Cakra membuat keputusan untuk menikahi gadis yang tumbuh bersamanya sejak kecil. Gadis yang selalu menjadi adik kesayangannya, kini berubah menjadi seorang istri. Benarkah ini semua tulus karena hanya ingin membantu gadis kesayangannya? Lalu bagaimana dengan calon istri yang tiba-tiba ditinggalkannya, apakah model cantik itu akan rela? "Hei, apa aku kurang seksi?" tanya Asta pada kakak angkat yang resmi menjadi suaminya itu. "Pakai bajumu, memalukan." * Laki-laki tampan, pengusaha sukses menikah dengan gadis cantik dari keluarga kaya raya. Bukankah terlalu sempurna? Tapi bagaimana jika kedua orang ini harus memulai semuanya dari nol. Sanggupkah mereka bertahan dengan semua kenyataan hidup yang harus mereka lalui sebagai pasangan? *Cakra dan Asta merupakan season 2 dari novel "SALAH RANJANG".*
View More"Suami?" tanya Asta dengan tubuh gemetar.
"Iya, suamiku. Kamu jalang! Berani-beraninya ingin merebut suamiku," ucap wanita itu sambil mencoba menarik kerudung Asta.
Tapi dengan cepat Cakra yang sudah berada di belakang Asta pun segera menepis tangan wanita tersebut hingga membuatnya terjerembab di lantai.
Wanita tersebut pun tak tinggal diam, ia kembali berdiri dan segera menunjuk wajah Asta yang masih syok dengan semuanya.
"Aku sumpahi kamu! Tidak akan ada laki-laki yang mau menikahi wanita jalang sepertimu! Dasar pela—"
"Diam! Aku akan menikahi dia!" bentak Cakra, menghentikan sumpah serapah yang keluar dari mulut wanita itu.
Asta pun langsung menoleh ke belakang dengan mata membulat. "Kak," ujarnya yang tentu saja terkejut mendengar kalimat laki-laki yang sudah hidup bersamanya sejak ia lahir ke dunia itu.
Namun seolah tak merasa ditatap oleh Asta, Cakra pun kembali berteriak, "Aku akan menikah dengannya sekarang juga. Kamu dengar!"
Wanita yang tadi sempat menyumpahi pun tersentak mendengar hal tersebut, begitu juga dengan para tamu undangan dan juga kerabat yang ada di ruangan tersebut. Mereka terkejut bukan main mendengar kalimat yang diucapkan oleh kakak laki-laki si calon mempelai wanita itu.
"Bagaimanapun juga mereka sudah menjadi saudara sejak kecil. Bagaimana bisa menikah begitu saja," komentar salah satu tamu undangan yang juga terkejut seperti yang lainnya.
Sedangkan tamu undangan yang ada di sampingnya pun menyahut dengan santai. "Tapi bisa saja. Bukankah Cakra itu hanya anak angkat."
"Benar-benar, aku dengar dia memang anak angkat. Bahkan katanya, namanya tidak pernah masuk dalam nama keluarga ini," sahut yang lainnya.
"Kalau begitu, bagaimana mungkin mereka mau menikahkan putri mereka dengan seorang anak angkat yang mungkin tidak jelas asal-usulnya."
"Tidak jelas bagaimana?" tanya yang lainnya, ikut penasaran dengan percakapan sekelompok orang itu.
"Kalau jelas, kenapa mereka tidak mengangkat dia dengan resmi menjadi bagian dari keluarga Brahmanto? Pasti kelurga aslinya itu bermasalah," sahut yang lainnya.
Bisik-bisik pun terus terdengar di ruangan itu. Ruangan yang harusnya saat ini melakukan acara sakral dengan penuh hikmat itu, kini berubah seperti pasar dengan suara berisik orang-orang yang membicarakan masalah tersebut.
\*
Di sisi lain.
"Pah, bagaimana ini?" tanya Nyonya Shassy—ibu kandung Asta—sambil menggenggam erat jas yang dikenakan suaminya.
Tuan Keenan yang merupakan ayah dari Asta pun terdiam sambil mengerutkan keningnya menatap kejadian yang terjadi tak jauh di depan matanya itu. 'Ck, kenapa ini jadi kenyataan,' batinnya.
"Pah," ucap Nyonya Shassy sekali lagi dengan posisi yang masih sama seperti sebelumnya.
"Tenanglah," ucap Tuan Keenan sambil memberikan kode pada anak buahnya yang ada di ruangan itu.
