Semua Bab The Devil's Gift: Bab 11 - Bab 20
33 Bab
BAB 11 : Meninggalkan Philadelphia
Hari esoknya, tatkala matahari belum terbit sepenuhnya. Cerano sudah membawa Raveena pergi menuju bandara. Sepanjang jalan, Raveena menatap jalanan Kota Philadelphia dengan perasaan hampa. Meskipun, seluruh memorinya buruk tentang kota ini, dia tidak dapat memungkiri bahwa dia sudah tinggal selama 12 tahun di Philadelphia.“Raveena, anak-anak buahku sudah menunggu kita di bandara Italia. Mereka memang terlihat kasar dan tidak baik, tapi tidak perlu takut, mereka tidak akan menyakiti kamu,” kata Cerano.Karena yang terkendala passport hanyalah Raveena, anak-anak buah Cerano sudah pulang lebih dahulu ke Italia sejak kemarin. Namun, mereka akan menjemput Cerano di bandara.Raveena akhirnya menoleh. “Aku mengerti.”Cerano, “Apa kamu sedih karena akan meninggalkan Philadelphia?”“Dibandingkan dengan sedih, hatiku sepertinya terasa kosong,” Ravena menambahkan, “Mungkin karena kehidupanku terlalu monoton saat tinggal di Distrik Merah. Tapi, aku
Baca selengkapnya
BAB 12 : Kediaman Acheron Familia
Raveena Hesper tercengang saat Cerano membawanya ke kediaman utama Acheron Familia, yang terletak di bagian paling utara dari Pulau Sisilia. Tempat itu sangat rahasia dan tertutup, bahkan sekitar 3 meter dari kediaman utama, terdapat peringatan bahwa mereka akan memasuki wilayah terlarang, sehingga orang yang tak memiliki izin tidak diperbolehkan untuk masuk.Raveena juga perlu memasukan data sidik jari serta retina matanya terlebih dahulu sebelum diperbolehkan masuk ke lingkungan Acheron.Kediaman utama dari Acheron Familia berupa sebuah mansion mewah bertingkat lima, di mana warna eksteriornya didominasi oleh warna hitam dan kelabu, membuat mansion itu memancarkan aura yang kelam. Di sekeliling mansion, terdapat jalan setapak dan lahan hijau yang terbentang begitu luas. Bahkan Raveena sempat berpikir, dia pasti akan tersesat apabila berjalan-jalan sendirian di dalam lingkungan mansion.“Apa kamu pernah berjalan kaki dari pintu masuk ke gerbang utama?” ta
Baca selengkapnya
BAB 13 : Kenangan
Dante berbincang-bincang sebentar dengan Raveena, intonasi suaranya begitu lembut, tak terdengar mengerikan atau kejam seperti bayangan Raveena. Alih-alih tampak seperti seorang pimpinan dari kelompok mafia, Dante malah terlihat seperti seorang pria tua yang ramah.Beberapa saat kemudian, akhirnya Dante meminta Raveena untuk keluar lebih dahulu karena ingin membicarakan sesuatu dengan Cerano. Wanita itu jelas langsung menurut dan meninggalkan ruangan.“Nak, dia tampaknya tidak ingat kamu,” kata Dante dengan iba.Cerano tersenyum getir. “Dia melupakan ingatannya sejak berada di rumah bordil. Aku tidak tahu kenapa bisa begitu, mungkin trauma berat telah menghancurkan isi ingatannya.”Dante, “Maka, kamu hanya bisa menarik ingatannya pelan-pelan. Menyembuhkan trauma seseorang adalah sesuatu yang sulit, apalagi Raveena sudah mengalami banyak penyiksaan dan pelecehan saat di rumah bordil. Teman lamamu ini, jelas rusak parah sekaran
Baca selengkapnya
BAB 14 : Kamar Baru
Pria yang membawanya pergi adalah Dante Acheron, yang kemudian menjadikan Cerano sebagai anak angkatnya. Di bawah bimbingan Dante pula, Cerano berlatih begitu keras untuk menjadi lebih kuat, belajar lebih giat agar ia tak mudah ditipu oleh siapa pun.Cerano ingin menjadi kuat, supaya ia mampu menyelamatkan Raveena, seperti sekarang ini.“Tapi, bagaimana kamu tahu dia adalah teman yang kamu cari?” tanya Dante.Cerano, “Awalnya aku tidak tahu, sampai aku melihat gelang di tangannya. Gelang itu adalah buatanku, jadi aku bisa tahu kalau itu adalah Raveena yang kucari.”Ketika mereka bertemu di atap, Cerano tanpa sengaja melihat gelang yang Raveena pakai saat wanita itu menarik lengannya. Setelah itu, Cerano menyelidiki Raveena dan tahu kalau dia tinggal di sebuah rumah bordil sebagai perawan tua. Karena itulah, akhirnya Cerano datang ke rumah bordil dan berpura-pura mencari perawan untuk menyusup masuk ke dalam kediaman Carlos.
