All Chapters of Pembalasan Sang Pewaris: Chapter 61 - Chapter 70
102 Chapters
Birunya Senja
Daniel menggeleng dan menggeleng lagi. Ini sudah tiga kali dalam sepuluh menit terakhir. Hari menjelang sore dan saat ini ia tengah berkendara sendiri menuju suatu tempat. Beberapa jam telah berlalu sejak pria itu menemani Clara. Dan selama itu pula ia merutuki mulutnya yang suka keceplosan. Pada akhirnya Daniel cuma mengumpat tertahan ketika mengingat percakapannya dengan Clara. "Tidak, Nona. Ehm, iya, tidak. Maksud saya tidak," ucap Daniel yang bingung usai mendapat tatapan menyelidik wanita itu. "Vinn sakit apa? Tidak parah, 'kan?" Clara menggigit bibir bawah, rasa khawatir merasuk bercampur dengan penasaran yang menggebu. "Sebaiknya Anda menanyakan sendiri pada Tuan Vincent. Saya tidak punya wewenang untuk menjelaskan."Clara masih memandang tetapi tidak memaksa. Daniel makin merasa tidak nyaman, terlebih karena setelah itu mereka keluar dari gerai VS tanpa membeli apapun. Keduanya justru kembali ke mobil, menuju cafe bernuansa cozy dan menemani Clara melamun selama beberapa s
Read more
Target Tak Terduga
Lampu gudang tua itu cukup redup. Sama seperti suasana di luar yang hanya di terangi lampu watt kecil juga sinar bulan yang temaram. JD baru saja sampai, menepikan mobil di samping mobil lain yang telah tiba lebih dulu. Wanita itu mengawasi sekitar dengan siaga, tatapan tajamnya seakan mampu menerawang hingga lebih dari belasan meter. Drap. Drap. Drap. Langkah tegaknya mendekati pintu gudang yang tertutup. Besi besar itu berkarat tetapi masih terlihat kokoh. Terdengar bunyi derit menyebalkan ketika ia membuka dengan perlahan. Di satu sudut, terdapat dua kursi saling berhadapan. Terpisah oleh meja lingkaran kecil, tak lupa lampu gantung berwarna kuning. "Bos, Anda memanggil saya?" ucap wanita dengan outfit hitam dan rambut dikuncir ekor kuda tersebut. Si pria muda yang dipanggil bos bangkit dari salah satu kursi. Menatap nyalang. JD tak suka cara pria itu melihatnya, dari ujung kaki hingga kepala. Seakan ia tengah ditelanjangi. "Kukira kau lupa jalan untuk bertemu denganku." Ma
Read more
Kecurigaan
Pelataran mansion yang basah menyambut kedatangan Daniel pagi itu. Semalam hujan turun, mengguyur keseluruhan area mansion dengan luas lebih dari belasan hektar. Termasuk hutan di sekitarnya. Pria itu berjalan tak peduli meski sepatunya mulai terkena air yang menggenang. Dari arah belakang, seseorang menepuk pundak. Daniel sedikit menoleh dan dalam sekejap pria bernama Aiden telah berjalan di sampingnya. "Kau datang cukup pagi hari ini. Tumben," ucap Aiden memulai percakapan. "Kau sendiri sepagi ini dari mana?" "Rumah Brian," jawab Aiden pendek. "Untuk apa? Bukankah Brian sudah lama memutuskan tinggal di paviliun belakang?" Daniel menoleh sekilas sambil terus berjalan. "Tuan Besar memintaku menjemputnya. Tadi malam dia pamit pergi sebentar tapi hingga pagi tak juga kembali. Kau pun tahu jika Tuan Besar hanya mau bermain catur dengan bocah mesum itu," terang Aiden. "Lalu, di mana dia sekarang?""Entahlah. Hanya ada tunangannya di sana dan dia mengatakan Brian tidak datang ke rum
Read more
Surat Hak Asuh
