Semua Bab Karma(penyesalan): Bab 51 - Bab 60
182 Bab
Bertemu Kembali
Herman memanggil-manggil istri dan anaknya, saat ia baru sampai di villa. Namun tak ada yang menyahut. Setahunya, ketika ia berangkat tadi, mereka masih ada disini."Kau dimana sayang? aku sudah sampai villa. Herman menghubungi Amira."Sebentar , kami akan pulang mas." jawab Amira. Ia segera berkemas. Suaminya sudah pulang. Ia berniat hanya berjalan-jalan, dikarenakan kesepian tanpa Herman."Kau dimana?biar aku yang kesana?kau bersama tantri kan? tanya Herman lagi."Kemarilah mas, aku sharelock dipesan mas." Herman melihat pesan masuk dari Amira, ia segera menuju lokasi yang dikirim Amira. Tak susah untuk Herman sampai ditempat itu.Herman setengah berlari, ia sudah sangat rindu dengan putranya itu. Diciuminya dengan berulang-ulang anak Vino, yang berada dibalik strollernya.Aaah, ayah sudah sangat merindukanmu sayang.." ucap Herman sambil memangku anakny, keluar dari strollernya.Amira memandang haru, melihat dua orang tersayang didepannya. Begitu pula dengan Tantri ya
Baca selengkapnya
Pertemuan Kedua
"Beri saya waktu untuk berfikir, setidaknya saya harus membicarakan ini dengan banyak pihak terlebih dulu." Pramu tersenyum dingin mendengar jawaban Herman. Ia sangat menginginkan kalau Herman membuka cabang didekatnya, dengan begitu, ia bisa dengan mudah memanfaatkan keadaan. Andi dan Herman tak langsung berpamitan pulang, mereka masih asyik berbincang bersama pak Pramu. Kali ini bukan masalah bisnis yang sedang mereka bicarakan, tapi hoby mereka yang sama. Ya..Pak Pramu dan Herman sama -sama menyukai travelling. Hanya saja ,karena kesibukannya sekarang, Herman tak lagi menggeluti hobinya ini. Pak Pramu berencana lusa untuk mengadakan kemah bersama. Ia beserta keluarganya mengajak keluarga Herman untuk berkemah, disekitar villa milik pak Pramu. Herman nampak antusias dengan ide Pak Pramu, yang menurutnya sangat brilliant."Baiklah, nanti aku bicarakan dengan istriku dulu." ucap Herman. Waktu menunjukkan pukul 22.00 , sudah terlalu lama ia berada dirumah Pak Pr
Baca selengkapnya
Dia Adalah Istriku
"Bagaimana tuan? apa bisa kita besok berkemah bersama? tanya Pramu dibalik teleponnya. "Maaf...istri saya kurang setuju, anak kami masih sangat kecil." Balas Herman dengan perasaan yang kurang enak. Pramu menyeringai dibalik teleponnya. Sebenarnya ia sedang merencanakan sesuatu, berhubung kemarin dia melihat Herman yang terpana melihat Adinda, ia akan memanfaatkan Adinda untuk bisnisnya."Baiklah, tak apa, semoga lain kali kita bisa lebih dekat dari sekedar rekan bisnis." Balas Pramu. Herman tak mengerti maksud dari kata-kata Pramu tadi. Namun ia mencium aroma tak beres dari orang orang itu. Ia belum lama mengenal Pramu, tapi sudah bisa menilai seperti apa sosok Pramu itu. "Ternyata, dibalik kesuksesannya ,ia melakukan hal-hal kotor diluar bisnisnya." Gumam Herman."Apa dia marah sayang? tanya Amira penasaran. Ia takut penolakannya itu membuat renggang masalah bisnisnya."Tidak sayang, biarkan saja." balas Herman, ia menenangkan istrinya. Setelah rencananya untuk mengajak k
Baca selengkapnya
Ancaman Pramu
