Semua Bab Harem milik Suamiku: Bab 51 - Bab 60
129 Bab
Bab 51 : Mengancam
Di suite hotel Alexander.Max terbangun dengan segar. Max meregangkan tubuhnya dengan nyaman. Matanya melirik pada tubuh telanjang yang masih bergelung di sisinya. Well, bercinta dengan kekasih hati memang membuatnya rileks dan menurunkan stres serta melupakan semua keruwetan masalah hidup. Terlepas apakah partner bercinta nya seringkali membuat pusing kepala Max.Srek.Max menyibakkan selimutnya, lalu turun dari ranjang. Langkahnya yang hendak ke kamar mandi terhenti saat teringat sesuatu."Dimana ponselku?" gumam Max dengan mata menyapu sekitar dirinya berdiri. Tidak ada. Benda persegi dan pipih itu tidak terlihat dimana pun. "Semalam aku meletakkan ponselku dimana ya?"Max menelusuri setiap sudut suite itu tetapi tidak kunjung menemukan ponselnya dimana pun. Kemudian Max menatap tajam kereta dorong yang berisi piring, mangkuk, gelas serta panci saji dari sisa-sisa makanan semalam.Max tergelak histeris. "Tidak mungkin," gumamnya seraya mengobrak-abrik semua peralatan makanan itu. "
Baca selengkapnya
Bab 52 : Marigold yang terpojok (1)
Di Edelweis Mansion.Marigold sudah membuka matanya, tetapi dirinya masih bergelung malas di ranjang empuknya. Semalam dirinya tidak bisa tidur nyenyak gara-gara Martin, si asisten tuan milyader yang merecokinya tanpa jeda, tidak ada koma ataupun titik. Ck. Bahkan omelan tuan menyebalkan itu sampai terbawa ke dalam mimpi Marigold. Itulah sebabnya Marigold tertidur tetapi tidak nyenyak.Haaah, beginilah omelannya..."Nyonya Marigold, saya sangat marah dan kecewa dengan sikap anda yang tiba-tiba menghilang," tuduh Max tidak senang. "Anda adalah tanggung jawab saya. Bagaimana kalau anda betul-betul hilang? Apa anda tidak berpikir, bisa saja anda diculik, dilukai, bahkan lebih parah lagi bisa terbunuh? Anda perlu tahu Nyonya Marigold, bahwa lawan bisnis Tuan Max itu sangat banyak, lebih banyak dari dua puluh jari kaki tangan anda.""Tapi aku..."Martin mengangkat tangannya, mencegah Marigold menyela untuk memberi penjelasan. Dengan nada datar, Martin melanjutkan kicauannya..."Diam-diam a
Baca selengkapnya
Bab 53 : Marigold yang terpojok (2)
"Aku jadi berpikir apa Max perlu memeriksakan matanya yang berkabut hingga membuatnya tidak bisa melihatmu yang ala kadarnya ini dengan jelas? Ck, benar-benar penurunan kualitas."Mendengar serentetan sindiran dan cacian membuat Marigold menarik nafas dengan gemetar. Tekanan hati terasa berat, terus menyerangnya tanpa ampun. Jika serangan itu secara fisik, mungkin Marigold bisa membalas menyerang serta menjatuhkan lawannya. Tetapi ini adalah serangan verbal. Meskipun Marigold sudah kenyang dengan ejekan dan olokan di masa sekolahnya dulu, tetap saja hatinya terasa sesak ingin meledak.Marigold memandang nanar Tuan Martin si algojo yang seolah menghakiminya dengan kemunculan beraneka ragam coklat, juga para siluman yaitu para istri yang memandangnya dengan iri karena dirinya lebih diperhatikan oleh tuan milyader. Ck, memang cocok sebutan panggilan itu untuk mereka semua yang berhati jahat. Sialan! Ini namanya hadiah pembawa petaka.Air matanya sulit untuk dibendung lebih lama lagi. Den
Baca selengkapnya
Bab 54 : Kondisi Marigold yang menyedihkan