Sesaat kemudian para anak buah yang ada di ruangan tersebut langsung bertindak. Mereka dengan cepat maju ke depan ruangan itu, lalu membawa calon suami Asta dan juga wanita yang mengaku sebagai istrinya itu keluar dari ruangan tersebut.
Tentu saja para tamu undangan di ruangan itu pun makin heboh ketika melihat kejadian tersebut.
"Ulur waktu," bisik salah satu anak buah Tuan Keenan pada MC acara tersebut.
Mendengar hal itu, MC pun langsung bertindak. Ia dengan cepat mengatakan pada semua orang jika susunan acara malam itu dirubah dan mempersilahkan semua orang untuk mencicipi jamuan terlebih dahulu.
\*
Di ruangan lain.
Saat ini Tuan Keenan dan juga Nyonya Shassy sedang duduk di sebuah sofa di ruangan tersebut. Terlihat jelas raut wajah gelisah dengan kaki yang terus menghentak-hentak kecil di lantai menggambarkan apa yang ada di dalam hati wanita paruh baya tersebut. Hingga ….
"Ma … Pa," panggil Asta yang baru masuk ke dalam ruangan itu bersama dengan Cakra yang kini sedang berjalan di belakangnya.
"Sayang," ucap Nyonya Shassy sembari mengulurkan tangan ke arah putri semata wayangnya itu dengan mata berkaca-kaca.
Melihat tangan Nyonya Shassy, Asta pun langsung berhambur ke arah wanita yang sangat menyayanginya itu dan memeluknya dengan erat
Namun berbeda dengan Cakra yang sedari tadi selalu berada di belakang Asta, kini ia sendirian berdiri tegap dengan kepala menunduk di depan ketiga orang tersebut.
"Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Tuan Keenan sembari memberikan tatapan tajam ke arah anak angkat yang selama ini sudah diperlakukan seperti anaknya sendiri itu.
Namun Cakra tak menjawab sedikit pun, ia terus diam dan masih menunduk dalam.
"Angkat kepalamu! Apa aku pernah mengajarimu menunduk seperti itu?"
Mendengar kalimat itu, Cakra pun langsung mengangkat wajahnya dan menatap ke arah laki-laki berusia 56 tahun tersebut. Sebuah perasaan bersalah pun langsung menerjang hati Cakra ketika ia menatap netra coklat ayah angkatnya yang syarat dengan ketidaksenangan itu.
"Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan?" tanya Tuan Keenan dengan suara baritonnya.
"Tahu," sahut Cakra singkat.
"Apa kamu sadar akibat dari perkataanmu tadi?"
"Sadar," tegas Cakra sekali lagi.
Nyonya Shassy pun langsung menyahut, "Lalu bagaimana dengan adikmu, apa kamu pernah berpikir bagaimana nasibnya nanti jika kalian tidak benar-benar menikah. Rasa malunya pas—"
"Aku akan menikahi dia Ma," sela Cakra dengan tatapan yakin yang kini diarahkan pada wanita yang sangat dihormatinya itu.
Suasana di ruangan itu pun hening seketika. Kini mereka semua sadar dengan jelas jika Cakra tidak main-main dengan kalimatnya tersebut, termasuk Asta yang saat ini kembali menatap ke arah laki-laki yang sudah menjadi kakaknya sejak kecil itu dengan tatapan aneh.
'Dia tidak bercanda,' batin Asta.
Setelah itu Asta pun membetulkan cara duduknya dan bertanya, "Apa kamu serius Kak? Lalu bagaimana dengan Kak Le?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Cakra pun langsung menatap ke arah Asta dengan dingin. "Apa kamu meragukan aku?"
Asta pun langsung menelan ludahnya ketika mendapat tatapan yang selalu menakutkan sekaligus mempesona baginya itu.
"Kenapa, apa kamu pikir aku tidak serius?" tanya Cakra sekali lagi dengan nada bicara yang sama.
'Duh, kalau aku menikah dengan Kak Cakra bisa bahaya. Dia itu memang kakak idaman, tapi kalau harus jadi istri orang yang overprotektif dan kaku kaya dia, aku ….' Kalimat di dalam hati Asta pun mengambang ketika menatap dengan serius wajah tampan kakak angkatnya itu.
Pesona Cakra memang selalu membuat jantungnya berdebar kencang. Namun Asta selalu menepis godaan tersebut dengan mengingat bagaimana menjengkelkannya laki-laki yang berkata akan menikahinya itu.
'Big no!' Itu yang ada di dalam pikiran Asta, tapi hati kecilnya tentu saja tak sama.
