Semua Bab Istri Tawanan CEO: Bab 81 - Bab 90
662 Bab
Tidak Bisa Melarikan diri
Wajah Aria berubah dari merah ke putih merasakan sesuatu yang keras menusuk perutnya. Tanpa melirik ke bawah, dia mengerti apa yang terjadi. Pria itu terangsang. “Dario Clark, kamu bajingan—“ mata melebar memelototi Dario ngeri. Dario terkekeh tidak mencoba menutupi apa yang dia lakukan. Dia menundukkan kepalanya dan berbisik menggoda di samping telinga Aria. Wajah pucat pasi mendengar bisikannya. “Tuan Clark, kesepakatannya adalah menyerahkan anak ini pada Hanna untuk dibesarkan, bukan untuk menjadi pemuas nafsumu!” Aria meronta marah dan mendorong dada Dario. Namun sayang karena perbedaan kekuatan, dia tidak bisa melepaskan diri pelukan Dario. Dario tersenyum menatap Aria dengan tatapan dalam. Dia mengelus sisi wajah Aria dengan lembut. “Aku bisa mengubah kontrak sesuai dengan yang aku inginkan. Karena kamu datang dengan kakimu sendiri memohon padaku dan sudah menerima uangku, kamu harus menurutiku, atau ....” Dia men
Baca selengkapnya
Kevin Datang
Aria ke rumah sakit dengan tergesa-gesa. Ramus sudah lama dibawa ke ruang operasi saat dia datang. Aria benar-benar kesal dan membenci Dario membuatnya melewatkan saat Ramus di dorong ke ruang operasi.Saat dia datang, tidak ada siapa pun yang menunggu di depan pintu ruang operasi.Aria tersenyum ironis. Dia dan Ramus jelas memiliki kerabat dan ayah kandung. Tapi tidak ada siapa pun yang datang mendoakan kelancaran operasi Ramus, bahkan untuk sekadar menjenguk.Stefan tidak akan mungkin datang untuk melihat anaknya sendiri.Aria dengan lelah duduk di kursi dan berdoa dalam hati agar operasi Ramus berjalan lancar.Dua jam kemudian, pintu ruang operasi terbuka.Aria langsung mendongak melihat seorang dokter keluar. Dia buru-buru menghampiri dokter Brown yang bertanggung jawab atas operasi Ramus dengan ekspresi cemas.“Dokter, bagaimana operasi adik saya?” Dia menatap dokter itu dengan tatapan penuh harap.Dokter Brown
Baca selengkapnya
Menjadi Teman
“Apa kamu sudah makan? Aku membawakanmu bubur ayam, makanlah selagi panas.” Kevin berkata dengan penuh perhatian sambil meletakkan paper bag itu di atas meja yang tersedia.Dia mengeluarkan termos dari dalam tas dan membuka penutupnya.Aroma bubur membuat perut Aria bergemuruh. Dia baru ingat belum makan dari sejak pagi. Aria menahan rasa laparnya dan mengerutkan keningnya menatap Kevin.“Kenapa kamu kenapa ke sini, bukankah aku sudah bilang jangan muncul lagi di depanku,” kata Aria dengan ekspresi muram.Kevin meliriknya sambil menghela napas melihatnya masih memperlakukannya dengan dingin.Dia meletakkan termos di tangannya di atas meja dan berjalan menghampiri Aria. Dia berhenti di depan Aria dan menatap gadis itu lembut.“Aria, setelah apa yang terjadi di apartemen tempo hari, aku menyadari bahwa aku sangat egois. Aku yang memutuskan meninggalkanmu, menghina, memperlakukanmu dengan kejam. Tapi a
Baca selengkapnya
Makan ada Makanan Gratis