Pagi yang sama di Mansion Keluarga Hazard. "Bagaimana persiapan pesta?" Tuan Ronald bertanya lalu menyesap teh hijau. Pria tua itu duduk di balkon lantai dua, menghadapi sinar matahari terbit yang terasa hangat. "Semua sesuai seperti yang Tuan perintahkan. Ballroom juga tamu undangan," jawab Frans, kepala pelayan yang Tuan Ronald beri tugas untuk mengurus segala sesuatu tentang pesta ulang tahunnya esok hari. "Bagus. Pastikan semua berjalan sempurna. Kau sudah mengirim undangan untuk Tuan dan Nyonya Celebry?" Tuan Ronald mengusap janggut tipis seraya menyebut nama investor baru di perusahaannya. "Sudah, Tuan. Beliau memastikan bisa hadir tapi mungkin akan sedikit terlambat."Belasan meter dari belakang Tuan Ronald, Martin berjalan dengan langkah lebarnya. Wajahnya cukup ceria pagi ini. Frans membalikkan badan dan langsung membungkuk singkat pada si tuan muda. "Kakek!" sapanya sumringah. Pria dengan pakaian kantor itu berdiri tepat di samping kursi Tuan Ronald, ikut menikmati pema
Read more
Pura-pura
Selembar surat itu berhasil membuat mood Martin hancur seharian. Setidaknya tiga staff di kantor menjadi amukan pria itu karena hal sepele. "Jika tidak niat bekerja, sebaiknya kau pulang saja! Mengerjakan laporan saja tidak becus. Keluar dari ruanganku dan buat ulang laporan sekarang juga!!" hardik Martin pada karyawati bagian keuangan yang akhirnya keluar sambil menangis. "Mengapa semua membuatku kesal hari ini?! Ck!" Martin membanting punggung pada sandaran kursi, menatap jengah bunga mawar artifisial di vas kaca. Satu jam kemudian Martin memutuskan pulang ke apartemen. Meski jam operasional kantor baru berakhir tiga jam lagi. Pria itu bahkan tak peduli saat sekretarisnya mengingatkan tentang agenda menyambut tamu penting. "Tunda saja. Katakan jika aku sibuk," ucapnya acuh sambil melenggang pergi. Mobil hitamnya meluncur di keramaian kota. Tatapan tajam yang fokus tiba-tiba menangkap kelebatan mobil lain yang ia kenal. Mobil putih yang biasa asisten Vinn kendarai. Timbul keingi
Read more
Serbuk Bunga Iblis
17.40 WIBJD menghentikan mobilnya di kawasan cukup padat penduduk. Setelah turun dan mengawasi sekitar, ia masih harus berjalan kaki demi mencapai satu tempat. Beberapa anak kecil berlarian, meski langit hampir gelap. Terlihat mereka masih enggan pulang ke rumah masing-masing. Dari kejauhan, terdengar panggilan dari wanita yang JD yakini adalah salah satu dari ibu mereka. Menit berlalu, jalan yang JD tapaki semakin sempit. Sepatu dengan hak sepuluh sentimeternya cukup membuat kaki jenjang itu pegal. Kini ia memasuki area yang lebih padat. Terdapat berjejer toko-toko dan kedai yang sebagian telah tutup. Wanita yang tengah mengenakan kacamata dan rambut diikat rapi itu menuju satu titik di mana salah satu toko sederhana masih buka. Suara lonceng kecil, penerangan lampu lima watt dan aroma pengap menyambutnya begitu masuk. "Maaf, kami sudah tutup," ujar remaja laki-laki kisaran enam belas tahun tanpa melihat JD. Netra dan tangannya fokus pada beberapa lembar rupiah yang lusuh. "Di
Read more
Ketua adalah Tumbal
Dengan terburu-buru JD merebut botol kecil tersebut dan pergi meninggalkan Clara setelah sebelumnya meminta ijin. Clara menatap punggung JD yang langsung menghilang. Bodyguard-nya itu memang terkesan misterius, tetapi sikap JD kali ini membuatnya bertanya-tanya. Di luar toilet, JD mendesah lega. Ia menyimpan botol ke dalam lipatan dress bagian perut dan berjalan menuju meja khusus minuman. Namun langkahnya nyaris terhenti karena melihat Daniel yang mendekat. "JD, kau-"Tanpa basa-basi, JD berputar haluan. Mencari spot lain untuk berdiam. Mulutnya sudah ingin mengutuk, kesal pada keadaan yang seakan tidak membiarkannya tenang. Di saat yang sama, berjarak lebih dari tiga puluh kilometer. Empat pria duduk berkumpul di ruangan dengan lampu temaram. Semua mata tertuju pada layar televisi dua puluh dua inci yang menyuguhkan berita kematian pemilik perusahaan nikel sekaligus donatur terbesar rumah sakit khusus kanker. "Ck, ck, ck, kematiannya cukup tragis. Siapa yang merencanakan semua i
