All Chapters of Harem milik Suamiku: Chapter 101 - Chapter 110
129 Chapters
Bab 101 : Makan malam
Max menurunkan Marigold di teras Edelweis mansion."Jangan cemberut begitu dong," bujuk lembut Max sembari membantu melepaskan sabuk pengaman Marigold.Cup. Max memberikan kecupan panjang di kening Marigold."Kamu janji akan menemaniku sepanjang malam," tuduh Marigold sambil menusuk dada bidang suaminya dengan jari telunjuknya. "Tapi kenyataannya.. belum ada satu jam berjanji, sudah ingkar. Dasar plin-plan."Max meraih pergelangan tangan istrinya, lalu mengecup punggung tangannya. "Bukan begitu sayang. Jangan pernah menuduhku ingkar janji, aku hanya memundurkan janji. Kan kamu dengar sendiri, kalau tadi kakekku tiba-tiba menelpon. Mereka ingin makan malam bersamaku."Marigold melingkarkan kedua tangan di leher Max. "Kalau begitu, biarkan aku ikut makan malam denganmu. Aku kan istrimu, jadi aku juga termasuk keluargamu. Lagipula sejak menikah denganmu, aku jarang bertemu keluargamu. Tiap hari hanya bertemu dengan para siluman di mansionmu itu sampai aku muak.""Lain kali saja, sayang,"
Read more
Bab 102 : Godaan
Satu jam sebelumnya di Edelwise Mansion.Entah mengapa suasana hening saat memasuki pintu utama mansion, membuat bulu kuduk Marigold berdiri, seolah dirinya sedang travelling ke istana berhantu. Marigold melirik jam tangannya. "Baru jam sembilan malam," gumam Marigold lirih dengan mata menyapu setiap sudut ruangan yang sunyi, bahkan para pelayan pun tidak nampak batang hidungnya. "Aku tidak salah masuk rumah kan? Tumben, mansion sepi kayak kuburan. Kemana semua orang, kok tiba-tiba menghilang? Atau.. jangan-jangan mereka diculik alien?"Tok-tok-tok-tok-tok.Suara sepatu Marigold menggema di ruangan yang dilewatinya. Marigold mengedikkan bahunya, mencoba tidak mempedulikan suasana yang cukup mencekam. "Sudahlah. Kebetulan juga aku sedang malas berbasa-basi dengan para siluman itu."Tiba-tiba.. sebelum kakinya naik ke anak tangga pertama menuju kamarnya, sekelebat bayangan muncul di samping kiri Marigold dan membuatnya terpekik kaget."Astaga.." Tangan Marigold mencengkram bajunya kar
Read more
Bab 103 : Tuduhan
Ketika Max dan Archie menghambur masuk ke dalam Edelweis mansion, keduanya mendapati Marigold tengah dikerumuni dan dihakimi oleh para istri. Sedangkan kepala Marigold menunduk lesu, memandang ke bawah, tidak mempedulikan dengan jari-jari telunjuk yang merecokinya."Ck, malam-malam begini kenapa kamu membuat keributan, Marigold?" gerutu Lotus, istri keenam, sembari mengikat erat tali jubah tidurnya. Lalu kedua tangannya bersedekap di dada, memandang tak suka pada Marigold."Kenapa anak anjing itu?" tanya Amarilis, istri kelima menimpali sambil berjongkok untuk melihat si dogi lebih dekat. "Apa dia sakit? Kalau sakit, bawa saja ke dokter hewan. Atau panggil saja dokternya kemari. Kasihan kalau cuma diselimuti seperti itu.""Kata Thomas, anjing itu sudah tidak ada napasnya." Chrysan, istri kedua menjawab datar. Thomas adalah kepala pelayan di Edelweis mansion."Mati?! Anak anjing itu sudah mati?" seru kaget Lotus dan Amarilis berbarengan."Marigold, kamu yang membunuhnya? Tega sekali ka
Read more