Herman tak menyangka, kalau Adinda bisa menghubunginya lagi. Dia bahkan sudah tak menyimpan kontaknya, namun dari suaranya saja ,ia sudah faham kalau iti suara Adinda."Ada perlu apa? aku tak ada waktu untuk hal yang tak penting." Jawab Herman ketus. Ia berusaha agar Adinda semakin membencinya. Walau hatinya masih ada sedikit rasa untuk Adinda, namun ia berusaha sekuat mungkin untuk tetap setia pada Amira. Ia tak ingin melukai hati Amira lagi. "Baiklah, aku akan menemuimu besok, sekalian ada hal yang harus kita bicarakan." Mendengar jawaban Herman, Adinda menjadi tak karuan. Ia berfikir tentang suatu hal. Dimana Herman akan menceraikannya. Selama ini, Adinda memang menghindar dari Herman , dia memang sudah berencana akan menggugat Herman, namun bukan berarti dia harus kehilangan Herman sekarang ini. Hatinya belum siap untuk saat ini. "Aku ingin kita selesaikan urusan kita, bukankah hubungan kita sudah berantakan? tak adalagi alasan untuk mempertahankannya lagi!!" Kata-kata Herm
Baca selengkapnya
penangkapan Herman dan Adinda
Betapa terkejutnya Herman saat melihat banyak foto dirinya bersama Adinda. Tidak salah lagi, ini semua pasti ada hubungannya dengan perempuan itu.Herman menggebrak mejanya didepannya dengan keras. Ia sangat emosi dengan semua ancaman Pramu."Apa maksudmu?" Herman berteriak, dia keraskan rahangnya. Dia kepalkan tinjunya. Terlihat garis-garis urat dilengannya."Ha..haaa...haa.." tenang saja tuan, rahasia anda aman bersama saya, asal anda menuruti apa mauku!!" ancamnya. Dia menatap tajam Herman ddidepannya.Seketika Herman menarik kerah baju Pramu. Dia mendekatkannya dengan wajah Pramu."Katakan saja apa maumu?aku tak ada waktu untuk bermain-main denganmu!!" bentaknya lagi.Dengan tertawa, Pramu melepaskan genggaman tangan Herman dikerah bajunya. Ia melepaskannya dengan kasar."Hai tuan....berhati-hatilah, sekarang kunci anda ada ditanganku, sekali saja aku sebarkan aibmu, semua akan hancur dalam sekejap." balasnya lagi sambil menyeringai.Herman hanya bergeming. Ia lantas merobek sem
Baca selengkapnya
Haruskah ku Buka Hatiku Untuk yang Lain
Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Batang hidung Herman tak muncul juga, Amira sudah gelisah menunggu. Dia sudah bersiap, berkemas. Bahkan sekertarisnya Herman pun sama. Mereka tak bisa dihubungi.Amira kecewa ,sakit hati, dan sangat marah. Lagi-lagi Herman mengingkari janjinya. Ia berjanji akan pulang cepat. Karena akan pulang bersama malam ini ,namun nyatanya? Jangankan pulang, menghubungi saja, tidak ada.Vino daritadi terus menangis. Ia menangis tanpa lelah. Airmatanya hampir kering. Entah apa yang dia tangisi, yang jelas dia terus menangis selama hampir beberapa jam. Matanya terlihat sangat cekung, bahkan ia tak mau menyusu.Amira hampir frustasi. Dia sudah kehilangan cara untuk mnghubungi dua orang tersebut. Jika dihitung, mungkin sudah berpuluh kali ia menhhubungi suaminya dan Andi."Nyonya, bagaimana ini? tuan Vino terus menangis, dia juga tak mau menyusu, aku takut dia terkena dehidrasi nyonya." ucap Tantri, yang sedari tadi menggendong Vino.Kata-kata Tantri berhasil membuat A
Baca selengkapnya
penggerebekan Tempat Pramu
"Critakanlah, kau sudah berjanji akan menceritakannya padaku!" Amira sebenarnya tak ingin membuka aib keluarganya sendiri, tapi ia merasa beban kali ini, sungguh dirasanya sangat berat. Sampai-sampai dia bimbang, antara mempertahankan Herman, atau menyerah saja. Kalau hanya sekedar sibuk, ia tak masalah, ia sangat memahaminya. Namun kali ini, yang membuat Amira jauh lebih kecewa adalah, Herman bahkan tak peduli dengan Vino. Dia bahkan lebih memilih pekerjaannya, daripada ikut pulang bersamanya dan anak mereka. Begitulah Amira menceritakan rasa kecewanya, tentang suaminya.Tiba-tiba Wisma memegang erat tangan Amira. Ia menggenggamnya, dan mengusap lembut tangannya."Amira, beri aku kesempatan, untuk membahagiakanmu..." sorot matanya yang teduh, membuat Amira luluh. Ia seolah tersihir dengan kelembutan sikapnya.Selama ini, Wisma selalu bersedia melakukan apapun untuk Amira, namun Amira selalu menolaknya, karena dia merasa ,kalau dirinya sudah menjadi seorang istri. Tak pantas baginy
