Semua Bab Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua: Bab 31 - Bab 40
110 Bab
Beken 31
*Happy Reading*"Apa?!" Mendengar nyawa kakakku terancam. Seketika emosiku pun tersulut kembali. Wanita brengsek!Medusa!Mak lampir!Setan!Sialan!Dan berbagai titel lainnya, yang menggambarkan wanita jahat bermunculan di otakku, seiring emosi yang kembali naik. Jika kalian ingin menambahkan. Silahkan! Aku persilahkan dengan senang hati."Jadi wanita itu belum kapok? Kenapa? Memangnya Pak Aksa tidak memberi hukuman waktu itu, agar mereka jera?" Selanjutkan, aku pun mencecar Pak Vino. Mengejar penjelasan lebih lanjut. "Tentu saja sudah." Pak Vino menjawab cepat demi menenangkan aku. "Papa mencabut jabatan Kak Alvin di kantor pusat, dan mengirimnya ke cabang perusahaan kecil di luar kota. Itulah kenapa, Diana bisa menjalani kehamilannya lebih tenang bersama saya dan Joyce di Luar Negeri." Pak Vino menambahkan. "Lalu, kenapa mereka bisa berulah lagi? Itu berarti hukuman da
Baca selengkapnya
Beken 32
*Happy Reading*Jika aku menuruti ego. Sebenarnya aku ingin sekali pergi dan menghilang dari sana. Kemana saja, terserah. Yang penting aku tidak bisa bertemu Pak Vino atau pun keluarganya. Kalau kata bekennya sih, Healing dulu. Nenangin otak dan perasaan yang benar-benar kacau sekali saat ini. Aku benar-benar butuh waktu menerima semua kejutan ini.Sayangnya, realita memang kadang tidak sesuai ekspektasi, kan? Meski aku sangat ingin lari dan menghilang saat itu juga. Keinginanku itu tidak didukung oleh saldo di ATM. Bukan aku semiskin itu. Tetapi, aku tuh masih ada beberapa kontrak yang harus aku selesaikan. Jika aku menghilang dan mangkir dari kerjaanku. Aku akan dituduh melanggar kontrak dan tentunya akan kena finalty. Kalian harus tahu, Finalty dari sebuah pelanggaran itu tidak sedikit. Aku bukan hanya akan miskin mendadak. Tapi juga kayaknya butuh jual ginjal dan hati demi menutupinya Jadi ... berhubung aku belum kaya d
Baca selengkapnya
Beken 33
*Happy Reading*Dengan kondisi wajah yang seperti ini. Tentu saja aku tidak bisa melakukan pemotretan. Meski kadang ada istilah the power of make up sebagai penyelamat. Tetapi kondisiku saat ini sepertinya tidak bisa mengandalkan hal itu. Selain karena wajah yang semrawut gak jelas. Kondisi moodku juga perlu diperhatikan. Bukan apa-apa, aku cuma takut kurang maksimal saja nanti saat bekerja. Dengan terpaksa, akhirnya aku pun menelepon Lika kembali dan memintanya membatalkan semua jadwal kerjaku hari ini. Lagi. Namun, yang tidak aku sangka adalah, ternyata si papah lebih gercep dan sudah melakukannya untukku tadi pagi saat aku tertidur. "Jadi dia udah melakukannya? Lo yang minta apa gimana?" Aku mengejar sebuah penjelasan pada Lika. "Tadinya gue nelpon dia cuma mau nanyain lo doang. Soalnya, orang yang terakhir gue tahu sama lo kan, dia. Makanya gue mau nanya, lo ada sama dia gak? Dia jawab iya, dan minta gue buat batalin jad
Baca selengkapnya
Beken 34
