Semua Bab Warisan Pacar 3 Bulan: Bab 11 - Bab 20
61 Bab
BAB 11: MBAK NOVI
Hari itu dihabiskan Donny dan Morin untuk memindahkan barang dari rumah Mariska ke rumah baru mereka.Mereka dibantu Jono dan Supri. Morin memaksa Jono juga ikut dengan membawa mobil sedan yang diberikan Pak Andreas untuknya, Morin mengatakan kalau saat kembali ke rumah baru, dia dan mbak Novi akan naik mobil miliknya sendiri. Dasar anak jaman sekarang, pikir Donny.Di rumah Mariska, Donny tidak bisa banyak membantu dikarenakan kakinya yang masih di gips. Jadi memang tenaga Jono dan Supri dibutuhkan untuk membantu mengangkat barang mereka ke mobil. Saat Donny sedang mengarahkan Jono dan Supri untuk menyusun barang yang akan dimasukkan ke dalam mobil, mbak Novi datang menghampirinya membawa sebuah dus besar.“Pak Donny”“Iya mbak Novi?”“Ini barang barang alm, sepertinya ini surat surat, dokumen dan perhiasan alm, apakah mau dibawa semua? Masih ada satu dus lagi di kamar. Apakah bapak mau
Baca selengkapnya
BAB 12: SEKOLAH BARU
“Mbak Novi”“Mbak Novi” suara itu datang bersama dengan tepukan di bahunya menyadarkan Novi dari lamunannya saat pertama kali bertemu alm.“Iya Pak Donny” dia melihat Donny menatapnya dengan kening berkerut“Apakah ada masalah Mbak Novi?” tanya Donny khawatir“Tidak Pak, maaf tadi saya teringat alm.” dia merunduk, dia takut Donny memarahinya karena bengong di waktu sibuk seperti ini.“Iya, tidak apa apa Mbak Novi. Saya hanya khawatir Mbak Novi mungkin sedang tidak sehat.” Donny mengulas senyum menenangkan. “Oh tidak Pak, saya sehat koq.. Ini sebentar saya ambil dus barang alm satunya lagi di kamar” dia langsung berbalik. Novi merasa wajahnya merona, dia tidak pernah disenyumi pria setampan Donny sebelumnya. Pria paling tampan yang pernah di lihat adalah Ucup, anak ketua RT di kampungnya yang menjadi idola gadis gadis di kampungnya sampai kampun
Baca selengkapnya
BAB 13: KUNJUNGAN BAGINDA RATU
Mereka tiba di rumah jam satu siang. Saat tiba di rumah, Donny tidak bisa bangkit dari posisi duduknya di mobil.  Kakinya sudah tidak bisa diajak bekerja sama, akhirnya dia dibantu Supri dan Jono menuju kamarnya. Dia sudah menahan nyeri di kakinya sejak di sekolah ke empat. Karena terburu buru ingin segera pergi dari sekolah ketiga, dia langsung menggendong Morin tanpa memikirkan kakinya yang masih di gips. Karena saat itu dirinya sedang panik, dia tidak merasakan nyeri di kakinya saat berjalan cepat dengan menyeret kakinya saat menuju mobil dengan menggendong Morin. Morin sudah tidak ringan, berat anak itu sekitar dua puluh lima kilogram. Dia baru menyadari nyeri di kakinya saat berjalan di sekolah ke empat, tapi dia tahan karena ini adalah tempat terakhir yang mereka kunjungi hari ini.Saat tiba di kamarnya, Donny langsung meminta Supri untuk mengambilkan tongkat penopang kakinya yang dia simpan dalam lemari, agar nanti dia bisa berjalan tanpa
Baca selengkapnya
BAB 14: MORIN vs ROSALINE
Morin marah, dia tidak terima ayahnya dipukul. Dia berdiri diantara Donny dan wanita itu. Dia menatap garang pada Rosaline. Rosaline yang sedari tadi memperhatikan Morin menaikkan sebelah alisnya, dia penasaran apa yang akan dilakukan anak itu.“PERGI SANA MAK LAMPIR!!!” usir Morin.“MORIN!!” Donny membentaknya, membuat anak itu kembali menghampiri ayahnya. Maksudnya membentak karena Morin tidak sopan, tapi anak itu malah berpikir lain.“Apakah sakit sekali papa? Kita ke rumah sakit ya, Morin panggil Pak Jono dulu.” Morin yang tidak menyadari suasana panas di sekitarnya berpikir kalau papanya berteriak karena merasa sangat sakit. Wajah wanita itu menggelap, warna merah menghiasi wajah putihnya, nafasnya sudah pendek pendek, amarahnya sudah sampai di batasnya. Bahkan anak berengseknya ini tidak bisa mengajari cucunya untuk sopan padanya. Dia sudah kembali mengepalkan tangan dan sia
Baca selengkapnya
BAB 15: RASANYA PUNYA OMA
Keesokan harinya Donny mengantar Morin ke sekolah keempat untuk mendaftarkan Morin untuk menjadi murid disana, namanya Sekolah Semesta Indonesia. Morin sudah siap dari jam enam pagi, padahal jarak rumah ke sekolah hanya dua puluh menit dan sekolah masuk jam tujuh lewat tiga puluh menit. Dia sangat bersemangat untuk bersekolah di tempat elit dengan guru guru tampan. Rosaline sedang menyiapkan sarapan nasi goreng saat Morin keluar dari kamarnya diikuti Novi. Mendengar suara langkah kaki mendekat membuat Rosaline mengangkat tatapannya dari makanan yang tengah disiapkannya. Tatapan bertemu dengan tatapan Morin, mereka saling menatap dalam diam. Rosaline menunggu anak itu untuk mengucapkan salam. Sedangkan Morin menunggu untuk ditawari makan.Krik krik krik Hampir sepuluh menit mereka saling menatap dan tidak ada yang mau mengalah sampai  kemudian Donny keluar dari kamarnya dan menyapa Rosaline.“Selamat pagi ma, ha
Baca selengkapnya
BAB 16: RASANYA PUNYA KELUARGA BESAR
Tanpa terasa hari cepat berlalu sampai di hari jumat, hari kedatangan ayahnya dan Darren beserta Eloisa. Donny sudah berusaha meminta ibunya untuk membatalkan titahnya menyuruh ayah dan adiknya datang ke Jakarta karena dia tidak enak menyusahkan semua orang, padahal dia tidak kenapa kenapa.Tapi ibunya mengatakan bahwa sebenarnya dia dan ayahnya sudah berencana ke Jakarta setelah pernikahan Darren, tapi belum menemukan waktu yang pas. Dan karena sekarang dia sudah di Jakarta, jadi sekalian saja ayahnya menyempatkan waktu ke Jakarta. Begitu juga dengan Darren dan Eloisa, ada yang mau om Aksa bicarakan dengan Darren, jadi Darren juga harus ke Jakarta. Om Aksa adalah sepupu mama. Om Aksa merupakan salah satu crazy rich Indonesia, perusahaan bertebaran di Indonesia, bahkan sampai ke benua benua lainnya. Om Aksa adalah adik angkat dari aya
Baca selengkapnya
BAB 17: GERMO*?
