Lahat ng Kabanata ng Uang yang Disembunyikan Suami: Kabanata 31 - Kabanata 40
48 Kabanata
Marina Diculik
 Marina langsung diseret ke mobil pick up. Diangkat naik, lalu diikat kedua tangan dan kakinya. Selanjutnya ditutupi terpal berwarna biru. Di teras kantor, Anton yang juga hendak pulang melihat semua itu. Ia berusaha menghalangi kepergian kendaraan itu, tetapi terlambat sebab pick up tersebut sudah jalan. "Ini enggak boleh dibiarkan. Siapa mereka?" Anton tidak ingin menyerah begitu saja. Ia segera naik di mobilnya, kemudian mengejar. Selama dalam perjalanan, Anton bertanya-tanya. Kemana Marina akan dibawa dan kenapa orang itu menjahatinya?  Anton menambah kecepatan mobilnya, tidak ingin kehilangan jejak. Bagaimana pun caranya Marina harus ditemukan malam ini juga. Ia takut sekretaris sekaligus wanita yang diidamkannya itu berada dalam bahaya. "Itu dia mobilnya," gumam Anton sambil terus fokus menyetir. Matanya tidak berkedip menatap pick up yang berada sekitar d
Magbasa pa
Marina Nyasar Ke Hutan
 "Bisa diam enggak?!" sergah orang yang berjenis kelamin perempuan yang tidak lain adalah Puspa. Selama ini Puspa selamat. Mail ditipu anak buahnya sendiri. Kedua anak buahnya meminta uang tebusan pada Ibu Rosma lalu setelah mendapatkannya, mereka pun menyerahkan Puspa. "Pu–Puspa?" gumam Mail, sambil memegang perut. Tidak menyangka Puspa masih hidup. Padahal waktu itu ia mencekiknya sampai benar-benar jatuh. Seluruh badannya lemah, pasti sudah mati. Mail yakin hal itu. Akan tetapi, kenyataannya tidak seperti yang ia pikirkan. Puspa tidak meninggal. Kini ia datang untuk membalas dendam. 
Magbasa pa
Antara Ray dan Anton
 Masih terperangah melihat foto yang ditunjuk Ray padanya. Ia menyeruput kopinya terlebih dahulu, lalu memperbaiki posisi duduk. Sesaat kemudian Anton merebut HP dari tangan Ray.  "Ini Marina yang aku taksir. Ya, ini dia," ucapnya. "Dia juga Marina yang aku cintai," sahut Ray. "Apa? Jangan bercanda kamu," ucap Anton tertawa kecil. Tidak percaya dengan yang diucapkan Ray. "Kenyataannya memang begitu. Bahkan almarhum Nessa menjodohkan kami. Hanya saja Marina belum memberikan jawaban," balas Ray. "Hahaha, ini benar-benar lucu, gila. Bagaimana mungkin ...." Anton tidak melanjutkan ucapannya. Terdiam, entah sedang memikirkan apa. "Mari bersaing secara sehat. Jika pada akhirnya kamu yang dipilih Marina, aku janji akan mundur. Akan tetapi, jika aku dipilih Marina, kamu enggak boleh mengganggu kami. Deal?" Ray mengulurkan tangannya dan disambut baik
Magbasa pa
Marina Dipecat
 Marina masih diam, ia tidak tahu harus menjawab apa. Pasalnya takut jawabannya akan mengecewakan. Ia juga tidak ingin membuat orang sedih atas tindakannya.  "Oh, iya Marina kalau boleh tahu siapa menculikmu dan bagaimana kamu bisa lepas darinya?" tanya Anton, memecah keheningan. Tidak ingin membuat Marina terdesak atas pertanyaan darinya dan dari Ray. Marina pun kembali menjelaskan. Anton kaget, ia baru tahu kalau Marina diculik mantan suami. Ia juga baru tahu kalau Marina itu seorang janda yang baru saja bercerai. Anton sedikit syok, terdiam beberapa saat kemudian menatap Marina dalam.  'Aku enggak peduli dengan statusnya. Selain cantik, dia juga baik. Aku yakin Marina bisa mencintai ibuku. Semoga saja dia memilih aku jadi pasangannya,' batin Anton penuh harap. "Marina, boleh numpang di toilet?" Ray berdiri. "Boleh, Pak. Masuk aja," balas Marina, mempersi
Magbasa pa
Hari Pertama Bekerja di Rumah Anton
 "Pak Ray?" Marina tersenyum senang atas kedatangan Ray. Akhirnya tidak jadi bersama Anton yang akan membuat Ray cemburu. Anton menoleh sambil berkata, "Eh, datang juga kamu?" "Kamu buat apa di sini?" tanya Ray balik beberapa saat setelah memilih diam sambil berusaha mengontrol emosi. "Aku? Ya, aku mau menjemput pekerjaku. Ini sudah jam berapa coba? Marina belum juga jalan," balas Anton. "Eh, itu siapa Pak?" Marina menunjuk Jihan yang tengah berdiri di dekat mobil Ray.&
Magbasa pa
Nyaman di Tempat Kerja
 "Pak Adnan?" gumam Bi Mudi, terlihat khawatir dan takut. Pasalnya, biasanya Pak Adnan hanya akan marah-marah tidak jelas.  Bi Mudi sudah sangat hapal bagaimana sikap dan sifat pria itu. Sebab, sebelum menikah dengan wanita lain, Pak Adnan masih tinggal di tempat itu bersama Nyonya Soraya.  "Pembunuh! Pergi kamu, pergi! Aku tidak mau melihat mukamu, pergi kamu!" teriak Nyonya Soraya sambil melempari kue brownies ke wajah Adnan yang sudah mendekat. "Jaga sikapmu orang gila! Aku datang ke sini hanya ingin memintamu menyuruh Anton menemuiku nanti malam atau kamu akan kubuat gila seumur hidup!" ancamnya marah sambil menunjuk-nunjuk Nyonya Soraya. Marina dan Bi Mudi takut sekali melihat kemarahan Pak Adnan. Mereka memegang tangan Nyonya Soraya.  Detik berikutnya Pak Adnan menatap Marina dari ujung kaki sampai kepala yang tertutup jilbab berwarna merah muda.