“Kamu tidak perlu tahu,” ujarnya ketus sangat tidak mood bersikap ramah pada Kevin.Kevin teridam dengan ekspresi masam.Kali ini dia tidak membicarakan pertemanan dengan Aria. Dia mengalihkan pandangannya ke ranjang pasien dan menatap kondisi Ramus dengan ekspresi prihatin.“Aria, aku mendengar apa yang terjadi di kediaman Crowen. Apa kamu baik-baik saja?” Dia menatap Aria dengan tatapan prihatin.Wajah Aria mengeras diingatkan bagaimana Stefan begitu berdarah dingin mengabaikan hidup Ramus dan memaksanya untuk menandatangani surat penyerahan warisan yang ditinggalkan ibunya.Sekarang Ramus sudah berhasil melakukan transplantasi jantung. Dia pasti akan mendapat kembali warisan ibunya dari tangan orang-orang keji itu.“Aria?” panggil Kevin melihat Aria tidak menanggapinya.Aria tersadar dari lamunannya dan menatap Kevin.“Aku baik-baik saja.”“Kenapa kamu tidak datang
Baca selengkapnya
Surat Perjanjian
Saat dia membereskan termos bubur, ponselnya di atas meja berdering. Dia melirik dan mengerutkan keningnya melihat nama Dario di layar ponselnya.Dia mengepalkan tangannya sangat enggan menjawab panggilan Dario. mau tak mau dia mengangkat panggilan Dario.“Kamu di mana?” Dario bertanya tanpa basa-basi.“Aku masih di rumah sakit,” jawab Aria datar.“Keluar sekarang.”Aria mengerutkan keningnya sambil memandang Ramus yang terbaring di tempat tidur.“Aku masih harus menjaga Ramus,” ujarnya enggan. Dia ingin menghindari bertemu dengan Dario.“Aria ....” Suara Dario terdengar dingin.“Jangan lupa dengan kesepakatan kita. Keluar sekarang, aku menunggumu di parkiran rumah sakit. Jika kamu tidak keluar sekarang dalam lima menit. Aku yang akan menjemput ke sana dan menyeretmu keluar.” Setelah mengatakan itu dia menutup panggilan.Aria menggertakkan giginya. D
Baca selengkapnya
Jangka Waktu Kontrak
Aria menarik napas dalam-dalam menguatkan dirinya, lalu membaca lagi kontrak dengan cermat. Dia mengerutkan keningnya melihat jangka kontrak adalah lima tahun.“Mengapa masa kontrak lima tahun? Bukankah setelah aku melahirkan anak ini?” tanyanya menatap Dario.Selain melayani Dario juga, perjanjiannya hanya melahirkan dan menyerahkan anak diperutnya pada Hanna.Aria juga akan mendapat sejumlah besar uang dari Dario. Sangat besar hingga Aria tidak perlu bekerja selama lima tahun untuk menghidupi dirinya dan Ramus.Dia pikir setelah melahirkan dia akan bebas dan memikirkan rencana kecil untuk mendapatkan kembali warisan ibunya jika dia sudah cukup kuat.Setelah dia mendapat uang kontrak dari Dario, dia akan menggunakan uang kontrak ini untuk menggali bukti menuntut Stefan dan Emily menyembunyikan warisan ibunya serta pengacara korup.Ada pun anak ini, ada waktu baginya untuk merebutnya kembali jika dia mendapat warisan
Baca selengkapnya
Apartemen Hanna
Selama ada kesempatan bagi Ramus agar bangun dari komanya, Aria rela menerima takdirnya di tangan Dario. dengan kekuasaan dan kekayaan Dario, Ramus akan mendapat perawatan yang lebih baik.Namun Aria tetap diam dan menundukkan kepalanya, tidak menanggapi Dario.Melihat Aria tidak menanggapinya, Dario mengerutkan keningnya tidak senang. Namun tidak menegur Aria dan memanggil Haris.Tak lama kemudian pintu kantor terbuka dan sosok Haris muncul. dia melirik Aria sekilas dan sebelum membungkuk hormat pada Dario.“Tuan Clark, Anda memanggil saya. Apa Anda ada perintah?”Dario mengangguk kepalanya menunjuk Aria.“Apa kamu sudah menyiapkan vila di luar kota?”“Sudah Tuan.”“Bawa Aria ke sana, aku masih ada pekerjaan yang harus aku urus,” katanya duduk di kursinya dan memeriksa dokumen yang menumpuk di atas meja kerja. Dia tampaknya benar-benar sibuk.“Baik Tuan Clark,”