Di dojo, tempat Marigold biasanya berlatih karate. Dojo itu adalah milik pamannya, papa dari Nina."Hiiyaaaa.."Brak."Hiiyaaaa.."Brak.Sudah selama setengah jam penuh, Marigold memecahkan semua persediaan kayu yang digunakan untuk latihan kekuatan di dojo. Tetapi kini semua kayu itu sudah pecah dan tidak berbentuk lagi."Hiiyaaaa.."Brak."Sudah, hentikan Marigold," amuk Nina, sepupunya yang berdiri di depan papan kayu yang hendak dipecahkannya lagi. "Tanganmu sudah memerah, bengkak, dan mengeluarkan darah. Apa kamu mau jadi cacat, hah?!""Minggir Nina!" bentak Marigold marah sambil meremas kedua tangannya yang dibebat handswrap super kencang. Meskipun begitu, tangannya masih saja gemetar akibat terlalu banyak memecahkan papan kayu itu. "Aku harus menyelesaikan jadwal latihanku yang sudah lama terbengkalai.""Ya, tapi tidak berlatih gila-gilaan seperti ini. Yang ada, kamu bukannya sehat dan kuat, malah justru akan melukai dirimu sendiri. Hentikan sekarang juga, Marigold," bantah Nin
Baca selengkapnya
Bab 55 : Rekaman (1)
Sementara itu, di kantor pusat Alexander.Max masuk ke ruangan direksi bagaikan angin badai. Dengan menudingkan jari telunjuknya pada sekretaris nya, Max memberikan perintah..."Hubungi Martin sekarang juga.""Baik Tuan Max."Max sudah menyentuh gagang pintu penghubung ke ruang pribadinya, ketika teringat sesuatu. Max kembali berbalik dan menghadap sekretaris nya."Bilang pada Martin.. belikan aku ponsel baru.""Baik Tuan Max."Cklek. Blam.Tiga jam kemudian.Tok-tok-tok."Anda mencariku, Tuan Max?" tanya Martin sambil membuka pintu ruangan Max, lalu menutupnya."Kamu ada dimana saat Zahra menghubungimu, hah?!" geram Max yang sebal melihat asisten pribadinya datang sangat terlambat. Sambil bersandar ke sandaran kursi kerja, Max membanting file dokumen yang baru saja dipelajarinya untuk bahan meeting dengan bagian keuangan. Zahra adalah sekretaris Max."Zahra menghubungi saat saya sedang berada di Edelweis Mansion," jawab Martin sambil meletakan tas kantung kertas. "Dan ini ponsel baru
Baca selengkapnya
Bab 56 : Rekaman (2)
Drrrt-drrrt-drrrt."Tuan Max, ponsel anda berbunyi."Max mengedikkan dagunya pada Martin. "Kamu saja yang angkat."Martin mengangguk patuh, lalu meraih ponsel itu. "Halo Nyonya Alexander," sapanya sopan."Jadikan mode load speaker," perintah Max seraya duduk lagi di kursi kerjanya. "Aku ingin dengar apa yang mama katakan."Sejurus kemudian terdengar suara mama tercinta.."Martin, dimana Max?" tanya Nyonya Alexander tanpa basa-basi. Dengan suara lantang, mama Max mencecar Martin, asisten pribadi putranya. "Kenapa kamu yang mengangkat ponselnya? Apa saat ini Max sedang meeting? Dia meeting di kantor atau di luar? Siang ini, aku ingin mengajaknya lunch bersama."Martin memandang Max untuk meminta jawaban. Max mengangguk lesu sambil memijat pangkal hidungnya."Nanti akan saya sampaikan, Nyonya Alexander," jawab Martin diplomatis."Satu lagi, Martin.""Ya Nyonya Alexander. Ada pesan apa lagi?""Suruh Max mengajak istri terbarunya. Aku ingin makan siang dengan mereka berdua. Oke, aku putus
Baca selengkapnya
Bab 57 : Menguping di balik tirai
"Martin, apa kamu sudah menghubungi pengawal yang mengawal Marigold?" tanya Max yang dengan cemas mencengkram tali sabuk pengaman yang melintang di dadanya. "Sudah. Dia sudah menunggu di lobi rumah sakit," jawab Martin sambil menginjak pedal gas mobil semakin dalam. "Lalu apa kamu juga sudah memberi kabar pada mamaku kalau aku tidak bisa datang untuk makan siang bersama?" Sambil mengusap tengkuknya, Martin menjawab, "Sudah." Max menoleh ke arah Martin saat mendengar nada jawaban asisten pribadinya yang ragu. "Mama bilang apa?" "Ck, kupingku sangat panas kena omel panjang lebar plus tinggi disertai volume," jawab Martin dengan menghela nafas panjang. "Untunglah mama tercintaku tak suka mengomeliku," imbuhnya tersenyum muram. Mama tercinta Martin sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kemudian... Di lobi rumah sakit. Max membanting kasar pintu mobil ketika kendaraan yang dikemudikan Martin berhenti di depan lobi rumah sakit. Informasi tentang rumah sakit juga diperoleh dari pe