*Happy Reading*Duda Sableng [Devia kamu jadi ke sini? Kata salah satu pelayan di sana, kamu pergi sama asisten kamu sekitar satu jam yang lalu. Kenapa belum sampai? Macet? Atau ada masalah?]Aku hanya melirik dengan malas chat yang baru masuk tersebut, tanpa berniat membalasnya sama sekali. Menghela napas panjang satu kali, aku mengembalikan pandangan pada luar jendela apartemen yang sudah memasuki sore. Saat ini, aku telah kembali ke apartemenku sendiri, setelah meminta Lika datang menjemput. Setelah itu, menyendiri di kamar mencerna semuanya lebih baik lagi.Pikiran dan hatiku masih sangat kacau sekali. Tidak tahu harus berbuat apa setelah mengetahui beberapa kenyataan baru dari Diary kak Diana. Selama ini, aku kira aku sudah mandiri dan tidak butuh bantuan orang lain lagi untuk sukses di bidang yang sedang aku geluti. Ternyata aku terlalu sombong selama ini. Nyatanya? Aku tidak lebih dari bidak catur yang bergerak oleh se
Baca selengkapnya
Beken 35
*Happy Reading*Mendengkus kesal, aku pun segera menaikan bahu dengan kasar, demi menjatuhkan kepala si papah yang masih seenaknya nemplok di sana.Dikata aku tembok apa, pake disenderin segala. Aneh! Setahu aku, yang biasa butuh sandaran itu cewek, deh. Dan cowok yang jadi sandarannya. Kok, ini malah kebalik. "Bapak bisa serius dikit, gak? Guyon mulu kerjaannya." "Loh, saya kan dari awal sudah serius, kok. Kamunya aja yang gak percaya terus."Haaahhh .... dia mulai lagi. Susah banget sih ngobrol tanpa adu urat sama si papah. Musti aja kerutanku pasti nambah kalau ngomong sama dia mah. "Bukan itu maksud saya.""Lalu?""Ya ... maksud saya. Bisa gak Bapak jangan lebay kayak gini tiap ketemu saya. Manja banget lagi kek kucing mageran. Kalah dah Tita.""Itu sih tergantung kamu."Eh, kok jadi aku? Maksudnya apa?"Kalau kamu mau bermanja sama saya. Ya, saya gak bakal manja sama kamu. Saya
Baca selengkapnya
Beken 36
*Happy Reading*"Nggak! Pokoknya gak boleh! Papa harus tetap di sini!" Tita berseru lantang, tak mau melepas tangan ayahnya. Sedari tadi, bocah ini memang langsung mengamuk saat melihat ayahnya di tempeli wanita ulat bulu itu--eh, maksudku wanita bule yang entah berasal dari mana. Siapa tadi namanya? Jolyn kalau tidak salah, kan? Sepupunya Joystick atau Kindejoy kali, ya?"Sebentar saja, Sayang. Papa cuma mau bicara sama Tante Jolyn di luar ruangan doang, kok. Gak jauh-jauh." Si papah mencoba membujuk Tita dengan lembut. Juga berusaha melepaskan tangan satunya lagi yang masih di gelayuti seenaknya oleh si Joystick. Eh, Jolyn."Nggak boleh!" Tita menggeleng cepat. Tetap tak memberikan ijin. "Sayang, ayolah. Sebentar saja." Pak Vino masih berusaha. "No! Pokoknya Papa gak boleh ke mana-mana!"Aku baru tahu loh, ternyata bocah ini bisa sangat keras kepala sekali. Kalau kayak gini, dia mirip banget sama Kak Diana
Baca selengkapnya
Beken 37
*Happy Reading*Kedua sudut bibir si papah langsung naik tinggi mendengar ucapanku. Wajahnya bersinar seketika, mengalahkan Matahari yang sedang discount. Aku saja sampai silau dibuatnya. Dengan jumawa pria itu lalu makin mengeratkan pelukannya pada tubuhku, dan berkata dengan suara merdu menenangkan aku. "Bukan siapa-siapa kok, Sayang. Cuma Fans berat, tapi lebih ke sasaeng. Abaikan saja, okeh!"Masok Pak Eko!"Tapi dia ngatain aku jalang, Ayang." Meski mulai mual dengan kelebayan si papah. Aku pun terpaksa melanjutkan drama ini. Semuanya demi Tita!"Gak usah didengar, Ayang. Namanya juga orang sirik. Sukanya teriak jalang ke semua orang, padahal sendirinya lebih pro.""Vino?!" Lalu seruan murka pun terdengar dari Jolyn. Setelah sebelumnya hanya bisa megap-megap kek ikan koi keabisan aer. "Kamu .... Kamu ...." Meski begitu, Jolyn tetap tak bisa berkata-kata setelahnya. Mungkin saja dia masih syok dengan kead
Baca selengkapnya
Beken 38
*Happy Reading*Me [Tan, lo bisa gak nyuruh Bella jangan chat-an lagi sama Tita?]Intan [Kenapa emang? Masalahnya apa? Jangan mencampuri urusan bocah. Biar mereka main berdua aja. Kita mah sebagai orang tua cukup mantau]Aku mencebik kesal melihat jawaban chat dari Intan yang sangat bijak itu. Perkara begini, Intan memang akan auto berubah jadi ibu peri.Me [Bukan gitu, Tan. Tapi si Bella tuh kalau kasih saran buat Tita, bikin gue spot jantung.]Intan [Saran apa emang dari Bella yang bikin lo jadi lega? Bukan Bella namanya kalau kasih saran menenangkan.]Eh, bener juga sih. Kalau Bella kasih saran berfaedah, namanya bukan Bella lagi. Tetapi Mamah Dedeh. Duh, jadi aku salah curhat, dong.Tring!Belum sempat aku membalas Intan lagi. Nyonya Dika itu kembali mengirim balasan.Intan [Tapi lo tenang aja, Nur. Meski saran Bella kadang ekstreem. Bella gak pernah menyesatkan. Belok ke gang sempit, bisa
Baca selengkapnya
Beken 39
*Happy Reading*"Wah, ternyata kamu!"Aku yang sebenarnya masih sangat kesal dengan kelakuan si papah--yang meninggalkanku begitu saja karena sebuah telepon. Sontak menoleh ke arah samping, saat seruan itu terdengar runguku. Jonathan! Masih ingat? Iya, dia si brondong manis. Pria itu ternyata yang baru saja berseru mengintrupsi kekesalanku pada si papah. "Lo? Ngapain lo di sini?" sahutku galak seperti biasanya. Bukannya marah atau kesal dengan tanggapanku. Pria itu malah tersenyum manis, lalu membuka kaca mata hitam yang dia kenakan sebelum duduk begitu saja di sebelahku. "Galak banget sih calon ayang. Padahal kita udah gak ketemu lama, loh. Gak kangen apa, yang?"Gak nyambung! Aku nanya apa, di jawabnya apa. Ya ... begitulah Jonathan. "Ngapain gue kangen? Hidup gue malah tentram, aman, damai dan sentosa tanpa lo."Bibir Jonathan langsung maju beberapa centi mendengar sahutanku. Namun, tidak lama.
Baca selengkapnya
Beken 40
*Happy Reading*"Gila ya si Jonathan. Gak nyangka banget gue." Lika bergumam seraya menscroll ponsel pintarnya. Aku tidak manyahutinya, hanya melirik sekilas saja. Bukan aku tidak mau menanggapi Lika sebenarnya. Hanya saja, saat ini aku sedang di make up. Tepatnya sedang di pakaikan lipstik oleh MUA. Nah, kan, gak lucu kalau lipenku jadi morat marit gegara nyahutin si Lika. Meski ... sebenarnya aku juga pengen banget ghibahin si Jonathan. "Pantes kariernya cepet banget naik. Bekingannya gak kaleng-kaleng, cuy! Bininya produser sendiri di embat. Gelo gak tuh! Muka doang polos. Ternyata hobbynya ... suka molosin emak-emak. Dunia emang udah edan!"Begitulah! Sejak malam itu, karier Jonathan memang langsung hancur seketika. Karena gosip yang tersebar itu dan juga berita dikeluarkannya secara tidak hormat oleh direktur agency tempatnya bernaung. Aku tidak tahu apa yang terjadi tepatnya. Yang jelas, aku yakin jika semua itu pasti karena campur tangan si papah. Ya ... tahu sendiri doi sia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status