Read more
Rencana Zac
Tuan Bara menutup buku tebal dengan sampul hitam dan gold. Pria itu memandang Vinn yang masih diam, memikirkan apa yang baru saja ia ceritakan. Ia mengerti akan sulit bagi si keponakan untuk mempercayai kisah nyata bak film itu. "Jadi ayah juga tewas karena menjadi tumbal? Tapi apa salah ayah?" Vinn berkata-kata masih dengan mata tertegun. Tuan Bara meletakkan buku berjudul 'The Chronicles of Black Angle' karya D. Alfred yang tak lain adalah nama pena Darren Alfredo. Vinn menatap gerakan sang paman, netranya mengatakan ingin membaca buku itu sendiri tapi tidak untuk saat ini. Ya, nanti ketika kondisi hatinya membaik. "Satu-satunya yang patut dipersalahkan adalah keadaan, Vinn. Ayahmu hanya ingin mengembalikan konsep Black Circle. Mengembalikan tujuan awal di bentuknya klub itu."Vinn diam, menunggu kelanjutan kisah masa lalu yang baru ia ketahui. Benaknya mulai mengerti maksud dari perkataan sang kakek, juga pamannya tentang 'Demi kebaikanmu. Kami melakukan ini untuk melindungimu'.
Read more
Malam untuk Kita
Tengah malam. Aktifitas pusat kota masih terlihat ramai. Juga suasana di jalan raya. Tidak sedikit kendaraan yang melaju cepat, menikmati ruang yang mungkin tak bisa dinikmati saat pagi pagi menjelang. Mobil Daniel masuk dalam salah satu jajaran kendaraan itu. Seusai pesta, Vinn mengatakan tugasnya usai tapi tidak dengan kegiatan pribadinya. Di tengah perjalanan ponsel pria itu berdering, dengan satu tangan Daniel memasang airpods yang telah terhubung pada ponsel melalui bluetooth. "Ya? On the way. Tunggu saja, aku akan sampai dalam sepuluh menit," ujarnya singkat. Menit berlalu, pria dengan setelan hitam itu memarkirkan mobilnya di cafe kucing milik Diana. Tempat itu sudah tutup sejak dua jam lalu, akan tetapi si pemilik masih menunggunya di dalam. "Kau benar-benar datang?" sambut Diana yang kala itu menggunakan outer berwarna pastel. Daniel mengangguk tanpa ekspresi sebelum pandangannya mengitari sekitar. Cafe itu kosong, bahkan tidak ada satupun karyawan yang terlihat. Semua
Read more
Dua Ayah
JD terbangun keesokan paginya dengan kepala berat. Wanita itu membuka mata lalu menutupnya kembali saat menyadari lensanya belum siap untuk menerima cahaya. 'Di mana ini?' batin JD saat akhirnya bisa memindai sekitar. Kamar asing bernuansa minimalis, bercat abu-abu dan putih. Sesuatu yang berat menekan perutnya. Ia yang menoleh seketika berhadapan langsung dengan wajah Daniel yang tertidur lelap. "Apa yang-" JD bahkan dibuat menganga kala mendapati tubuh mereka polos dan hanya tertutup satu selimut tebal. JD tergelak lemah, semalam ia telah mabuk. Jika rencana awal mereka hanya minum bersama, nyatanya mereka juga tidur bersama. Entah ia harus marah atau senang saat ini. Memandangi wajah tampan Daniel, membuat pikiran JD sesaat membeku. 'Tidak, ini tidak benar. Aku harus segera pergi dari sini,' batin JD seraya menggeleng. Perlahan tapi pasti JD memindahkan tangan Daniel. Wanita itu turun dengan gerakan pelan bak kukang, berharap tak membangunkan pria muda itu. JD ambil satu per
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status