Sedangkan Cakra yang sedang ditatap oleh Asta pun hanya bisa mengernyitkan keningnya, menunggu jawaban apa yang akan dikeluarkan oleh gadis yang sedang menatap lurus ke arahnya itu.
Kemudian ….
"Ehem!" dehem Tuan Keenan yang langsung menyadarkan Asta dari lamunannya.
'Ishh, kenapa aku malah melongo di saat begini,' batin Asta yang merasa malu sendiri dengan apa yang dilakukannya.
Mendengar deheman tersebut, Cakra pun langsung kembali menatap ke arah ayah angkatnya dengan tenang.
"Kamu tahu kan resiko apa yang harus kamu tanggung jika berani mempermainkan Asta," ucap Tuan Keen yang syarat dengan ancaman itu.
"Aku sangat sadar Pa," tegas Cakra.
Namun dengan cepat Nyonya Shassy langsung menatap ke arah suaminya tersebut. "Pah, ini—" Kalimatnya terhenti seketika, saat tuan Keenan memberi tanda padanya dengan melirik ke arah Asta.
Mendapat kode seperti itu, Nyonya Shassy pun langsung mengalihkan pandangannya ke arah gadis yang saat ini sedang duduk di sampingnya itu. 'Apa maksud Mas Keen, apa aku harus menanyakan ini pada Asta?'
Kemudian Tuan Keenan pun kembali menatap Cakra. "Kamu masih ingat kan, hal apa yang kamu syaratkan untuk calon suami Asta?"
"Ingat Pa," jawab Cakra dengan tenang.
"Apa kamu sudah merasa memenuhi syarat tersebut?"
Cakra pun terdiam ketika mendengar pertanyaan dari laki-laki yang selalu menjadi idolanya itu. Namun sesaat kemudian ia pun menjawab dengan tegas, "Belum."
Jawaban itu langsung membuat suasana di ruangan itu kembali hening selama beberapa detik, sebelum akhirnya Cakra melanjutkan kalimatnya. "Tapi aku ….
"Lalu apa jawaban yang tepat?" Tanya Cakra sambil menatap langsung mata Asta. Dia dengan lembut meraih belakang kepala Asta, dan kemudian membawa wajah mereka semakin mendekat satu sama lain. Hingga setelah beberapa saat akhirnya Cakra mengecup lembut bibir Asta. Ciuman itu membuat tubuh Asta benar-benar kaku.'Gila, ini bukan karena marah dan ini juga bukan sedang mimpi, dia benar-benar nyium aku,' batin Asta yang saat ini hanya mengedipkan matanya beberapa kali tanpa bereaksi apa pun terhadap ciuman Cakra.Hingga ...Tiiiit! Suara bel dari mobil lain yang ada di belakang mobil Cakra membuat Asta langsung mendorong tubuh Cakra.Ishhh! Desis Cakra karena bagian belakang kepalanya terbentur body mobil. "Maaf," ucap Aska sambil meringis melihat ekspresi wajah Cakra. "Cepet injak gasnya orangnya udah ngamuk-ngamuk," imbuh Asta sambil menatap ke arah belakang dan melihat orang yang ada di dalam mobil di belakang mereka saat ini baru saja keluar dari mobil.Cakra pun segera kembali ke
Setelah turun dari mobil Asta langsung menarik tangan laki-laki yang saat ini ada di dekatnya. Dia membawa laki-laki itu menjauh dari mobil."Kamu gila, ngapain kamu di sini?" tanya Asta sambil menatap tajam laki-laki yang ada di depannya."Sat, kamu jangan macam-macam, deh." Asta mengatakan hal itu sambil melepaskan lengan Satria. "Kamu kan tahu gimana galaknya Kak Cakra, Kamu sengaja ingin membuat aku kena marah terus."Sesaat kemudian Satria mengeluarkan ponselnya dan kemudian menyodorkan ponsel itu kepada Asta. "Apa?" Tanya Asta sambil menatap ke arah ponsel milik Satria. "Tulis nomor HP kamu," pinta Satria sambil terus menyodorkan ponselnya kepada Asta."Untuk apa?" tanya Asta sambil beralih kembali menatap mata Satria dengan dahi yang mengernyit."Tentu saja untuk menghubungi kamu, emangnya untuk apa lagi," jawab Satria sambil meraih tangan kanan Asta dan kemudian meletakkan ponselnya di atas tangan Asta. "Jika kamu tidak mau memberikan nomor ponselmu, maka aku akan berjal
