Semua Bab His Dangerous Secret: Bab 71 - Bab 80
104 Bab
70. Interogasi di mobil.
Zoey terbangun karena sinar mentari pagi menembus kelopak matanya yang masih sangat mengantuk. Kuapnya melebar bersamaan dengan tangan yang terangkat ke atas, merenggangkan tubuh. Matanya masih terasa sepat. Dia sampai mengerjap beberapa kali supaya kantuknya hilang. Di luar sudah terang. Apakah sudah lewat dari jam enam pagi? Gawat kalau iya! Zoey menoleh ke sebelah kanan untuk melihat jam analog di atas nakas. Tapi kedua matanya langsung terbelalak melihat siapa yang duduk di sudut ruang kamarnya. “Kau!” Zoey memekik dan tubuhnya spontan terduduk. Kenapa Zac ada di kamarnya se pagi ini? “Kau ngapain di sini?!” tanyanya lagi, berhubung Zac sama sekali tidak menyahut. Pria itu sedang mengetik sesuatu di ponselnya dan mengabaikan Zoey.
Baca selengkapnya
71. Sudah tau sejak awal.
Zoey menatap Zac dengan intens saat pertanyaan membunuh itu terucap dari bibirnya.“Apakah aku memang bukan anak mama papa, Zac?” ulangnya lagi, untuk yang kedua kalinya.“Apa maksudmu?” Zac benci dengan pertanyaan itu. Kenapa juga Zoey bisa tau tentang ini? Dari caranya bertanya, jelas sekali ini bukan meminta jawaban, melainkan meminta validasi akan apa yang sudah dia dengar.“Aku yakin kau sudah tau, makanya kau bisa menciumku dan mengatakan kalau kita bukanlah saudara kembar. Katakan, Zac. Aku anak siapa kalau bukan anak papa mama?”Zac semakin salah tingkah lantaran Zoey tidak kunjung mengalihkan pandangannya. Apa yang harus dia katakan? Edric sudah mewanti-wanti supaya perihal status Zoey ini tidak keluar dari mulut mereka, keluarga Louis.“Aku sama sekali tidak tau, Jo. Kenapa kau bisa berpikir demikian? Apa yang s
Baca selengkapnya
72. Sindiran halus.
Setibanya di kantor, Edric melihat Zura sudah menunggu di ruangannya. Raut wajah lelah pria itu seketika berubah dengan tatapan heran sekaligus surprise. "Kamu ... kenapa nggak ngabarin kalau mau ke sini?" Edric segera menghampiri Zura yang juga sudah bangkit dari duduknya. Kedua tangan Edric refleks terulur dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya. "Saya ngabarin kok, Pak. Bapak aja yang nggak baca W*. Coba cek ponselnya. Satu jam yang lalu saya kasi tau kalau saya udah otw." Edric menghirup aroma tubuh Zura yang menebarkan aroma Chamomile. Jika biasanya orang-orang meminum teh Chamomile untuk mendapatkan ketenangan, Edric cukup memeluk Zura sebanyak-banyaknya. Sejenak melupakan percakapannya dengan Zac saat di dalam mobil tadi. "Saya percaya. Tapi maaf, tadi saya turun ke gudang untuk memantau proses muat barang untuk Galaxy. HP saya simpan di dalam laci." Edric mengusap-usap punggung Zura dengan pelan. "Udah lunch belum?" "Tadi Za
