Semua Bab Gairah Terpendam Suami Kontrak : Bab 71 - Bab 80
264 Bab
71 Status Kamu yang Sebenarnya
“Kenapa begitu, Pak?” tanya Kavita tidak mengerti. “Apa itu tidak terlalu gegabah?” Ezra menggeleng. “Saya membutuhkan kamu untuk lebih sering memperlihatkan diri di keluarga besar ayah saya, di saat itu mereka pasti mempertanyakan status kamu.” “Tapi bukankah kita sepakat untuk memperkenalkan saya sebagai asisten pribadi?” “Saya tahu, tapi akan tiba saat di mana kita harus mengungkapkan status kamu yang sebenarnya sebagai istri saya ....” “... istri kontrak, Pak.” “Mereka tidak perlu tahu kalau kita menikah kontrak,” geleng Ezra. “Oke, itu kita pikirkan kapan-kapan saja. Saya cuma tidak ingin kamu kaget kalau suatu saat saya mengungkapkan status kamu yang sebenarnya di depan keluarga besar ayah.” Kavita terdiam, dia tentu ikut-ikut saja semua rencana Ezra terkait permasalahan keluarga besarnya. “Kalau begitu, apa rencana terdekat Anda? Kunjungan rutin ke rumah keluarga besar?” tanga Kavita selanjutnya. “Seperti itu, setidaknya saya harus memanfaatkan momen ini untuk mengambil
Baca selengkapnya
72 Azab Istri yang Durhaka
Deryl garuk-garuk kepala, tidak ada lagi aura menyenangkan setiap kali dia memandang wajah Yura yang dulu pernah membuatnya tergila-gila. “Tidak bisakah kamu menghargai berapa pun uang yang aku berikan?” ucap Deryl sembari menahan rasa sakit hati yang mulai terasa. Sangat di luar nalar memang. Pria yang selama ini dianggap sebagai kaum yang mengedepankan logika dibandingkan perasaan, sanggup melemah begitu saja di bawah kaki wanita keduanya. Berbanding terbalik saat Deryl menghadapi istri pertamanya dengan keras hati, tetapi tunduk saat istri kedua merajuk manja dengan segala bujuk rayunya yang memabukkan. “Kamu minta dihargai?” ulang Yura dengan mata menyipit. “Kalau kamu bisa kasih aku nafkah yang banyak seperti dulu, aku pasti akan memperlakukan kamu sebagaimana mestinya.” Deryl mengeraskan rahangnya. “Jadi kamu menghargaiku tergantung seberapa besar uang yang aku berikan?” “Memangnya salah? Itu kan yang dulu kamu janjikan sama aku supaya aku mau jadi istri kedua kamu? Mikir
Baca selengkapnya
73 Tidak Mau Meninggalkan Kavita
Kavita mengangguk dan berusaha untuk tidak bersikap mencolok, dia merasakan tatapan tajam menusuk dari salah seorang anggota keluarga Danadyaksa yang mengarah kepadanya dari sudut ruangan. Para orang tua terpantau belum hadir di ruang makan, sehingga sebagian anggota keluarga yang sudah hadir memilih untuk menyibukkan diri dengan mengobrol bersama sanak saudara mereka. Dan hanya Pasha yang duduk di meja yang Ezra tempati. “Di mana ayah dan ibumu?” tanya Ezra sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling. “Aku lihat para orang tua belum ada yang hadir.” “Mungkin sedang berkumpul di tempat Om Endrawan, kita tunggu saja.” Kavita diam sambil menjaga sikap, dan tetap menutup mulut jika Ezra tidak mengajaknya bicara. “Wah, wah, siapa ini yang datang!” Suara Shadan terdengar ketika dia baru saja menginjakkan kakinya di ruang makan, membuat orang-orang yang berada di sana menolehkan wajah ke arahnya. “Halo, Shadan!” balas Ezra elegan, dengan pandangan terarah lurus kepada kakak laki-l
