All Chapters of Janji Suci Yang Terbagi: Chapter 81 - Chapter 90
104 Chapters
Hari Yang Menegangkan (2)
"Arman dan Manda ... kami gak akan bercerai. Arman sudah memaafkan Manda dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya,"Mama Andien, Sarah dan ibunya terperanjat dengan keputusan Arman.Mendengar hal itu, Manda juga tercengang. Matanya berkaca-kaca terharu. Dadanya terasa lebih lapang."Apa?!!" seru Sarah beranjak diri."Kamu ... memaafkan perempuan ini?! Aku gak salah dengar, kan? Perempuan desa ini sudah mengkhianatimu dan kamu gak menghukumnya?!" ucap Sarah marah dengan menuding ke arah Manda."Arman, pikirkan kembali keputusanmu! Perempuan ini jelas-jelas sudah mencoreng nama baik keluarga kita! Melukai harga dirimu sebagai suami! Apa kamu lupa itu?!" protes Mama Andien."Maaf, Ma. Ini keputusan akhir Arman. Arman harap Mama mengerti," pinta sopan Arman."Keputusanmu ini salah! Mama gak mau menerimanya!!""Ma, Mama gak boleh memaksa Arman mengubah keputusannya. Kita harus menghargainya," bela Pap
Read more
Hari Yang Menegangkan (3)
"Bu Clarkson, tolong jangan pergi. Kita bisa bicarakan ini baik-baik," bujuk Mama Andien pada besannya."Gak ada lagi yang perlu dibicarakan. Penghinaan ini sudah cukup saya terima. Saya gak bisa membiarkan Sarah terus-menerus disakiti hatinya!" ucap marah ibu Sarah sambil mengepak baju ke dalam koper."Kami ini keluarga terhormat, Bu Andien. Putra Anda sudah merendahkan putri kami dan lebih memilih perempuan lain yang derajatnya di bawah kami. Apa istimewanya perempuan itu?! Dibandingkan Sarah, dia gak ada apa-apanya. Tapi Arman malah menyingkirkan Sarah!""Bu Clarkson, saya mohon, Bu. Saya juga gak terima dengan sikap Arman. Saya juga gak sudi memiliki menantu seperti Manda. Tolong, Anda tenanglah. Saya akan coba membujuk Arman sekali lagi," pinta Mama Andien."Sudah berakhir, Bu! Saya sudah sakit hati pada Arman! Saya gak mau lagi menganggapnya sebagai menantu saya!" tolak tegas ibu Sarah."Sarah, bersiap-siaplah. Kita akan pergi dari
Read more
Hari Yang Menegangkan (4)
Tet ... tet ... Daniel membunyikan klakson mobilnya, ketika melihat Arman dan Papanya hendak masuk ke dalam rumah.Setelah memarkirkan mobilnya, Daniel sekeluarga turun dari dalam mobil, lalu menghampiri mereka berdua."Opaa," sapa anak-anak Daniel berlari memeluk Papa Hendra.Papa Hendra menyambut gembira kedatangan cucu-cucunya.Daniel dan Tamara juga menyapa Papa Hendra dan Arman."Papa darimana?" tanya Daniel."Keluar sebentar sama Arman tadi," jawab Papa Hendra."Mama di rumah, Pa?" tanya Tamara."Iya, Mama di rumah. Ayo, masuklah,"Papa Hendra, Tamara, dan anak-anak berjalan lebih dulu di depan. Sementara Daniel sengaja memperlambat jalannya bersama Arman."Hei, Man. Jadi bagaimana? Katanya hari ini kamu mau memberitahuku soal keputusanmu," tanya Daniel dengan suara pelan."Jadi Kakak sengaja ke sini karena mau tahu itu aja?" ujar Arman."Bukan karena itu aja. Aku juga k
Read more
Manda Selamat