Baca selengkapnya
73. Bagaimana bisa Radesh...
Zoey memang sengaja keluar makan siang dengan Jeff, karena laki-laki itu mengatakan kalau ada yang ingin dia ceritakan. Zoey tentu saja langsung menerima ajakan tersebut dari pada pergi makan siang dengan kedua kakak laki-kainya, terutama Zac.  Tadi pagi laki-laki itu sama sekali tidak mau jujur kepadanya. Jelas-jelas ekspresi Zac seperti menyembunyikan sesuatu darinya. Hal ini pulalah yang membuat Zoey semakin bertanya-tanya. Jika Zac saja mengetahui sesuatu tentangnya, apakah mungkin Edric juga? Karena mustahil kedua orang tua mereka lebih memilih memberi tahu Zac ketimbang Edric. Zoey semakin tidak tenang. Entah kenapa pikiran-pikiran itu seolah membuat dirinya semakin meyakini bahwa apa yang dikatakan Morgan adalah benar.  Jelas saja ini menakutkan. Seumur-umur dia hidup, dia tidak pernah berpikir, bahwa dia hanyalah anak angkat di dalam rumah yang sudah memberinya cinta dan kasih sayang sejak dia lahir ke dunia ini. Demi apapun, bisakah ini han
Baca selengkapnya
74. Another shocking fact.
Kali ini Zoey tidak ingin menunda untuk bertemu dengan Edric. Dia harus menceritakan banyak kejanggalan yang ada di dalam kepalanya. Sesampainya di kantor, dia melihat Edric belum kembali ke kantor. Mungkin masih makan siang dengan Zac, pikirnya. Akhirnya dia masuk ke ruangannya dulu sembari mengirimi Edric pesan agar sang kakak memberinya kabar semisal dia sudah sampai di kantor. Zoey baru kembali bekerja sekitar setengah jam saat intercom di mejanya berbunyi. Dari ruangan Edric. "Kak, sibuk?" Zoey langsung bertanya tanpa basa-basi. "Kita baru sampai kantor, Jo. Kenapa?" "Kita? Maksud kakak dengan Zac?" "Iya, Zac dan juga Zura." Mulut Zoey seperti ber-oh ria. Dia sama sekali tidak tau jika Zura datang. Ah, padahal dia ingin membahas tentang wanita itu ke Edric. "Oh. Aku ingin bicara empat mata, Kak. Apa kakak keberatan?" "Urgent kah? Kalau urgent, kakak akan ke ruanganmu sekarang." Zoey bersyukur dalam hati. "U
Baca selengkapnya
75. Misi penyelamatan.
“Fuck!” Kenapa kita bisa kecolongan seperti ini?” Edric menyugar rambutnya karena panik. Jantungnya berdebar tidak tenang membayangkan kedua orang tuanya sedang bersama Yonathan sekarang. “Ponsel papa nggak bisa di track!” Zac memberi tahu. Melongo saking tidak percaya.  “Cari ponsel mama, ponsel supir dan semua ajudan!” Zoey sudah ikut ke ruangan Zac dan wajahnya pucat pasi. Tubuhnya bergetar hebat kala mendengar perangkat gadget sang ayah tidak bisa dilacak. Edric sampai ikut berdiri di samping Zac untuk memastikan pekerjaan sang adik tidak ada yang keliru. “Shitt!! Ponsel mama juga tidak terdeteksi!!” Air mata Zoey langsung terjatuh. Meskipun Morgan telah meracuni dia tentang statusnya yang bukanlah merupakan anak kandung Dominic dan Chalondra, di lubuk hati Zoey yang paling dalam, mereka adalah orang tua kandung Zoey. Sampai kapanpun, akan selamanya seperti itu. “Semua ajudan supir, nihil.” “AARGHH!!!” Kedua mata Edric
Baca selengkapnya
76. To the bone.
Semua orang di dalam mobil hampir tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Zura? Di mana?? Sorot lampu mobil memang sangat terbatas, untuk jarak tertentu. Namun, entah bagaimana Edric bisa sangat yakin, perempuan di kejauhan itu adalah Zura. Edric sangat mengenal baju yang dia kenakan tadi siang.  Zoey tanpa sadar meremas lengan Edric lantaran takut. Begitupun dengan Chalondra. Dia menempel sepenuhnya kepada sang suami dengan tangan yang saling terpaut. Edric menjalankan kembali mobilnya dengan sangat pelan, menghampiri wanita yang entah bagaimana bisa berada di sana. Sendirian dalam kegelapan. Jarak mereka semakin dekat, semakin jelas pulalah itu memang Zura. Berdiri di tengah jalan yang sepi dan minim cahaya. Menatap lurus ke depan, ke dalam mobil yang dibawa oleh Edric. "Seriously? Tega sekali Radesh memperalat dia sampai sejauh ini." Dominic benar-benar tidak habis pikir. Dia sangat yakin Zura tidak sendirian di sana. Radesh dan s