Baca selengkapnya
BAB 15 : Pelatihan
Raveena berjalan dengan mata yang mengantuk. Semalam, dia tanpa sadar membaca begitu banyak buku sampai pukul 4 pagi. Tatkala dia baru tertidur selama satu jam, seseorang menggedor pintunya dan meminta Raveena untuk segera pergi ke ruang pelatihan. “Kenapa jalan begitu lelet! Cepatlah! Bos, pasti sudah menunggu!” pria bernama Diego itu sejak tadi terus berteriak kepada Raveena, sampai membuat telinga Raveena berdengung. “Aku sudah berusaha jalan secepat mungkin,” tukas Raveena, “Lagi pula, kenapa aku harus pergi ke tempat pelatihan sepagi ini? Cerano bahkan tidak memberitahuku jamnya.” Diego menghentikkan langkahnya, lalu berbalik dengan ekspresi wajah gelap. “Kamu memanggil Bos dengan nama?! Beraninya kamu bersikap tidak sopan seperti itu! Anak baru, siapa namamu?!” “Raveena Hesper,” jawab Raveena tanpa gentar. Dia sudah biasa dibentak-bentak oleh Hose dulu, jadi teriakan Diego tidak ada artinya untuk Raveena. “Bisa-bisanya kau membalas denga
Baca selengkapnya
BAB 16 : Pelatihan (2)
Awalnya, seluruh anggota baru itu bisa berlari dengan kecepatan yang sama. Namun, lambat laun, beberapa anggota baru itu mulai memelankan lari mereka karena kelelahan. Sedangkan tiga anggota lain masih mampu berlari tanpa menunjukkan tanda-tanda kelelahan.“Matilda, Saro, Sergio! stamina kalian sudah cukup bagus, tapi coba berlari lebih cepat lagi.” Cerano lantas memperhatikan tiga orang yang ada di belakang mereka. “Raveena, Paolina, Antonio! siput bahkan jauh lebih cepat daripada kalian! Jika kalian berlari seperti ini saat menjalankan misi, aku jamin kalian akan langsung mati dalam waktu satu hari!!”Paolina yang berlari di samping Raveena terus mengeluh di sedari tadi. “Kakiku bahkan terasa ingin lepas! Jika berlari lebih cepat lagi, maka aku akan lumpuh!”“Paolina, aku bisa mendengar keluhanmu! Kalau kau tidak lulus minggu depan, maka kau bisa-bisa disuruh berlari sebulan penuh!” teriak Cerano.Mendenga
Baca selengkapnya
BAB 17 : Melampiaskan Gairah
Kesedihan sekaligus rasa cemas perlahan mengairi hati Raveena. Wanita itu baru tinggal di mansion Acheron Familia selama dua hari, sehingga tidak banyak orang yang ia kenal. Apabila Cerano pergi meninggalkannya, maka Raveena akan kehilangan orang yang bisa ia ajak mengobrol.“Kenapa pergi begitu lama?”Cerano, “Sebenarnya, satu minggu itu termasuk cepat. Biasanya, aku bahkan bisa pergi selama berbulan-bulan.”Raveena seharusnya tidak punya wewenang untuk bertanya, tapi dia secara reflek berkata, “Masalah apa yang akan kamu hadapi? Apakah berbahaya seperti di Kartel Meksiko?”“Berbahaya atau tidak itu belum bisa kuukur sekarang. Tapi, aku pasti mampu pulang dengan selamat.” Cerano menambahkan, “Apa kamu masih ingat orang yang kutembak di pertemuan pertama kita?”Raveena mengangguk cepat. “Tentu aku ingat.”“Dia berasal dari komplotan bandit yang berpura-pura menjadi
Baca selengkapnya
BAB 18 : Bertemu Consigliere
