All Chapters of Suami Sekaku Batako: Chapter 31 - Chapter 40
40 Chapters
Demo
"Jangan pura-pura bodoh," tandas Cakra sambil memberikan tatapan tajam pada Asta yang saat ini masih menatapnya dengan tatapan penasaran."Apa?" tanya Asta lagi yang masih tidak mengerti dengan perkataan Cakra. "Aku ingin membuka makanan ini, kenapa memangnya?" Asta mengatakan hal itu sembari mengangkat bungkusan yang kini ada di tangannya."Jangan mengalihkan pembicaraan!" sentak Cakra.Asta pun langsung berekspresi aneh ketika mendapat sentakan seperti itu."Apa yang kamu lakukan tadi di depan?" Cakra mengatakan hal itu seolah sedang mengintrogasi tersangka kejahatan.Asta pun langsung menyipitkan matanya ke arah laki-laki di depannya itu. "Apaan sih Kak, kamu cemburu?""Jangan bicara yang tidak-tidak. Kamu tahu, dia itu bukan laki-laki yang baik."Mendengar jawaban Cakra, Asta pun langsung menghela napas panjang. "Ya kalau itu aku juga sudah tahu, kamu tidak perlu khawatir," sahut Asta dengan nada datar dan kemudian k
Read more
Tidak Perlu Pengacara
Melihat orang yang saat ini berdiri di dekatnya itu, Cakra pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah Pak Harto."Beliau ini lurah di desa ini," terang Pak Harto dengan tenang sambil melangkah dan kemudian ikut berdiri berjejer dengan Cakra.Setelah itu Cakra pun kembali mengarahkan pandangannya pada laki-laki paruh baya berseragam coklat tersebut. "Jadi Anda adalah kepala desa di sini?" tanyanya dengan ekspresi dingin di wajahnya."Ehem, benar. Saya ini adalah kepala desa di desa ini, lalu Mas ini siapa?" tanya laki-laki paruh baya tersebut dengan sikap yang ikut dingin seperti yang Cakra tunjukkan saat ini."Saya pemilik baru tempat makan ini," jelas Cakra sambil mengarahkan pandangannya pada rumah makan.Pak Lurah pun langsung mengangguk mendengar keterangan Cakra tersebut. "Jadi pemilik baru ya," gumam pria berseragam coklat tersebut."Benar. Saya adalah pemilik baru tempat ini. Para warga ini datang ke sini untuk memprotes masalah para pegawai lama tempat ini."Kemudian Pak Lu
Read more
Ancaman Pak Lurah
Setelah berbicara beberapa hal, termasuk tentang renovasi rumah makan itu, kemudian Cakra dan Asta pun meninggalkan restoran seperti dan pergi ke balai desa yang seperti dikatakan oleh Pak Lurah."Apa sih maksud Pak Harto?" gumam Asta sambil melangkah keluar dari mobil setelah memarkirkan mobilnya di halaman balai desa."Apa yang kamu gumamkan?" tanya Cakra yang juga baru keluar dari mobil hampir bersamaan dengan Asta."Tentang orang itu," jawab Asta sambil menatap ke arah Pak Lurah yang saat ini sedang berdiri di depan balai desa dan menatap ke arah mereka dengan sebuah senyum hangat di wajahnya.Dan seperti yang dilakukannya tadi, saat ini Cakra tak menjawab pertanyaan tersebut dan malah memilih tersenyum tipis sembari melangkah ke arah Pak Lurah yang terlihat memang sengaja menunggu mereka.Asta yang mendapat tanggapan sama seperti sebelumnya pun hanya bisa menghela napas panjang. "Lebih baik tidak bertanya," gerutunya sambil berjalan di belakang Cakra.Sepuluh menit berlalu, kini
Read more
Ajakan Kencan Satria
"Kamu penasaran?" tanya Cakra dingin.Asta pun langsung mengerucutkan bibirnya. Ia mempertimbangkan kalimat apa yang akan ia ucapkan agar laki-laki di depannya itu tidak bisa menemukan celah untuk mengejeknya. "Aku hanya ingin tahu saja, bagaimanapun juga aku akan terus ikut terlibat dalam semua hal ini selanjutnya," jawabnya sok bijak.Langsung saja keningnya mengerut. "Tumben," sahutnya tanpa menyanggah atau apa pun."Kamu ingin mengatakannya atau tidak? Kalau tidak pun tidak masalah," tandasnya. Asta lalu dengan santainya merogoh saku celananya dan mengambil ponsel yang terasa mengganjal sedari tadi.Setelah itu, seperti biasanya ia langsung saja mengoperasikan ponselnya. Menggeser sana-sini demi menunggu jawaban apa yang akan keluar dari bibir suaminya itu."Baiklah." Cakra mulai berbicara. "Pemilik tempat makan sebelumnya sudah menyuap orang tadi beberapa kali untuk masalah seperti ini.""Dan kamu punya buktinya?" Asta langsung duduk dengan tegak dan berkonsentrasi pada Cakra yan