Bab 104 : Mengkhawatirkan Marigold
Apartemen Max.Cklek.Max membawa Marigold ke apartemen pribadinya. Sepanjang perjalanan dari Edelweis mansion hingga pintu apartemen terbuka, sama sekali tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Hanya isak tangis lirih Marigold yang sesekali terdengar.Blam. Pintu tertutup. Max mengurung tubuh lesu Marigold pada pintu. Disentuhnya dagu istrinya hingga mata yang berkaca-kaca itu mau menatapnya. Ibu jari Max mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi Marigold. Sorot mata yang kecewa itu membuat hati Max pedih. "Sayang," bisik Max yang membungkuk ingin mencium bibir Marigold, namun istrinya itu memalingkan wajahnya hingga bibir maskulin itu hanya mengenai pipi lembutnya."Biarkan aku sendiri." Sikap penolakan Marigold membuat Max semakin sedih. Istrinya ini sama sekali tidak mau memandangnya. Seumur hidupnya, Max tidak pernah menghibur seorang wanita yang sedih. Max hanya paham bagaimana memanjakan wanita serta menyenangkan mereka dengan hartanya. Juga tidak sulit membuat para wa
Read more
Bab 105 : Rencana jahat lainnya
Sementara itu di Edelweis mansion.Sepeninggal Tuan Max, Marigold, dan Tuan Archie, para istri duduk berkumpul di ruang keluarga di Edelweis mansion. Televisi layar datar 70 inci sudah dinyalakan, dengan program acara berita seputar luar negeri. "Yes, kita berhasil. Kita berhasil. Kita berhasil membuat Max marah pada Marigold dan menghukumnya. Well, apa rencana kita berikutnya? Benar-benar tidak sabar melihatnya kembali gemetar dan ketakutan." Istri kembar, Lily dan Peony yang kompak berkomentar bersahutan. "Huh, tentu saja berhasil. Siapa dulu yang merancangnya?" Chrysan mengibaskan rambutnya, berjumawa."Tapi aku tidak suka rencanamu yang melibatkan anak anjing yang tidak bersalah itu. Meskipun aku tidak menyukai hewan, tapi itu terlalu kejam, Chrysan. Bisa-bisanya kita meracuni hewan kecil yang tidak bersalah." Raut wajah Lotus yang muram, menggeleng tak setuju."Ck, untuk memuluskan rencana, apa pun itu bisa dilakukan," bantah ketus Chrysan memicingkan mata pada Lotus yang keban
Read more
Bab 106 : Frustasi karena Nina
Di tempat lain..Martin sedang duduk di belakang kemudi mobilnya, sambil mengunyah beef burger yang kedua. Ketika melihat sebuah mobil lain datang mendekat, Martin segera memasukkan sisa burger ke dalam mulutnya, lalu menyeruput soft drink yang sudah tak ada rasanya, untuk mendorong burger itu masuk ke tenggorokannya."Pa," panggil Martin yang keluar dari mobilnya sendiri, lalu berlari kecil mendekati mobil papanya yang sedang menunggu pintu pagar rumah dibukakan."Martin?" Papanya membuka kaca mobil dan mengernyit. "Sedang apa kamu disini? Kenapa tidak langsung masuk saja?"Martin menghela napas panjang. "Tante Martha tidak mengizinkanku masuk, bahkan para satpam sudah diperintahkan supaya tidak membukakan pintu untukku.""Kalau begitu masuk mobil papa saja. Kita masuk sama-sama," ucap papanya yang tahu tujuan putranya datang ke rumah untuk menemui Nina, namun selalu dihalang-halangi istri keduanya."Terima kasih, pa." Martin berlari kecil, melewati bagasi, lalu membuka pintu penumpa
Read more
Bab 107 : Dua saudara?