Keesokan paginya, Raveena bangun dalam keadaan segar. Dia sudah tertidur sepanjang malam tanpa ada gangguan dari orang lain, sehingga tubuhnya yang kemarin kelelahan sudah mulai pulih.Ketika Raveena hendak bangkit dari tempat tidur, ia melihat cincinnya tergeletak di atas meja. Tapi, kali ini cincinnya terlihat berbeda. Di bagian kepala ular, terdapat sambungan kecil yang menghubungkan cincin dengan rantai kalung.Begitu Raveena mengambil cincin tersebut, ia menemukan sebuah catatan tertinggal di bawahnya.‘Kalau kamu tidak mau menggunakannya di tangan, maka pakailah cincin ini sebagai kalung dan sembunyikan dibalik pakaianmu. Karena, cincin emas ini adalah satu-satunya benda yang mampu melindungimu di dalam mansion Acheron.’   Cerano juga meninggalkan sebuah buku pedoman milik Acheron Familia di dekat kertas catatan. Sebuah sticky note ditempel di salah satu lembaran buku tebal tersebut, sehingga Ravee
Baca selengkapnya
BAB 19 : Pelecehan
Ungkapan Javer membuat Raveena semakin mewaspadai orang-orang di sekitarnya. Pantas saja Cerano memberikannya cincin emas, ternyata memang hanya kedudukan tinggi yang bisa menyelamatkan seseorang.Selama tiga hari terakhir, latihan yang dijalani oleh Raveena sangat berat dan melelahkan. Dia dan yang lain harus belajar teori bersama Javer di pagi hari, kemudian berlatih di ruang latihan dari siang hingga menjelang sore. Latihan stamina yang mereka jalani pun bervariasi, mulai dari berlari, memanjat dinding dalam hitungan detik, dan juga mempelajari teknik dasar dalam membela diri.“Aku bisa mati kalau begini terus!” keluh Paolina begitu Henry keluar dari ruang latihan.Wanita itu berbaring di atas permukaan lantai, peluh sudah membasahi pakaian dan rambutnya, membuat dia tampak habis berenang alih-alih berolahraga.“Mengeluh. Mengeluh. Mengeluh saja bisamu, apa kau akan mati apabila sehari saja menutup mulut!” teriak Saro.&l
Baca selengkapnya
BAB 20 : Menghubungi Cerano
Raveena berlutut di hadapan pintu, berharap kalau Hector tidak akan mengejarnya sampai ke kamar. Dalam keadaan panik, Raveena mengambil ponsel yang ia tinggalkan di kamar, kemudian berusaha menghubungi seseorang. Tapi, dia baru sadar kalau dia tak memiliki nomor orang lain, selain nomor Cerano. Dan semenjak Cerano meninggalkan mansion, pria itu belum pernah menghubungi Raveena, mungkin dia terlalu sibuk sampai tidak sempat memberikan kabar. Jadi, Raveena khawatir, Cerano tidak akan meresponnya apabila dia mengirimkan pesan sekarang. Namun, tak ada salahnya mencoba terlebih dahulu. Raveena : “Cerano, apa kamu punya nomor Tuan Russo?” Awalnya, Raveena berpikir Cerano akan mengabaikannya, tetapi ternyata pria itu langsung membalasnya dalam hitungan detik. Cerano : “Tentu ada, kenapa kau membutuhkan nomornya?” Raveena terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa. Kalau Raveena menceritakan kejadian hari ini kepada Cerano, bisa-bisa dia m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status