Read more
Curhat Pada Ernie
Asta yang baru saja masuk ke dalam rumah pun langsung melangkah ke kamarnya. Ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang setelah menutup pintu kamarnya."As!" panggil Cakra sembari mengetuk pintu kamar tersebut cukup keras."Apa lagi sih," gerutu Asta yang semakin dalam membenamkan wajahnya ke bantal.Klak! Pintu kamar tersebut terbuka."Kamu sedang apa?" Cakra yang saat ini berada di tengah pintu kamar tersebut kini menatap aneh ke arah Asta yang masih tengkurap di atas ranjang."Tidur," jawab Asta tanpa mengganti posisinya."Ck," decak kesal Cakra ketika mendapat jawaban yang tak sesuai di pikirannya. "Duduk! Aku ingin bertanya sesuatu pada kamu.""Satria?" Asta menyahut tanpa menoleh sedikit pun."..." Cakra diam selama beberapa saat karena tebakan istrinya itu benar adanya dan itu membuatnya merasa sedikit aneh. "Ada hubungan apa kamu dengan dia?" Mendengar hal itu Asta pun bangun dari posisinya dan duduk bersila menatap Cakra. "Kamu cemburu?""Kamu tahu kan, aku tidak
Read more
Pendapat Satria
"Iya kamu," sahut Satria sembari duduk di dekat Asta dan kemudian menyenderkan punggungnya di bangku tersebut. "Kamu sendiri yang menolak ajakanku. Jadi tentu saja aku terpaksa melakukan itu.""Otak kamu isinya apa?" Satria pun menoleh dan menjawab, "Cukup banyak." "Hiss …," desisan disertai ekspresi masam pun muncul di wajah Asta yang benar-benar seperti kehilangan akal menghadapi pemuda di sampingnya itu."Kenapa lagi, apa aku salah menjawab lagi?" seloroh Satria sembari menatap seorang laki-laki yang sedang berjalan ke arah mereka membawakan dua gelas pesanannya."Tidak," tukas Asta sembari menoleh kembali pada Satria. "Oh, iya aku mau bicara serius dengan kamu, baga—""Iya, aku menyukai kamu. Jadi kapan kita jadian?" Satria memotong ucapan Asta dengan seenaknya sendiri."Sembarangan." Asta membulatkan matanya. "Aku ini ingin bertanya sesuatu yang penting.""Apa?""Dari mana kamu tahu kalau aku tidak jadi bertunangan dan bahkan sudah menikah?" tanya Asta dengan ekspresi yang beru
Read more
Hukuman
Setengah jam berlalu. Saat ini Asta yang sudah sampai di rumah pun segera meletakkan barang belanjaannya di meja dapur. Ia bernyanyi kecil sembari menyiapkan bahan masakannya."Jangan pernah kau sakiti aku lagi, cobalah untuk leng—""Sepertinya kamu sedang senang?" tanya Cakra yang tiba-tiba masuk ke dapur. "Biasa saja," jawab Asta sembari berbalik untuk mengambil pisau di dekat rak piring.Cakra kemudian dengan tenang duduk di kursi yang ada di sana. "Kamu ke mana saja tadi?" tanyanya.'Huh, sudah kusiapkan untuk ini,' batin Asta."Belanja bahan makanan, ke mana lagi," jawabnya dengan ringan."Belanja bahan makanan lebih dari satu jam?" tanya Cakra lagi.Asta pun menghela napas panjang. "Belanja kan harus milih," sahutnya masih dengan sikap tenang."Oh iya, nanti kamu kirimkan makanan ke tetangga sebelah," ucap Cakra dengan nada datar.Langsung saja Asta menoleh. "Maksud kamu ke tempat Satria?" 'Kalau benar-benar untuk mereka, ini pasti ada yang tidak beres.' Asta
Read more
Kamu Cemburu?
"Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca
Read more
Handuk Kekecilan
Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C
Read more
Sanggahan Cakra
Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status