Baca selengkapnya
74 Di Mana Kavita?
“Saya tunggu di sini,” kata Ezra di depan toilet yang disediakan untuk para pelayan. Kavita mengangguk dan segera masuk melewati pintu dan menghilang di baliknya. Tiba-tiba ada pelayan yang lewat dengan setumpuk baki berisi piring kotor di depan Ezra, baki itu oleng dan membuat sisa-sisa makanan tumpah ke pakaiannya. “Maaf, Tuan! Saya tidak sengaja, saya ... pelayan senior bilang kalau saya harus bisa membawa banyak piring kotor supaya efisien!” ratap pelayan itu. Ezra mengerutkan wajahnya saat melihat bagian depan pakaiannya terkena sisa-sisa masakan seperti sambal, tomat lembek, kuah santan kuning, dan macam-macam lagi. Di saat yang bersamaan ada tiga-empat pelayan perempuan yang muncul dan langsung mendatangi mereka. “Apa yang terjadi?” “Kenapa bisa pecah seperti ini?” “Kamu bisa kerja tidak sih?” Beberapa pertanyaan bernada panik langsung dilontarkan bertubi-tubi kepada pelayan yang teledor tadi. “Maaf, Tuan. Baju Tuan harus dibersihkan dulu ....” “Saya akan pinjamkan ba
Baca selengkapnya
75 Mungkin Dia Tersesat
Pasha ikut berpikir keras. Sebagai asisten pribadi, sangat tidak mungkin jika Kavita pergi begitu saja tanpa pamit kepada atasan yang mempekerjakannya. “Aku sedang tidak bawa orang-orangku pula!” Ezra nyaris melempar ponselnya ketika Kavita tidak kunjung bisa dihubungi. “Tenang dulu, aku yakin kalau Kavita tidak jauh-jauh dari sini!” sahut Pasha. “Kawasan ini sangat luas, mungkin dia tersesat atau apa ....” “Masalahnya dia tidak menjawab teleponku, itu yang bikin aku berpikir macam-macam!” “Aku akan suruh orang-orang ayahku untuk bantu mencari Kavita, tenang saja.” “Tidak usah, aku akan mencarinya sendiri.” Ezra berkeras menolak, tapi Pasha langsung melesat pergi menuju meja yang ditempati oleh kedua orang tuanya. “Yah, bisa suruh orang untuk mencari asisten pribadi Ezra?” pinta Pasha buru-buru. “Memangnya apa yang terjadi?” sahut sang ibu dan Pasha lantas menceritakan kronologi hilangnya asisten pribadi Ezra. “Oke, ayah akan telepon orang-orang ayah. Tapi jangan bilang kalau i
Baca selengkapnya
76 Menyembunyikan Seseorang
“Ya, ambil daging di lemari pendingin dulu.” Monic menunjukkan kepada Kavita sebuah ruangan dengan suhu rendah dan penuh stok makanan beku termasuk daging. Ketika Kavita melangkah masuk ke dalam, Monic mendorongnya dan segera menutup ruangan itu rapat-rapat. “Nona Monic!” Kavita cepat-cepat berbalik dan menggedor pintu. “Keluarkan saya dari sini! Nona Monic!” Tangan Kavita terus menggedor-gedor pintu karena dia tidak mungkin bertahan lama di ruangan pendingin bersuhu rendah tanpa alas kaki seperti ini. “Wanita itu benar-benar gila ...” keluh Kavita, ucap hangat muncul dari hidung dan bibirnya. Hawa menggigil mulai menyerang, rasa dingin yang dahsyat terasa menusuk hingga ke tulang. “Siapa saja, tolong!” Kavita masih berusaha keras menimbulkan bunyi keras pada pintu ruang pendingin yang terkunci rapat. “Buka pintunya! Saya terkunci, tolong!” Kavita teringat dengan tas dan ponselnya yang tertinggal di luar karena Monic berkeras memaksanya untuk meletakkan barang-barang itu di kursi