Kesadaran Manda perlahan mulai kembali. Dia membuka matanya pelan-pelan. Penglihatannya yang buram sedikit demi sedikit mulai jelas."Di mana ini?" batinnya.Manda memandang heran ke atas langit-langit ruangan yang terasa asing baginya.Saat ini dia terbaring di tempat yang tidak dikenalnya.Kepalanya masih terasa pusing dan badannya juga lemas."Perutku," gumamnya ketika merasakan nyeri. Perlahan Manda menggerakkan tangannya untuk menyentuh bagian perutnya yang nyeri."Jangan dipegang,"Arman menahan tangan istrinya supaya tidak bergerak.Manda menoleh pelan ke arah Arman, yang sedang duduk di kursi, di dekat ranjangnya."Mas," panggilnya dengan suara lirih."Lukanya belum kering. Jangan dipegang dulu," ucap lembut Arman."Ini ... di mana, Mas?""Di rumah sakit,""Kenapa?""Kamu gak ingat? Kamu terluka. Mas membawamu kemari untuk diobati,"Manda yan
Read more
Tak Ada Kata Damai
Dua orang petugas polisi wanita membawa Sarah ke sebuah ruangan. Di dalam ruangan itu, Arman sedang berdiri menunggunya.Melihat Arman datang untuknya, wajah murung Sarah berubah menjadi ceria."Arman," Sarah berlari memeluknya."Bisa tinggalkan kami berdua, Bu?" pinta sopan Arman pada kedua petugas polwan itu."Silakan, Pak," mereka memberi kesempatan Arman untuk bicara dengan Sarah."Sayang, aku yakin kamu pasti akan datang. Kamu gak mungkin tega meninggalkanku di sini," ucap Sarah dengan tersenyum lega.Arman melepas paksa pelukan Sarah."Kenapa aku gak tega? Justru aku datang ke sini untuk memastikanmu gak bisa bebas dari hukuman!" tegas Arman dengan nada dingin."Arman ...?" Sarah menatap mata suaminya dengan kecewa."Kamu pikir aku akan membiarkanmu pergi setelah apa yang kamu perbuat pada Manda?! Jangan mimpi!" Arman mencengkram erat kedua tangan Sarah."Arman ... sakit," rintih Sarah.
Read more
Permintaan Maaf Bram
Tiga hari kemudian ...."Arman," panggil seseorang saat Arman baru saja keluar dari mobilnya.Arman menoleh ke sumber suara itu. Ternyata itu suara Bram. Dia menunggu Arman di parkiran rumah sakit."Ngapain ke sini?" tanya Arman dengan nada dingin."Aku gak mau mencari masalah. Hanya ingin bicara padamu saja," sahut Bram dengan tenang."Ada apa? Mau minta ijin menjenguk Manda?" ujar Arman dengan sinis."Aku datang bukan ingin bertemu Manda. Walaupun sebenarnya ingin, tapi pasti gak kamu ijinkan,""Katakan saja apa maumu? Aku gak punya banyak waktu," desak Arman dengan kesal."Sifat pemarahmu masih belum hilang, ya. Padahal sudah kubilang, aku gak mau cari masalah,"Arman diam sejenak. Dia coba meredakan emosinya."Apa yang mau kamu bicarakan?" tanya Arman dengan sikap lebih tenang."Aku mau minta maaf," ucap tulus Bram.Arman terdiam mendengar ucapan Bram."Aku minta
Read more
Inikah Akhirnya
POV MANDAAku dirawat di rumah sakit selama seminggu. Dan selama di sana, banyak orang yang datang menjengukku. Keluarga, teman-teman, dan beberapa orang yang mengenal keluarga kami. Mereka datang silih berganti.Tetapi yang paling setia menemaniku adalah Mas Arman. Setiap hari dia selalu datang ke rumah sakit untukku, bahkan setiap malam dia selalu menjagaku.Ada perasaan bersalah yang tersirat dari wajahnya setiap kali Mas Arman melihat luka di perutku. Walaupun aku sering menghiburnya, tapi beban itu belum juga hilang dari raut wajahnya.Bebannya semakin bertambah saat Bapak dan Ibu datang melihatku. Ibu marah besar waktu itu. Ibu menyalahkan Mas Arman atas apa yang terjadi padaku.Mas Arman hanya bisa diam menerima semua amarah Ibu. Aku merasa kasihan padanya. Bapak dan aku berusaha untuk menenangkan Ibu, tapi usaha kami sia-sia. Bahkan permintaan maaf dari Mas Arman belum bisa menyurutkan kemarahan Ibu.Alhamdulillah dengan