Baca selengkapnya
Bab 58 : Ribut di IGD
Srek.Manik mata Marigold refleks tertuju ke arah suara dari tirai hijau yang tersibak terbuka."Tuan Max? Sedang apa anda disini?" ucap Marigold gugup sambil menarik tangannya yang dibebat perban coklat dari genggaman tangan Nolan.Dua pria di depan Marigold memperhatikan sikapnya yang meremas kedua tangan di dada, dengan pose seolah sedang berdoa. Max merasa cemburu dengan pria lain yang menyentuh Marigold, sedangkan Nolan merasa kecewa karena Marigold cepat-cepat menarik tangannya akibat kepergok orang lain."Aku datang untuk menjemput istriku," jawab Max sedikit ketus sambil berjalan lalu berdiri di sisi Marigold yang kosong. Tangan Max langsung bertengger di bahu Marigold, istri ketujuhnya itu."Aku sudah selesai kok. Nina mungkin sudah selesai administrasi nya," jawab Marigold sedikit gugup karena merasa dirinya kepergok selingkuh dengan si mantan terindah."Marigold, apa kamu tidak mau mengenalkan kami berdua?" desak Nolan lembut seolah sedang menenangkan Marigold pada situasi
Baca selengkapnya
Bab 59 : Ribut lanjutan
"Gi-gigolo?!" pekik Marigold tertahan dengan menutup mulutnya."Benar Marigold. Mantan kekasihmu ini adalah seorang gigolo, simpanan tante-tante kaya. Aku sudah menyelidikinya. Tidak mungkin salah," ucap Max sambil meremas kedua bahu Marigold untuk menenangkan istrinya dari serangan syok akibat pemberitahuan itu.Marigold menggeleng-gelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Max. "Gigolo?! Benarkah itu, Nolan? Benarkah kamu simpanan tante-tante? Aku..""Jangan dengarkan dia, Marigold," protes Nolan sambil berjalan mendekati Marigold, mengulurkan tangan untuk menyentuhnya."Berhenti! Jangan sentuh Marigold dengan tangan kotormu itu!" hardik Max geram dengan menangkis tangan pejantan lain yang ingin menyentuh miliknya.Nolan memandang Marigold dengan pandangan memelas. "Percayalah padaku, Marigold. Aku ini pria baik-baik, mana mungkin aku seorang gigolo? Kamu juga mengenalku dengan baik.""Aku tidak tau, Nolan. Aku tidak tau apakah aku mengenalmu dengan baik atau tidak,"
Baca selengkapnya
Bab 60 : Berdebat sengit
"Pastikan kunci pintu kamar dan jendelanya. Jangan sampai dia kabur."Manik mata Marigold mendelik tidak percaya ke arah suaminya. "Dasar penjahat! Sekarang anda mengurungku di istana penyihir itu?! Keterlaluan sekali."Max menghela nafas panjang mendengar Marigold yang uring-uringan di sebelahnya. Kepala Max selalu sakit jika harus berdebat panjang lebar dengan para istrinya.Sambil memijat keningnya, Max berkata dengan lembut, "Aku hanya tidak ingin kamu membuat ulah dengan menemui si mantan luknut itu, Marigold. Statusmu adalah istriku, jadi aku menginginkan kerjasamamu untuk jadi istri yang penurut. Aku sama sekali tidak bermaksud membuatmu terkurung dan menderita di istanaku.""Penurut?! Baiklah, aku akan jadi istri penurut!" sembur Marigold kesal dengan mengibaskan tangannya yang diperban coklat. "Tapi anda tidak boleh mengurungku! Aku tidak akan betah terus-terusan berada di dalam kamar. Meskipun semua fasilitas yang anda sediakan itu sangat mewah, semuanya itu tidak berarti ba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status