Baca selengkapnya
77. Koalisi.
Suasana masih mencekam karena mereka masih membutuhkan waktu setengah jam lamanya untuk sampai di rumah sakit daerah terdekat. Dom sudah menelepon pihak Cakrawala untuk mengirimkan ambulans dengan fasilitas yang lengkap. Dom tau, mereka tidak akan bisa mengandalkan pelayanan rumah sakit daerah sepenuhnya. Edric masih sadar penuh kalau sekarang Zura berada di dalam mobil, tidak tinggal bersama orang-orang jahat yang selama ini membelenggu dirinya. Meski sedang sangat kesakitan, ada bagian dalam diri Ed yang cukup tenang, yaitu hatinya. Setidaknya Zura sudah aman bersama keluarganya. Meski dia ingin sekali memeluk wanita itu, tapi dia tidak berdaya. Kedua tangannya kaku, efek luka di bagian punggungnya.  Semua orang terjaga. Sudah tidak betah duduk di dalam mobil yang terus melaju. Air mata di wajah para wanita sudah kering. Terlalu lelah menangis. Mata Cha, Zura dan Zoey sudah sama bengkaknya. Mereka adalah tiga perempuan kesayangan Edric. Tertinggal satu lagi di
Baca selengkapnya
78. Bicara empat mata.
Zura menganggukkan kepalanya, pertanda bersedia memenuhi permintaan Dominic. Tidak ada alasan lagi untuk tidak membalas kebaikan keluarga ini dengan membantu mereka melawan ayah dan kakeknya sendiri. Mereka tidak bersalah. Bahkan perihal kematian sang ibu, Zura sudah tidak cocok lagi untuk dijadikan sebagai dasar untuk menghancurkan Inti Global. Apakah ada hal lain yang Zura tidak ketahui tentang misi Morgan dan Radesh?“Baiklah. Kami sangat berterima kasih. Tapi sekarang kamu beristirahat dulu saja. Temui Embun di atas.”Zura mengangguk. Setelah memilih untuk berpihak pada keluarga ini, entah kenapa dia merasa lega. Dia yakin keputusannya sudah benar. Clan Louis dan Ellordi akan melindungi dia dan Embun dari intimidasi keluarganya.“Ayo, kita ke atas.” Chalondra kembali menepuk pundak Zura dan mengajaknya bangkit berdiri. “Ta—tapi … Pak Edric?”“Nanti kalau dia sudah siuman dan sudah bis
Baca selengkapnya
79. Pasien siuman.
“Saudara gimana, maksudnya, Kak?” Zura sama sekali tidak paham dengan pertanyaan Zoey.“Ehm ... barangkali, pak Marcus punya anak lagi selain mama kamu?”Zoey menggeleng dengan ragu. “Aku kurang tau, Kak Jo. Karena sejak kecil cuma berdua sama almarhum mama. Dan ... setelah bertemu dengan opa pun, aku nggak pernah lihat beliau punya keluarga selain pak Radesh.”“Pak Radesh ... itu ... papa kandung kamu?”Zura membuka mulutnya, tapi menutupnya lagi.“Ka—Kak Jo ... belum tau?”“Sudah, dari kak Edric. Tapi, cuma mau dengar dari bibir kamu aja.”“Ah,” Zura terlihat sedikit keki. Seriusan, nanti, setelah Edric siuman, dia harus bertanya secara langsung kepada laki-laki itu, sejak kapan dia mengetahui rencana Zura dan Radesh. Zura jadi merasa konyol sendiri. Selama ini Edric sangat baik kepadanya, masih mesra kepadanya, meski sudah tau tentang rencana balas dendam yang dia rencanakan.“Jadi, kamu nggak tau ya soal yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status