All Chapters of Nafsu Gelap Sang Majikan: Chapter 91 - Chapter 100
301 Chapters
Chapter 91
Seorang gadis terlihat mengajari seorang remaja laki-laki di halaman belakang rumah. Dia menampilkan senyum indah dan mengajar dengan sepenuh hati. Andira, dia berdiri di samping Randy yang sedang mencoba bermain biola."Ini sangat susah." Randy mulai mengeluh."Tidak akan susah jika terbiasa. Aku juga dulu seperti itu Tuan Muda."Mendengar apa yang dikatakan Andira, itu membuat Randy merasa sedikit lega, dia masih terlihat menjepit biolanya di antara leher dan bahunya.Tangan Andira mulai menyentuh lembut jemari Randy dan mengarahkannya dalam bermain biola, dia tersenyum saat Randy mulai baik dalam menggunakannya, Randy juga ikut menampilkan senyumnya pada gadis itu."Nah kan, kau sudah bisa. Nanti juga akan terbiasa dan akan lebih muda."Randy mengangguk dan mulai menggesek-gesek lembut senar biola itu. "Begini lebih muda."Andira yang melihat kemajuan dari Randy membuatnya menghela nafas senang, dan mulai menghindar lalu duduk di a
Read more
Chapter 92
Martin mengelus lembut bibirnya, dan matanya memandang ke bawah, dia merenung dan membayangkan apa yang mungkin terjadi. Apa yang mungkin akan terjadi. Dia terus berpikir, hingga seseorang menyentuk pintu. "Jangan ganggu!" Martin saat mendengar ketukan itu. Namun pintu tetap terbuka, membuat Martin menghela nafas berat, dia menatap ke arah pintu dan melihat, istirnya yang melangkah masuk dan menutup pintunya. Martin merasa kesal, hatinya yang sudah sedari tadi panas kini semakin panas. Sarah berjalan masuk dan langsung duduk di kursi tamu di depan meja. Matanya terlihat terkejut melihat Martin dengan pinggir bibir yang pecah dan berdarah. "Ada apa dengan bibirmu? Kau terluka?" Dia langsung berdiri dan mencondongkan wajahnya pada Martin, tangannya mencoba menyentuh bibir Martin, namun Martin terlanjur memundurkan wajahnya dan menghindar dari sentuhan Sarah. Dia merasa jijik dan tatapannya sangat-sangat benci. 
Read more
Chapter 93
Suara besar mengagetkan Andira, dia langsung berdiri dari duduknya bersamaan dengan Randy yang juga terkejut. Pintu kaca itu terbuka dengan keras dan Raisi berdiri tepat di bingkai pintu. Dia berhenti di sana. Andira dan Randy memandang ke arah Raisi.  Raisi menatap Andira, begitupun sebaliknya.  "Aku ingin bicara denganmu." Arah mata dan bicaranya menatap ke arah Andira. Dan Andira dia menoleh ke arah Randy yang juga menoleh ke arahnya. Randy paham dengan maksud Andira, dia beranjak pergi saja dari sana meninggalkan Raisi dan Andira.  Setelah pergi dari sana, Raisi menutup pintu kaca itu dan berjalan ke arah Andira. Dia berjalan dan mendekat ke arah gadis yang dia idamkan itu. Mereka kini saling bertatap.  "Anda ingin bicara apa Tuan Muda?" Andira bertanya, tatapannya tulus menatap Raisi dan suaranya lembut dan juga pelan.  "Kau mengikuti audisi?" Suara
Read more
Chapter 94
Tatapan antara Sarah dan Martin beradu, mereka saling bertatap tidak suka. Penolakan Martin mampu membuat Sarah kehilangan kesabarannya dan wajah Sarah yang menjengkelkan membuat Martin ingin sekali mengamuk, dia tanpa sadar telah mengepalkan tangannya. Mengingat apa yang dilakukan Sarah pada adiknya, Hatice. Bagiamana mungkin menjadi selingkuhan seorang suami dari wanita yang telah baik bahkan sangat baik padamu. "Pergilah dari sini, aku sangat tidak ingin membahas tentang Raynaldi mu itu!" Martin kini menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya dan tangannya berada di atas meja, tatapannya tajam menatap Sarah, bibirnya tipisnya tertutup dan sedikit memonyongkan. "Kenapa lebih memilih orang lain kebanding kerabat?" Sarah bertanya lagi, dia juga menyandarkan tubuhnya pada punggung kursinya dan juga menatap tajam mata Martin. "Aku hanya memiliki sedikit kerabat, Raynaldi bukanlah kerabat ku." Sekali lagi, ucapan Martin Dailuna men
Read more
Chapter 95
Matanya memandang keluar pintu, dia sejak tadi sudah melihat dan menguping apa yang seharusnya dia tidak lihat, namun masih kurang memahami maksudnya. Randy dia tidak langsung pergi, dia berhenti dan mengintip. Dia berusaha untuk mendengar namun dia sama sekali tidak terlalu bisa mendengar apa yang dikatakan Andira dan Raisi di luar sana. Namun dia mendengar kata "Lari."  Matanya membulat saat mengetahui maksud lari. "Lari Bersamaku." Randy yang berjarak cukup jauh, dan berada di dinding kaca, menengok keluar itu masih dapat mendengar. Dia menelan ludah beberapa kali. "Apa mereka ingin kawin lari?" Randy bertanya-tanya.  Sementara itu, Andira dan Raisi masih saling berhadapan di sana. Namun Andira cukup kaget dengan apa yang dikatakan Raisi.  "Tidak mungkin. Aku tidak bisa."  "Kenapa?" Mata Raisi tulus, tangannya kembali menyentuh wajah Andira.  "Tuan Mud
