka aku akan mundur, terlepas karena budi baikmu selama ini. Bukankah aku juga punya budi baik yang bahkan tidak akan mampu kau tebus, Bos? Salah satunya adalah ketika aku berhasil membunuh mertuamu yang pelit itu. Aku tidak meminta upah satu sen pun. Kamu harus ingat itu.” John menjawabku dengan berani. Tak ada nada gentar di suaranya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status