Baca selengkapnya
Penggerebekan Tempat Pramu (part 2)
Suara pintu didobrak dari luar. Terlihat beberapa anggota kepolisian masuk ke ruangan mereka. Salah satu mereka mengacungkan senjata ditangannya. Berjaga-Jaga ,kalau saja ada komplotan didalam ruangan itu."Pak, kami disini!!" teriak Andi. Seolah memberitahukan keberadaan mereka. Dengan sigap, polisi itu menghampiir mereka ,dan mengevakuasi mereka dengan cepat.Dipapahnya Herman keluar ruangan. Ia langsung dibawa ke rumah sakit, oleh mobil polisi. Suara sirine membuat keheningan terpecah, menjadi ramai. Banyak orang berkerumun, mendekati tempat itu.Mereka seperti sedang syuting adegan laga. Beberapa penjaga suruhan Pramu, akhirnya dibekuk oleh polisi itu. Tak terkecuali Pramu sendiri. Entah kejadian apa selanjutnya yang terjadi setelah itu.Saat ini, Herman dan Andi sedang berada di Rumahsakit di Jogja. Mereka berdua dirawat disana. Andi yang cedera dikaki dan tangannya. Akibat pukulan kemarin, terpaksa harus dirawat intensif.Sedangkan Herman, yang tiba-tiba mengalami gejala jantun
Baca selengkapnya
Amira Mulai Jatuh Hati
Adinda kembali ke kamar Herman, dengan membawa ponsel Andi. Diserahkannya pada Herman. Herman segera membuka ponselnya, dan langsung menghubungi Amira.Dia sudah tak sabar ingin mendengar suara Amira. Namun saat Herman menghubunginya, tak ada jawaban dari Amira. Jangankan jawaban, nomornya saja tidak aktif. Ia mulai gelisah kemabali. Akhirnya ia tinggalkan pesan untuk Amira."Sayang, maaf karena baru memberimu kabar...aku akan cepat pulang, akan ku ceritakan tentang hal sebenarnya yang terjadi. Jangan marah yaa...!!" terakhir kalimat ia selipkan emot love untuk istrinya itu. Ia sangat merindukannya. Walaupun sekarang disampingnya ada Adinda, namun rasa rindu untuk Amira masih sangat kuat ia rasakan. Apalagi saat ini, ada Vino, yang membuat rindunya semakin menjadi.Dia tanggalkan ponselnya disampingnya. Wajahnya ditekuk kembali. Harapannya untuk mendengar suara istrinya, tak tercapai."Kenapa mas? kok tak jadi menghubungi Amira?" tanya Adinda. "Nomornya tak aktif." jawabnya lemah.
Baca selengkapnya
Jatuh Hati Part 2
Sedangkan Amira tak menghiraukan pertanyaan Wisma. Ia mulai menangis.Wisma yang penasaran dengan isi pesan itu,langsung membuka pesan yang Amira baca. Wisma pun tak kalah kaget melihat isi pesan dari Herman."Ini benar-benar seperti lelucon."cibir Wisma. Ia tak percaya dengan cerita Herman. Ia menyangka kalau Herman hanya mengarang cerita saja."Kau percaya dengan ceritanya Amira?" tanya Wisma. Dia berharap, Amira tidak akan percaya dengan cerita Herman.Amira sendiri masih ragu, ia setengah percaya pada cerita itu. Namun tiba-tiba ia menerima panggilan masuk, yang tak lain dari Andi."Hallo Andi...kemana saja kau, kenapa kau baru menghubungiku?!!"Amira berteriak pada Andi. Namun orang dibalik telepon sana, sama sekali tak menjawabnya."Haloo...Andi, kenapa kau diam saja? apa yang sebenarnya terjadi?Amira terus menjatuhi Andi dengan banyak pertanyaan."Sayang, ini aku..." ucap Herman lirih. Amira yang kaget mendengar suara Herman, langsung menangis. Ia sangat marah dengan suaminya."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status