Read more
Chapter 96
Martin terlihat mengetuk pintu seseorang, oh ya, itu pintu rumah adiknya. Tak lama kemudian pintu terbuka dari dalam. Martin menampilkan senyum pada pria yang membuka pintu itu.  "Kak Martin, hei, lama tak berjumpa, mari…" Dia menyambut begitu ramah. Lutfi dengan senyum munafiknya, dibalas dengan senyum menyeringai oleh Martin. Tampak sangat aneh di mata Lutfi.  "Hati! Kak Martin datang!"  Martin melangkah masuk ke dalam, dia melihat luasnya ruangan utama, bersih dan putih, sangat modern. Dia menoleh ke arah Lutfi dan kembali menampilkan senyum pada adik iparnya itu.  "Mari Kak, duduk dulu." Lutfi mengarahkan Martin untuk duduk.  "Aku hanya sebentar, aku hanya ingin bicara sebentar."  "Tapi sebaiknya, Kakak duduk dulu kan?"  Mendengarnya, Martin lebih baik duduk saja daripada terus mendengar Lutfi
Read more
Chapter 97
Ibrahim terlihat merenung, dia memandang putranya yang tertidur pulas di atas ranjang. Dia memikirkan tentang Martin yang mengundangnya untuk makan malam di rumahnya. Apa yang mungkin di rencanakan pria ini? Itu mungkin yang sedang dipikirkan Ibrahim. Dia ingin menghubungi Hatice namun dia enggang karena itu hanya akan semakin membebani pikiran di antara mereka. Ibrahim takut jika menganggu. "Mimpi indahlah putraku. Karena jika kau terbangun, dan kau tumbuh, kau akan kesulitan untuk tetap bermimpi." Ibrahim dan kemudian mengecup kening Cihan yang tertidur. Dia berdiri dan keluar dari kamar kecil sang anak. Dia kemudian masuk ke kamarnya sendiri dan memilih untuk tidak memikirkan apapun, di hanya ingin tidur. Akhir-akhir ini dia sangat jarang bermimpi, apalagi bermimpi indah. Sementara Martin...Dia kehilangan senyumnya, dia saat ini mendengarkan musik modern melalui speaker musik di mobilnya. Baru kali ini ria membunyikan musik modern, b
Read more
Chapter 98
"Andira! Apa kau melihat Randy?" Suara yang membangunkan lamunan antara Martin dan Andira di pintu masuk. Dengan cepat Andira menoleh ke belakang, Sarah sudah berdiri di belakangnya namun dengan jarak yang tidak dekat.  Martin yang dibelakang Andira kini menaikkan tangan kanannya di atas bahu kanan Andira, dia meremas bahu itu, Sarah melihatnya, Andira merasakan remasan tangan yang lembut pada bahunya, kali ini dia betul-betul gugup.  "Minggirlah, aku ingin lewat." Andira menggeser tubuhnya ke samping kiri dan masuklah Martin ke dalam sana, melihat Sarah yang berdiri. Martin menurunkan tangannya.  "Aku tidak melihatnya Nyonya, sudah sejak siang tadi." Andira yang tangannya saling bergenggam dan menunduk. Martin yang melihat kegugupan Andira langsung berk
Read more
Chapter 99
Keluarga Dailuna terlihat lengkap, Andira juga sudah selesai menyiapkan makan malam. Martin seperti tidak nafsu dengan makanannya, dia hanya memandang makanan tanpa selera, setiap yang ada di sana memandang ke arahnya. Sebelum Andira pergi dari sana, dia sempat menoleh pada Martin hunga sesaat kemudian berjalan pergi dan menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Tatapan takut dan menunduk terlihat pada raut wajah Randy, Nadira terlihat memainkan ponselnya sambil memakan sarapannya, Sarah sesekali memperhatikan Martin dan Raisi dia hanya menatap tidak suka pad ayahnya. "Apa kau tidak akan memakan makanan mu Mart?" tanya Sarah. Mendengarnya Martin menelan ludah dan mengalihkan pandangannya pada Sarah. "Aku tidak selera." "Kenapa begitu? Ada yang kau pikirkan?" Sarah bertanya lagi. Nadira yang tadinya fokus dengan ponselnya juga mulai memperhatikan ayah dan ibunya. "Sepertinya akan ada perang lagi." Nadira dengan suara kecil, semua or
Read more
Chapter 100
 Dengan langkah pelan Andira mendaki tangga dan akhirnya langkahnya sampai tepat di hadapan pintu ruangan kerja Martin. Dia mengetuk sebelum masuk.  "Tidka terkunci." Suara dari dalam pintu dan membuat Andir langsung membuka pintunya dengan pelan, dia sangat hati-hati karena ditangannya terdapat nampang berisikan makanan dari Tuan besarnya.  Setelah berada di dalam ruangan, dengan pelan juga dia menutup pintunya. Dan berjalan dengan langkah yang lebih hati-hati menuju meja makan Si Tuan Besar yang terlihat kaku dan memandang dengan tajam. Andira tahu, pasti jika berwajah begitu maka Martin sedang tidak dalam perasaan yang baik-baik saja.  Dengan pelan Andira menurunkan nampannya dan dengan pelan pula dia menaruh nampang itu. "Makanan Anda Tuan." Andira dengan nada suara yang lembut tak lupa memberi senyum.  "Randy melihat mu tadi." Martin yang langsung membuat Andira merasaka
Read more
PREV
1
...
89101112
...
31
DMCA.com Protection Status