Entah berapa kali, Nina menghela napas hari ini. Sepanjang pagi hingga menjelang siang, Nina sudah menyumbang karbondioksida yang cukup banyak hingga menciptakan hawa panas di sekelilingnya. Karena hanya itulah yang bisa dilakukan Nina saat dirinya menghadapi mama dan tingkah keras kepalanya.Dari jam enam pagi, pintu kamar tidur Nina sudah diketuk tanpa henti hingga dirinya terpaksa membukanya. Setelah itu, Nina mendapati dirinya digiring ke kamar mandi untuk menyegarkan diri, lalu duduk di depan cermin yang dipenuhi dengan lampu-lampu terangnya. Jiwa yang belum terkumpul sepenuhnya, membuat Nina merasa gamang dan hanya bisa menurut apa pun yang diperintahkan padanya."Huft.." Helaan napas lega ketika Nina akhirnya dibiarkan sendiri di kamarnya, setelah dirinya dipermak habis-habisan. Tanpa membuang waktu, Nina segera memasang alat penyadap suara yang diberi suami kedua mamanya, di bagian dalam pakaiannya. Nina sudah diwanti-wanti agar alat penyadap pemberian Martin itu, jangan samp
Read more
Bab 108 : Sembunyi di hotel
"Selamat datang."Martin mengangguk ketika seorang satpam membukakan pintu kaca sebuah lobi hotel mewah berbintang lima. Martin terus mencengkram pergelangan tangan Nina, menariknya hingga mendekati meja resepsionis."Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Seorang resepsionis pria menyapa ramah."Hmm." Martin mengangguk sembari memberikan kartu tanda pengenalnya pada resepsionis itu. "Aku sudah melakukan reservasi untuk satu kamar double room. Aku datang untuk check in. Pesanan atas nama Martin.""Baik. Mohon ditunggu."Nina mengguncang tangan kiri Martin dan bertanya dengan resah. "Heh Martin, kenapa kita malah pergi ke hotel? Bukannya kita harus segera menjauh dari mama? Jangan bilang kamu mau ena-ena ya. Ingat, aku sedang lampu merah," tudingnya sewot."Ck, buang semua pikiran kotor dari otak mungilmu itu." Martin menjitak lembut dahi Nina. "Aku seorang gentleman, bukan predator para gadis. Tidak ada pemaksaan dalam kamusku soal bercinta.""Aw, sakit," rengek Nina sambil mengusa
Read more
Bab 109 : Curhat di ponsel
Drrrtt-drrrtt-drrrtt.."Halo, siapa ini?""Marigold," jawabnya sembari mencari posisi yang nyaman untuk mengobrol. "Sedang apa kamu, Nina? Tidak sibuk kan? Aku harus menumpahkan semua uneg-uneg, kalau tidak.. aku bisa bisulan.""Oh Marigold, nomermu baru ya?" jawab Nina di ponsel, dengan latar belakang suara krasak-krusuk. "Dan kenapa suaramu menggema begitu? Memangnya kamu berada dimana?""Bukan nomer baru. Aku menelponmu memakai ponsel Max," jawab Marigold dengan mata menyapu pandangan di depannya. "Suaraku menggema ya? Sori, aku lagi di kamar mandi. Rasanya seharian badanku gerah melulu, jadinya aku sudah satu jam berendam untuk menetralkan suhu tubuh sekaligus hati dan otakku yang panas membara."Nina berdecak sinis mendengar ocehan absurd Marigold, sepupunya. "Lalu ponselmu sendiri kenapa?""Justru aku mau ngedumel soal ponselku.""Maksudnya.." Suara Nina terdengar bingung.Marigold menarik napas panjang sebelum memulai aksi mengomelnya.. "Kamu tahu kalau si Max itu sudah seenak
Read more
Bab 110 : Memikirkan seseorang
Sementara Marigold mendesah tak berdaya di bawah pelukan Max, Archie mondar-mandir gelisah di kamar tidurnya. Akhir-akhir ini, dirinya tidak bisa menghilangkan sosok istri ketujuh sepupunya itu dari pikirannya. Wanita itu berbeda dengan yang lain, begitu lugu dan polos. Rasanya begitu menyegarkan ketika berada di dekat Marigold. "Apa Marigold akan baik-baik saja bersama Max?" gumam Archie semakin galau ketika sambungan telponnya pada Marigold, diputus begitu saja oleh Max. "Aku kenal baik sepupuku. Max memang pecinta wanita, tapi dia bukan pria yang berhati lembut. Max tidak akan segan menghukum seseorang jika melakukan kesalahan. Jadi.. aku harus memikirkan cara, bagaimana menyelematkan Marigold dari cengkraman kejam Max?"Archie mengusap tengkuknya dengan gelisah. Otaknya terus berpikir keras. Sesekali berdecak girang saat menemukan sebuah ide cemerlang menyelematkan Marigold, namun tidak jarang menggelengkan kepala karena tidak yakin rencananya akan berhasil. Archie yakin pengaman
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status