All Chapters of Terjebak Miliarder Posesif: Chapter 71 - Chapter 80

Nafsu makan Fahima benar-benar sudah hilang. Ada marah yang telah keluar begitu saja dari dirinya. Wanita berhijab itu membayangkan kehidupan pernikahan yang cukup mengerikan karena cemburu dan posesif Michael yang akan sangat berlebihan.“Mungkin ketika menikah dia akan berubah dan tidak akan terlalu mengekangku lagi.” Fahimah memalingkan wajahnya. Dia melihat keramaian taman yang terus bertambah oleh pengunjung muda mudi yang ingin menghabiskan waktu berdua di malam yang indah.“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Michael menatap Fahima. Pria itu selalu ingin tahu semuanya.“Tidak ada.” Fahima menoleh kea rah mobil mereka yang sedang parkir.“Apa?” Wanita itu terkejut melihat pasangan muda mudi yang sedang berciuman tanpa peduli pada orang lain.“Ada apa?” tanya Michael heran.“Tidak ada.” Fahima ingin mengajak Michael meninggalkan tempat itu, tetapi tidak mau mendekati sepasang kekasih yang sedang berciuman dengan penuh nafsu dan seakan hilang kesadaran.“Apa kamu tidak lapar? Kita bisa

Fahima membuka mata dengan perlahan. Dia melihat kamar yang masih gelap dan menoleh pada gorden balkon yang terbuka. Langit tampak mulai terang menuju pagi bersama azan subuh yang telah berkumandang sayup-sayup menyapa hamba Tuhan.“Dia pasti menggendongku.” Fahima memeluk guling dan malas untuk beranjak karena dia memang tidak salat. Wanita itu pun tidak akan bisa keluar dari kamar yang selalu terkunci oleh Michael.“Aku ini tahanan atau ratu? Tidak melakukan apa pun di rumah calon suami yang harus menikah karena terpaksa.” Fahima menatap isi kamar yang dipenuhi dengan perabotan mewah. Dia seakan baru sadar dengan situasi dirinya.“Apa yang harus aku lakukan? Bertindak biasa saja agar tidak dikurung dalam kamar ini dan bisa berkomunikasi dengan semua orang yang ada di rumah. Mungkin dia juga akan mengembalikan ponselku dengan bersikap baik. Ah.” Fahima memejamkan matanya.“Bersikap baik atau pun buruk sepertinya tidak berpengaruh dengan pola pikir Michael. Dia tetap pada prinsip diri

Mobil mewah Michael telah berhentik di tempat parkir bersama dengan kedua orang tuanya. Mata indah Fahima melihat sekeliling. Sebuah masjid yang berdampingan dengan banguan lain yang menjadi secretariat pusat yayasan muallaf.“Apa kamu tidak turun?” tanya Michael melihat pada Fahima.“Apa ini pertama kali kamu kemari?” Fahima menoleh pada Michael.“Tidak. Aku sudah pernah kemari untuk bertanya-tanya dan mempersiapkan semuanya. Hari ini sudah mengantaran berkas,” ucap Michael tersenyum.“Hah.” Fahima tidak menyangka bahwa pria itu sudah mempersiapkan diri jauh hari untuk memeluk Islam.“Lihatlah. Aku sudah membawa semuanya dengan lengkap.” Michael mengambil tas yang ada di kursi belakang.“Hm.” Fahima melepaskan sabuk pengawan dan membuka pintu mobil. Dia turub bersama Michael.“Selamat datang.” Beberap orang sudah menunggu dan menyambut kedatangan rombongan Michael dengan senyuman penuh kebahagiaan dan ramah tamah.“Terima kasih.” Michael tersenyum dan menoleh pada Fahima.“Apa ini ada

Mobil Michael sampai di rumah tepat ketika azan magrib berkumandang. Fahima turun dengan segera. Dia sangat buru-buru ingin masuk ke kamar untuk mandi dan salat.“Hey.” Michael memegang tangan Fahima.“Ya.” Fahima menoleh.“Mau diletakkan di mana belanjaan kamu?” tanya Michael.“Di ruang tengah saja. Apa boleh?” Fahima menatap Michael.“Tentu saja. Tidak ada larangan untuk kamu di rumah ini karena ini juga rumah kamu.” Michael tersenyum.“Apa? Baiklah. Aku harus ke kamar untuk mandi dan salat. Setelah itu aku akan kembali untuk merapikannya,” ucap Fahima menarik tangannya.“Ya.” Michael mengangguk.“Terima kasih.” Fahima berlari menaiki tangga dan masuk ke kamarnya.Michael menyapa semua pelayan untuk mengeluarkan dan membawa belanjaan Fahima. Dia pun berjalan menuju kamarnya untuk mandi serta salat magrib. Pria itu mulai belajar membaca Alquran seorang diri. Itu tidak terlalu sulit untuknya dengan menggunakan kitap suci dalam tiga bahasa. Arab, Indonesia dan huruf latin untuk memudahk

Azan berkumandang dari masjid yang tidak jauh jaraknya dengan rumah sakit dan terdengar juga dari ponsel Fahima. Wanita yang dengan setia duduk di samping tempat tidur Michael segera membangunkan pria itu. Dia telah selesai mandi sebelum subuh. “El, bangun,” bisik Fahima di telinga Michael. Suara lembut yang selalu dirindukan itu membuat mata sang kekasih terbuka dengan perlahan dan tersenyum melihat calon istri yang dicintainya.“Apa sudah waktu subuh?” tanya Michael dengan senyuman hangat menatap Fahima penuh cinta.“Ya,” jawab Fahima.“Tunggu sebentar.” Fahima menuju lemari pakaian. Dia mengambil baju kemeja dengan pendek agar mudah untuk dipakaikan pada Michael.“Apa mau gosok gigi?” tanya Fahima memakaikan baju kepada Michael.“Ya.” Michael terus tersenyum dan melihat Fahima membuka koper. Dia mengambil sikat gigi dan pasta gigi. “Aku bisa ke kamar mandi. Kakiku tidak sakit.” Michael tersenyum melihat Fahima yang tampak sibuk.“Ah benar. Luka kamu di punggung dan kepala.” Fahima