Tiga tahun kemudian..Di suatu sore yang cerah, Donny baru saja selesai menghadiri rapat di kantor pusat saat mendengar ponselnya berbunyi. Saat melihat id callernya, dia menghela napas.'Albert calling'Tidak ada berita baik yang akan disampaikan jika anak bungsu Pak Andreas yang baru berusia tiga belas tahun ini menghubunginya. Morin pasti berbuat ulah lagi.“Hallo”“Hallo, Om Donny”“Iya Albert, Ada apa?”“Hm, Om Donny… tadi kak Sissy pergi dengan teman temannya, bersama Morin juga”&l
Baca selengkapnya
BAB 18: 1MPOTEN
“Saya minta maaf, saya sungguh menyesali sikap saya yang terburu buru mengambil kesimpulan sendiri” kata wanita itu dengan wajah merona. Wanita itu tidak berani mengangkat kepalanya.Donny sekarang duduk di salah satu ruang VIP hotel Superlux dan menatap kesal pada wanita yang tidak dikenal itu yang masih berdiri sembari terus membungkukkan tubuhnya meminta maaf.Dia bahkan harus dibantu berdiri dan berjalan oleh Supri menuju tempat di mana mereka berada sekarang. Busyet dah sakitnya, di hajar ibunya saat latihan ga ada apa apanya dibanding rasa sakit yang dideritanya sekarang, bahkan sampai perutnya sakit dan dia merasa mual dan mau muntah. Entah apa hubungannya sakit disana dengan perut dan lambungnya?“Nona…. ?” Donny baru menyadari kalau dia tidak tahu nama wanita itu.“Monika,nama saya Monika Elizabeth Jordan” “Nona Monika, apa yang membuat anda menarik kesimpulan seperti ini?”
Baca selengkapnya
BAB 19: KENALAN SAMA MONIKA
Monika POVNamaku Monika Elizabeth Jordan, Aku anak kedua dari keluarga Jordan. Usiaku dua puluh lima tahun, aku mendapatkan gelar masterku di Harvard University di Amerika tahun lalu. Sekarang aku membantu di salah satu kantor ayahku di Jordan Tower yang berlokasi di kawasan kuningan. Bisnis keluarga Jordan cukup besar, mencangkup beberapa perusahaan di bidang industri hiburan dan hotel berbintang. Sedari kecil aku anak yang tomboy, rambutku selalu kupotong pendek. Saat anak perempuan lain seusiaku bermain boneka, aku lebih memilih bermain bola bersama anak laki laki. Hal itu terus berlanjut hingga aku remaja, saat anak perempuan ikut kelas memasak, aku memilih ikut kelas bela diri. Hingga dewasa pun aku masih selalu memotong pendek rambutku, walau dengan style rambut wanita.Aku memiliki seorang kakak perempuan yang berusia lima tahun diatasku. Dia wanita yang sangat cantik dan lemah lembut, sangat berbeda dengan diriku yang tomboy. Dia sangat m
Baca selengkapnya
BAB 20: KELICIKAN SISSY
Sekarang mereka sudah berada di ruang tamu kediaman Donny. Donny sudah duduk nyaman di sofa dan keenam anak bebek tersebut masih berdiri dengan kepala tertunduk.“Ada yang bisa jelaskan bagaimana cara kalian masuk ke The Hits? karena setahu saya untuk masuk kesana membutuhkan KTP yang menunjukkan usia minimal delapan belas tahun dan seharusnya tempat itu baru buka di jam tujuh malam.”Mereka masih menunduk dan tidak ada yang menjawab.“Baiklah, saya akan menghubungi Pak Andreas dahulu” kata Donny mengeluarkan ponselnya.“JANGANNNN!!!” teriak Sissy. Gadis itu langsung berlari menghampiri Donny dan bersimpuh di kakinya dengan mengatupkan kedua tangannya.“Tolong om Donny, jangan beritahu papa..  Nanti papa akan langsung mengirimku ke rumah nenek”. Anak itu mulai menangis. Dan seperti diberi aba aba, keempat teman Sissy langsung melakukan hal yang sama. Mereka semua bersimpuh di depan Donny yang mas
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status