"Mama mendengar kalau ada masalah dengan tempat yang dijadikan sebagai tantangan oleh Papamu," jawab Nyonya shassy dengan nada bicara yang terdengar jelas kalau dia sedang khawatir. Asta kembali menatap ke arah Raka yang saat ini sedang berbicara dengan Pak Harto. "Memang ada masalah, Ma. Tapi kakak sudah menyelesaikan semuanya," jawabnya lalu menghela napas panjang. "Apakah kamu tidak berbohong pada Mama?" Tanya Nyonya Shassy dengan cepat. Sebuah senyum kecil muncul di bibir Asta ketika mengingat kejadian di balai desa. "Iya Ma, Asta tidak bohong. Mama tenang saja semuanya di sini masih baik-baik saja," jawabnya untuk meyakinkan ibunya yang pasti selalu mengkhawatirkannya. "Lalu, apakah kamu sudah makan?" Tanya Nyonya Shassy."Sudah, pokoknya Mama tenang saja aku baik-baik saja di sini. Makanan juga ada di mana-mana jadi Mama tidak perlu khawatir. Sekarang Asta tutup dulu teleponnya karena Asta mau pergi ke toko kain, oke?" Ucap Asta dengan perlahan dan membuat kalimatnya terdeng
Asta pun langsung berbalik menatap ke arah Cakra. "Kamu yang melakukan ini?" tanyanya sambil nunjuk ke arah tanda cupang di tulang selangkanya.Cakra yang masuk ke dalam kamar itu dengan tergesa-gesa pun langsung mengganti ekspresi wajahnya. "Jangan konyol," sahutnya ringan."Apa maksudnya konyol?" Asta tak terima dengan perkataan Cakra. "Aku tahu jelas ini bekas ciuman, tidak mungkin bentuk begini karena digigit nyamuk."Cakra menghela napas panjang lalu melangkah ke arah lemari yang ada di kamar itu. "Mungkin kamu terbentur sesuatu," elaknya sambil mengambil pakaiannya dari dalam benda benda persegi panjang tersebut.Namun, di sela-sela gerakannya dia sempat melirik ke arah Asta yang saat ini sibuk dengan bekas merah di tulang selangkanya dan melupakan handuk kecil yang tak begitu bisa menutupi tubuhnya.'Jika yang di sini bukan aku, pasti laki-laki itu sudah memakan Asta sampai habis,' batin Cakra sambil mengalihkan pandangannya. Dia mencoba sebisa mungkin menahan hasrat yang tentu
Pada akhirnya, malam ini Asta terpaksa tidur di kursi ruang tamu karena dia bersikeras tak mau tidur sekamar dengan Cakra. Sedangkan kamarnya … setelah Cakra mengambil semua barang-barang Asta, akhirnya Cakra mengunci pintu kamar tersebut."Aku benar-benar tidak pernah berpikir akan ada hari seperti hari ini," gumam Asta sambil menatap ke arah langit-langit ruang tamu tersebut.'Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Apa aku besok kembali ke Jakarta saja ya,' batin Asta dengan mata yang mulai terasa berat.Setelah itu pada akhirnya Asta pun tertidur karena saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sementara itu saat ini Cakra sedang menatap ke langit-langit kamarnya. Dia mencoba mengingat semua hal yang dia lakukan hari ini."Asta," desahnya yang tak bisa merasa tenang jika sudah menyangkut wanita yang sudah menjadi bagian hidupnya sejak dia kecil itu.'Apa yang harus aku lakukan? Apa lebih baik aku mengatakan yang sebenarnya tentang syarat dari Papa,' batin C
"Aku bilang … aku lupa mematikan kompor!" teriak Asta tiba-tiba sambil menendang perut Cakra, hingga membuat Cakra mundur beberapa langkah.Dan tanpa berpikir panjang, Asta pun berlari keluar dari kamar tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya sendiri.Sedangkan Cakra saat ini sedang mengelus perutnya. "Dia benar-benar menendangku," gumamnya.Setelah itu Cakra pun keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur untuk mengecek apakah benar kompor di dapur benar-benar masih menyala. Akan tetapi, benar saja yang dia temukan adalah kompor yang mati. Bahkan tidak ada apa pun di atas kompor tersebut."Asta!" panggil Cakra yang tidak melihat istrinya di sana. Sementara itu, saat ini Asta tengah duduk di ranjang kamarnya. Dia membuka sedikit celananya dan memastikan semuanya."Gila, aku benar-benar lepas," gumamnya sambil menutup kembali celananya.Setelah itu Asta menatap ke arah langit-langit kamarnya. Dia menyentuh bibirnya dengan perlahan. "Dia benar-benar menciumiku, kasar lagi," uca
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments