All Chapters of Terjerat Obsesi Gila Duda Anak Dua: Chapter 21 - Chapter 30
110 Chapters
Beken 21
*Happy Reading*Bruk!Aku menghempaskan diri dengan keras ke atas tempat tidur, sesampainya di apartemen."Finaly, rebahan juga gue!" Aku bermonolog seraya menghela napas lega.Ya. Akhirnya, setelah drama cukup alot di rumah sakit. Keluarga si papah pun membiarkan aku pulang dan istirahat dengan layak di apartemen sendiri.Lagian, mau ngapain juga aku di sana lama-lama? Dokter juga bilang si papah belum akan sadar dalam waktu dekat, karena masih dalam pengaruh obat bius paska operasi. Nah, dari pada ngejogrog gak ada kerjaan, mending balik ya kan? Mon maap aja, aku belum alih profesi jadi penunggu pojokan rumah sakit.Lebih dari itu, badanku juga udah lengket banget, ketek juga udah uasem tenan, maklum belum mandi dari kemaren. Penting dari itu semua, aku mau ganti semvak yang udah lembab. Nanti dorayaki di balik semvakku jamuran, repot aku. Gak bisa terima iklan sabun pembersih plus pemutih silingkingin. Belu
Read more
Beken 22
*Happy Reading*"Mama sama Papa ngapain? Kok, saling maen bibir??"Degh!Seketika aku pun tersentak, refleks mendorong dada bidang si papah dan menjauh, saat suara cempreng nan polos itu terdengar Mampus! Gue tercyduk, pemirsah!"Ti-Tita?" gumamku dengan kikuk, saat akhirnya melihat keberadaan Tita di sana. Aku malu!Demi apa? Bisa-bisanya aku menanggapi kegilaan si papah dan keenakan. Sampai tercyduk seperti ini pula. Kan, aku jadi pengen pulang kampung kalau begini."Eh ... Tita ... itu ... itu ...""Papa abis makan permen, ya, Makanya bibirnya diemutin Mama? Kok, Tita gak dibagi?"Ya salam! Harus bagaimana ini jelasinnya? Kan, gak mungkin aku jelasin detail. Belum waktunya buat Tita. Cukup Bella aja yang dewasa sebelum waktunya. Tita gak usah!"Bu--""Bukan Papa yang abis makan permen, tapi Mama. Makanya Papa minta dikit."Penjelasan macam apa itu, Misk
Read more
Beken 23
*Happy Reading*"Woy! Ngapa pagi-pagi muka lo udah kecut banget kek gitu? Ketumpahan cuka atau gimana?"Aku langsung menghadiahkan delikan kesal, saat mendengar celetukkan Lika pagi itu. Sialan! Emang aku kuah mpek-mpek dikasih cuka segala. "Jangan resek deh, Lik. Lagi mumet gue," keluhku akhirnya. Kembali menopang dagu dengan tangan yang berlipat di atas meja. "Mumet kenapa? Bukannya lo harusnya seneng, ya? Lo kan lagi panen job, Dev. Secara, siapa sih, yang gak kepo sekarang sama seorang Devia? Artis baru yang di gadang-gadang bakal menjadi menantu di keluarga Alexander. Ugh ... harusnya muka lo berseri-seri kali, Dev. Bukan malah keruh ke rendeman kaos kaki tiga abad begini." Lika makin menyebalkan. Membuang napas kasar, aku memilih mengabaikan Lika dan malah menjatuhkan kepala pada lipatan tangan di atas meja."Mbuh, lah, Lik. Gue males mikirinnya.""Lah, kok, gitu? Hei! Sebenarnya kenapa, Dev? Aneh banget sumpah!
Read more
Beken 24
*Happy Reading*"Pernikahan apa? Bapak jangan ngadi-ngadi, deh! Emang kapan saya bilang mau nikah sama Bapak?" Aku mencoba membantah pernyataan Pak Vino dengan segera, demi menyelamatkan wajahku di depan para teman sejawat. Gila ya nih duda! Masa main asal jeplak di forum internal kayak gini? Di depan semua penghuni agensi lagi. Kan, jadinya semua bisa makin kacau. Padahal selama ini aku selalu konsisten menjawab jika gosip itu hanya hoax semata. Eh ... si duda malah bongkar aib. Bangsul banget!"Kamu memang gak pernah dengan lantang bilang 'iya' pada lamaran saya. Tapi, ciuman kita waktu di rumah sakit saya rasa sudah lebih dari cukup sebagai jawaban."Uhuk! Uhuk!Para peserta meeting pagi itu pun makin radang, bengek, dan mungkin sebentar lagi typus mendengar celotehan Pak Vino yang ... asli bocor banget. Pun aku tentu saja. Yang kini rasanya mendadak ayan gara-gara mulut embernya. "Ternyata mere
Read more
Beken 25
*Happy Reading*Berusaha menebalkan wajah, yang sebenarnya sudah tebal dengan foundation dan kawan-kawannya hari ini. Aku pun menjauhkan tangan laknat yang nyasar ke tempat enak tadi dengan acuh, lalu sengaja segera melipatnya di bawah dada. Biar gak nyasar season dua, gaes!"Jangan ngadi-ngadi, Pak. Reaksi tubuh itu gak bisa dijadikan patokan soal hati. Karena di luar sana. Banyak kok, orang yang bisa ngeseks tanpa cinta. Lagi pula, reaksi tubuh saya tadi bisa di bilang wajar, kok. Soalnya, saya kan masih wanita normal." Aku berusaha tetap elegan menanggapi si Papah, meski aslinya malu pisan, euy. Bisa-bisanya aku kecolongan lagi. Pesona si papah memang mengkhawatirkan!"Memang betul. Tapi, lebih wajar lagi kalau kamu mendorong saya atau menolak. Kan, katanya kamu gak suka sama saya," balas si papah dengan senyum miringnya.Sialan! Pinter banget bapaknya si Tita nyautinnya. Kan aing harus muter otak lagi. Tapi ... be
Read more
Beken 26
*Happy Reading*Ini bohong, kan?Ini tidak mungkin!Aku tidak percaya dan tak ingin percaya sama sekali dengan ucapan Pak Vino barusan. Tita anak Kak Diana? Itu berarti, Tita adalah keponakan aku. Begitu, kan? Bagaimana bisa? Ya. Aku tahu, dulu saat Kak Diana pergi. Dia memang tengah mengandung. Selanjutnya aku tidak tahu bagaimana kabarnya. Karena keberadaan Kak Diana hilang begitu saja bak di telan bumi.Aku sudah mencoba mencari ke semua tempat. Bahkan sejujurnya, alasan aku bekerja jadi Artis pun, itu demi mencari keberadaan Kak Diana. Sekian tahun aku mencari, hasilnya selalu nihil. Aku tak bisa menemukan keberadaan, bahkan sekedar kabar kakakku sendiri. Pokoknya Kak Diana itu seperti raib.Itulah kenapa, tadi aku sempat menjadikan keberadaan Kak Diana sebagai syarat pernikahan pada Pak Vino. Meski aku tidak berharap banyak akan persetujuan darinya. Tetapi, jika memang benar dia serius akan perasaannya,
Read more
Beken 27
*Happy Reading*"Pak, ayolah! Jangan berbelit-belit kayak gini bisa, gak? Kepala saya sudah vertigo dadakan ini ngadepin kenyataan yang Bapak bawa hari ini. Jangan tambah lagi dengan kenarsisan Bapak. Saya cuma butuh penjelasan tentang kenyataan yang kalian sembunyikan selama ini. Tolonglah, Pak. Jangan bikin saya makin vertigo hari ini, ya?" Akhirnya aku pun memohon dengan sangat belas kasihan pria itu. Karena jujur, aku sudah kepo setengah mampus ini tentang Tita dan lainnya."Janji dulu, kamu akan menerima lamaran saya, jika saya menceritakan semuanya."Allahhurobbi pria ini! Masih aja sempat-sempatnya mancing di air keruh, ya? Gue kruwes juga dah tuh muka ganteng. Biar codet sekalian. "Bapak--""Tolong, Devia. Saya mohon. Saya benar-benar gak bisa jauh lagi dari kamu." Kini, malah Pak Vino yang memohon, dengan tatapan intens yang serius sekali. Aku harus gimana sekarang?Aku harus apa? Aku harus
Read more
Beken 28
*Happy Reading*"Devia, tunggu!""Hei! Hei! Devia?!"Lepasin!" "Devia? Saya mohon. Jangan seperti ini!"Pak Vino masih terus mencoba membujuk, saat mengejarku yang akhirnya memilih untuk segera pergi dari sana. "Devia?""Lepasin gue, Aksa Malvino Alexander!"Nah, kan. Tahu dong, kalau cewek sudah menyebut nama cowok dengan jelas dan lengkap seperti itu. Berarti marahnya bukan kaleng-kaleng. Dan ya! Aku memang sedang sangat marah sekali saat ini. Bagaimana tidak? Kalian bayangin sendiri saja gimana gemasnya aku dengan sikap pria tukang tarik ulur ini. Sudah keceplosan pun, masih saja tidak mau jujur. Kan, aku kesel, ya?"Okeh, Okeh. Sorry!" Pria itu mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. "Tapi, tolong jangan seperti ini, ya?""Lalu saya harus seperti apa? Diam saja Bapak permainkan sedari tadi? Diam saja, Bapak tarik ulur terus! Bapak kira saya apa? Layangan? Atau apa?" Aku memil
Read more
Beken 29
*Happy Reading*Demi apa?!Aku kira, Pak Vino akan membawaku ke tempat penting, atau gimana gitu. Kan, katanya mau menyelesaikan masalah kami. Yee kan?Seenggaknya, aku kira akan di bawa ke sebuah kuburan, bertuliskan nama Kak Diana. Orang yang memang sedang kami bahas sedari tadi. Ya ... seperti di film dan novel yang pernah aku baca. Nyatanya, dia malah membawaku ke tempat yang ... ugh! Nih, duda emang minta aku kepangin ususnya."Yakin kamu gak mau, ini enak, loh." Selain itu, bisa-bisanya dia menawariku selugas itu. Tanpa merasa berdosa sedikit pun. Apa kurang jelas muka jutekku?"Gak usah banyak bacot, deh! Udah abisin sana aja buruan. Sebelum saya lempar tuh mangkok ke jalanan," sahutku ketus. Tak menutupi sedikitpun kekesalanku.Gimana gak kesel. Kalian tahu gak aku dibawanya ke mana? Ke WARKOP pinggir jalan.Iya, betul! Alih-alih membawaku ke resto mewah dan privasi. Si duda sableng ini malah
Read more
Beken 30
*Happy Monday*"Sebenarnya Tita itu juga keponakan saya."Perlu beberapa detik untukku bisa mencerna ucapan si Papah. Entah karena otakku terlalu lemot, atau memang gaya si papah menjelaskan yang berbelit-belit. Menurut kalian, bagaimana?"Lalu, kenapa Tita malah di kenal sebagai anak Bapak oleh semua orang?" Akhirnya, aku menemukan fokusku lagi. "Hanya itu satu-satunya cara. Agar Tita bisa masuk ke dalam keluarga kami dan memakai nama Alexander.""Maksudnya?" tanya itu pun meluncur cepat. Seiring rasa penasaran yang masih menyelimuti. Bukannya langsung menjawab. Pak Vino malah bernapas dalam dan menatap aku lamat-lamat. "Devia. Kakak kamu, Diana itu selingkuhan Kak Alvin. Mereka menjalin hubungan di saat Kakak saya sudah punya istri."Aku tahu. Sangat tahu. Itulah kenapa, awalnya aku marah dengan Kakak dan berusaha menegur agar tidak melanjutkan perasaan gilanya pada bos di kantornya. Tetapi, karen
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status