Baca selengkapnya
Teman Baik
Langit sudah gelap saat Aria pulang ke apartemen.Dia berharap Hanna tidak ada di apartemen saat dia datang.Tapi di luar harapannya, Hanna berada di apartemen.“Aria, kamu dari mana kemarin? Kamu membuatku cemas karena tidak bisa menghubungimu,” ceramah Hanna melihat Aria pulang.Aria memaksakan dirinya untuk tersenyum di depan Hanna.“Kemarin adikku tiba-tiba kritis dan harus dioperasi. Maaf, aku tidak memegang ponsel seharian.”Hanna berpura-pura terkejut.“Adikmu di operasi kenapa kamu tidak memberitahuku kemarin?” dia berkata cemas.Senyum Aria hampir goyah dengan malam sebelumnya. Bagaimana dia bisa memberitahunya saat Hanna sibuk bercinta dengan Dario.Dia merasa jijik tapi tidak bisa membenci Hanna. Itu adalah hak Hanna karena dia adalah pacar dan calon istri Dario, Aria tidak berhak marah.Mengingat dirinya harus menyerahkan anaknya pada Hanna, Aria merasa hatinya seper
Baca selengkapnya
Gemerlapan Kota
Haris menunggu Aria di lantai di parkiran apartemen. Saat melihat Aria keluar sambil membawa koper, dia membantunya membawa koper dan dimasukkan ke bagasi.“Apa ada tempat lagi yang ingin kamu kunjungi?” tanya Haris membuka pintu untuk Aria.Aria memandang gedung apartemen Hanna sambil menghela napas lalu menggelengkan kepalanya.“Tidak ada, ayo pergi.”“Apa kamu tidak mengunjungi keluargamu?” tanya Haris menatap dengan Aria dengan tatapan hati-hati.Wajah Aria berubah dingin dan acuh tak acuh. Dalam hati dia sudah memutuskan semua hubungan dengan Stefan atau pun keluarga Crowen sejak mereka tidak peduli dengan Ramus dan menyembunyikan warisan ibunya.“Tidak perlu. Mereka bukan keluargaku lagi,” balasnya dengan gigi terkatup sebelum masuk ke dalam mobil.Haris melihat wajah dingin Aria dan menghela napas dalam hati. Dia menutup pintu penumpang dan masuk ke dalam
Baca selengkapnya
Bibi Molly
Aria cemberut dan menggerutu, “Bajingan gila itu ....”Namun dia hanya menggerutu dengan suara pelan. Takut Haris akan mendengarnya dan mengadu pada Dario.“Pak Haris, tolong bangunkan aku ketika sudah sampai.”Aria merasa sangat lelah karena seharian ini menguras energinya dan ingin cepat-cepat sampai agar dia bisa tidur di tempat tidur.Haris mengangguk dan memutar musik dengan alunan syahdu agar membantu Aria tidur.Aria memejamkan matanya. Beberapa saat dia tertidur nyenyak.Mobil SUV yang dikendarai Haris melaju tanpa hambatan di jalur jalan tol. Satu jam kemudian mobil akhirnya berhenti di depan vila pribadi Dario.Haris memarkirkan mobil di halaman yang luas.Dia melepas sabuk pengamannya dan berbalik menghadap ke belakang untuk membangunkan Aria.“Aria, kita sudah sampai.” Dia memanggilnya sambil menepuk lututnya dengan pelan.“Hmm ...” Aria berg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
67
DMCA.com Protection Status