Baca selengkapnya
77 Dia Tidak Punya Bukti!
Ezra lantas mengarahkan tatapan matanya yang setajam silet ke arah Monic yang berdiri congkak di dekat mereka.“Jangan mau diperalat sama perempuan rendah itu, Ezra!” Monic membela diri.“Tutup mulutmu!” sentak Ezra. “Kamu kira aku tidak lihat apa yang kamu lakukan?”“Tapi dia juga menamparku lebih dulu!” bantah Monic dengan napas tersengal.Ezra beralih menatap Kavita. “Saya cuma berusaha melindungi diri ... saya juga kena tampar ...” Kavita menyentuh wajahnya dan Ezra bisa melihat sudut bibirnya yang lecet.“Kamu bisa berdiri?” tanya Ezra pelan.Kavita mengangguk, dia sengaja menunjukkan kepada siapa saja yang menyaksikan bahwa dirinya adalah wanita lemah yang wajib mendapatkan perlindungan dari perundung bar-bar seperti Monic.“Hati-hati,” kata Ezra.Monic menyipitkan matanya dengan geram saat melihat Kavita berpegangan pada lengan Ezra sembari berdiri dari posisinya.“Kamu jangan percaya sama sandiwara dia, Zra! Perempuan itu cuma pura-pura lemah!” seru Monic tidak teri
Baca selengkapnya
78 Hubungan Kalian itu Terlarang
Ezra tidak menjawab, dia bimbang harus menceritakan hal yang sesungguhnya atau tidak mengenai masa lalu yang pernah dijalaninya bersama Monic. “Tapi ...” Kavita melanjutkan ucapannya dengan ragu-ragu. “Kalau Anda mau ubah rencana, saya rasa tidak apa-apa dicoba ....” “Maksud kamu?” tanya Ezra tidak mengerti sambil tetap memegang kapas yang menempel di sudut bibir Kavita. “Anda kan mau mengambil hak Anda di keluarga itu ... Kalau saya lihat, Nona Monic itu sangat peduli sama Anda. Jadi ... kenapa Anda tidak coba minta bantuan dia untuk membantu mewujudkan rencana ini?” Ezra menatap Kavita lebih intens, saat itu tanpa sengaja tangannya menekan kapas yang menempel di sudut bibir Kavita. “Pak, sakit ...! Jangan dipencet!” protes Kavita. “Oh ... ini kan gara-gara kamu sendiri,” sahut Ezra tenang. “Siapa suruh bicara ngawur soal rencana saya.” “Kan saya cuma usul, karena saya lihat Nona Monic sangat memperhatikan Anda ... bahkan bisa menilai siapa saja yang pantas untuk jadi asisten
Baca selengkapnya
79 Pikiranmu Terlalu Jauh
“Monic, ayah minta maaf. Tidak ada yang bisa ayah lakukan selain mencegah kamu agar tidak lagi mencintai Ezra, tolong ....”Monic menatap nyalang kepada pria itu, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Endrawan Danadyaksa.“Atau kamu mau ayah carikan jodoh?” Endrawan menawari.“Tidak,” tolak Monic mentah-mentah.“Monic, kamu harus memikirkan masa depanmu. Ayah lihat, Ezra sudah bisa bersikap normal sama kamu—jadi seharusnya kamu juga melakukan hal yang sama.”Monic mengepalkan tangan, dia masih tidak terima dengan kenyataan yang ada meskipun di sisi lain Ezra sudah berlapang dada sejak mengetahui kenyataan pahit itu.“Ayah tahu ayah yang paling bertanggung jawab atas apa yang kamu alami, ayah minta maaf ... Tapi ayah juga tidak ingin masa depan kamu hancur karena memaksakan hubungan ini.” Endrawan meneruskan. “Ayah sayang kamu, juga anak-anak ayah yang lain. Ayah harap kamu bisa mengerti, Monic. Jangan lakukan hal itu lagi, oke?”Monic diam saja, masalahnya dia tidak bisa berja
Baca selengkapnya
80 Tidak Layak Mendapatkan Hukuman
Dyaksa Company awalnya hanya anak perusahaan kecil yang diberikan kepadanya sebagai imbalan supaya Ezra dan ibunya tidak menampakkan diri lagi di hadapan keluarga besar Danadyaksa.Setelah Ezra dewasa, selama bertahun-tahun dia mengerahkan seluruh tenaga dan pikirannya sehingga mampu membuat Dyaksa Company tumbuh menjadi perusahaan pembuat sepatu yang produknya mampu menembus pasar-pasar negara tetangga.“Aku siap menjadi rintangan besar bagi langkah Shadan untuk memajukan perusahaannya,” pungkas Ezra dengan senyum mencekam. “Pertemuan itu akan jadi saksi persaingan antar anggota keluarga Danadyaksa.”Pasha mengangkat jempolnya.“Tapi ngomong-ngomong ...” Ezra melirik curiga ke arah Pasha. “Kenapa kamu mau repot-repot?”“Repot-repot kenapa?”“Repot segalanya, kenapa kamu harus susah-susah mendatangi aku? Bahkan mau-maunya menjadi penghubung antara aku dan ayahku.”Pasha tidak buru-buru menjawab.“Kalau kamu punya tujuan terselubung, lebih baik katakan saja semuanya sekarang. A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
27
DMCA.com Protection Status