Read more
Season 2 Chapter 1
POV MANDANamaku Amanda Kusumo. Aku berasal dari sebuah keluarga sederhana di kota Purworejo. Bapakku seorang pensiunan guru, sedangkan Ibuku mengelola warung kelontong di depan rumah. Aku memiliki dua orang adik laki-laki, yaitu Surya dan Adi. Surya sudah menyelesaikan pendidikan sarjananya dan sekarang dia bekerja di Jakarta. Sementara Adi, seorang mahasiswa teknik sipil di salah satu universitas di Purworejo.Aku senang sekali karena kedua adikku bisa kuliah. Tidak seperti aku yang hanya tamatan SMK. Dulu aku tidak bisa kuliah karena kondisi ekonomi keluargaku yang hanya pas-pasan. Jadi setelah lulus SMK, aku mulai bekerja supaya bisa membantu biaya hidup keluarga.Di usiaku yang ke-19 tahun, aku menikah dengan pria pilihan orang tuaku. Nama suamiku adalah Arman Hadiwijaya.Mas Arman berasal dari keluarga terpandang. Papanya, Hendra Hadiwijaya adalah pemilik perusahaan Wijaya Group, salah satu perusahaan besar di negeri ini.Aku dan Mas Arman pertama ka
Read more
Chapter 2
POV AUTHOR"Papaaa!" seru si kembar begitu pintu ruang kerja Arman dibuka."Putri dan Pangeran Papa sudah datang," sambut hangat Arman.Si kembar memeluk Papanya dengan riang. Kemudian Arman menggendong kedua anaknya."Bagaimana sekolahnya?" tanya Arman."Asyik, Pa," jawab si sulung."Tadi Tya disuruh maju ke depan. Bu Guru nyuruh Tya kenalan sama teman-teman," imbuh si bungsu."Chandra juga, Pa," timpal si sulung."Oh ya? Seru dong," ujar Arman.Si kembar bercerita lagi tentang kegiatan di sekolah. Arman menyimak celotehan mereka dengan antusias.Manda berjalan menghampiri mereka seraya tersenyum bahagia melihat keakraban suami dan anak-anaknya."Kalau ada tambahan tangan lagi, Mas juga mau menggendongmu," ucap genit Arman."Gak usah ngegombal," Manda memeluk suaminya."Ayo, angkat kepalamu," pinta Arman.Manda menurutinya. Kemudian Arman mengecup kening istrinya."Chandra juga mau cium Mama," pinta si sulung."Boleh," Man
Read more
Chapter 3
"Gak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak. Istri Anda saat ini sedang hamil," bu dokter memberikan penjelasan."Hamil?!" Arman dan Manda terkejut mendengar kabar itu."Selamat ya, Pak, Bu," ucap Bu Dokter sembari tersenyum."Mas ...," Ucap Manda sembari memeluk suaminya dengan menangis haru.Arman membalas pelukan istrinya dengan tersenyum bahagia."Nanti saya beri resep obat untuk daya tahan tubuh Ibu,""Terima kasih, Bu Dokter,""Sama-sama, Pak,""Dijaga badannya ya, Bu. Jangan terlalu capek. Lebih banyak istirahat dan jaga pola makan sehat,""Iya, Bu Dokter. Terima kasih," jawab Manda.***Sesampainya di rumah, si kembar berlomba lari naik ke lantai atas menuju ke kamarnya."Chandra, Tya, jangan lari! Nanti kalian jatuh!" tegur Manda yang hendak mengejar mereka."Hei, Sayang. Kamu mau ke mana?"
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status