Magbasa pa
Puspa Jadi Buronan
 Marina sangat terkejut ketika sebuah tangan memegang kakinya. Akan tetapi, lebih terkejut saat pemilik tangan mendongak menatapnya sembari memperlihatkan wajah yang sepertinya menyiratkan kesedihan. Bahkan air matanya merembes keluar seakan meminta belas kasih dari Marina. "Marina, tolong aku plis," mohonnya. Tetes demi tetes air matanya jatuh. Kedua tangan mulusnya tidak ingin melepas kaki Marina. Ia tampak sangat menyedihkan. Kakinya mengeluarkan darah. Meski hanya sedikit, tetapi itu jelas sangat sakit. Kakinya terluka disebabkan tembakan. "Ya Allah, Puspa?" jerit Marina, langsung berjongkok membantu Puspa masuk rumah. Ia tidak tahu kenapa Puspa bisa seperti itu.  Pintu ditutup rapat. Marina membawa Puspa ke dalam. Membantu duduk di atas karpet. Puspa memegang kaki sembari meringis kecil.  "Apa yang terjadi Puspa? Kamu kenapa?" tanya Marina sambil membe
Magbasa pa
Marina dan Ray Akan Menikah
 Pak Adnan ternyata masih memiliki seorang istri selain Soraya dan juga Dena. Dena istri yang bersamanya sekarang ini kerap mendapat kekerasan fisik dari Pak Adnan karena suatu masalah. Apalagi yang menjadi masalah di antara keduanya kalau bukan masalah seksual. Dena sudah tidak ingin melayani Pak Adnan yang sudah tua. Makanya Pak Adnan sering memukul hingga Dena memilih selingkuh. "Kenapa semua ini terjadi di keluargaku ya Allah?" jerit Anton, frustasi. Sungguh itu di luar pikiran Anton. Sama sekali tidak menyangka pria yang seharusnya menjaga hati istri begitu tega menyakiti hati istri sendiri. Sekali lagi Anton berteriak keras. Asbak yang berada di atas meja ruang tamu dibanting keras hingga pecahannya berserakan di mana-mana. "Astaghfirullah," jerit Marina karena kaget. Wanita itu bergerak cepat mendekat ke arah Anton. "Pak, istighfar. Semarah apapun Bapak semua itu enggak mungkin ak
Magbasa pa
Surat dari Puspa di Penjara
 "Hai, enggak perlu dipikir lagi. Aku akan membantumu keluar dari sini, tetapi ada syaratnya." Kembali wanita itu berbisik.  Wanita yang tidak lain tidak bukan adalah Jihan. Entah dari mana dirinya mengambil pakaian sebagus itu. Selama ia hidup di jalanan, bahkan sudah seperti orang gila. Akan tetapi ketika muncul kembali tiba-tiba penampilannya berubah. Apakah Jihan sudah menikah dengan pria kaya? Entahlah. "Aku enggak ingin keluar dari sini. Di sini tempatku yang sebenarnya. Lebih baik kamu pergi saja karena sampai kapanpun aku enggak akan pernah tertarik dengan tawaranmu Jihan," tolak Puspa. "Halah enggak usah munafik, deh. Mana ada orang yang mau dipenjara? Ayolah, mari kita kerjasama menghancurkan Marina dan Ray. Bagaimana?" Jihan tidak akan pergi jika Puspa belum mengiyakan. Sebab ia yakin bahwa Puspa sangat ingin keluar dari tempat sempit itu. "Aku enggak munafik. Lebih baik
Magbasa pa
Ibu Rosma Meninggal
 "Innalilahi wa'innailaihirraji'un," gumam Ray, kemudian dengan sigap ia menangkap tubuh Marina yang tiba-tiba tubuhnya terlihat lemas dan mau jatuh. Sekujur tubuh Marina lemah tak berdaya. Nyaris jatuh pingsan andai tidak ada Ray menangkap tubuhnya.  "Marina, sadar ayo duduk." Ray membawa Marina bersandar di dinding. Orang-orang melihatnya heran. Mungkin pada bertanya siapa mereka ini hingga sebegitu sedihnya melihat keadaan Puspa dan Ibu Rosma. Suara tangisan terdengar memilukan. Ray menoleh, ternyata Puspa sudah sadar dari pingsannya. Sedangkan saat ini Marina berusaha tetap sadar walau rasanya ingin pingsan dikarenakan mengingat surat Puspa yang memintanya merawat Ibu Rosma. Akan tetapi, nyatanya sudah terlambat.  "Mas, tolong tenangkan hati Puspa. Kasihan," lirih Marina.  Ray tidak bicara sepatah kata pun, ia masih mengingat ketika pembantunya men
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status