Keesokan paginya, Raveena bangun dalam keadaan segar. Dia sudah tertidur sepanjang malam tanpa ada gangguan dari orang lain, sehingga tubuhnya yang kemarin kelelahan sudah mulai pulih.
Ketika Raveena hendak bangkit dari tempat tidur, ia melihat cincinnya tergeletak di atas meja. Tapi, kali ini cincinnya terlihat berbeda. Di bagian kepala ular, terdapat sambungan kecil yang menghubungkan cincin dengan rantai kalung.
Begitu Raveena mengambil cincin tersebut, ia menemukan sebuah catatan tertinggal di bawahnya.
‘Kalau kamu tidak mau menggunakannya di tangan, maka pakailah cincin ini sebagai kalung dan sembunyikan dibalik pakaianmu. Karena, cincin emas ini adalah satu-satunya benda yang mampu melindungimu di dalam mansion Acheron.’
Cerano juga meninggalkan sebuah buku pedoman milik Acheron Familia di dekat kertas catatan. Sebuah sticky note ditempel di salah satu lembaran buku tebal tersebut, sehingga Ravee
Ungkapan Javer membuat Raveena semakin mewaspadai orang-orang di sekitarnya. Pantas saja Cerano memberikannya cincin emas, ternyata memang hanya kedudukan tinggi yang bisa menyelamatkan seseorang.Selama tiga hari terakhir, latihan yang dijalani oleh Raveena sangat berat dan melelahkan. Dia dan yang lain harus belajar teori bersama Javer di pagi hari, kemudian berlatih di ruang latihan dari siang hingga menjelang sore. Latihan stamina yang mereka jalani pun bervariasi, mulai dari berlari, memanjat dinding dalam hitungan detik, dan juga mempelajari teknik dasar dalam membela diri.“Aku bisa mati kalau begini terus!” keluh Paolina begitu Henry keluar dari ruang latihan.Wanita itu berbaring di atas permukaan lantai, peluh sudah membasahi pakaian dan rambutnya, membuat dia tampak habis berenang alih-alih berolahraga.“Mengeluh. Mengeluh. Mengeluh saja bisamu, apa kau akan mati apabila sehari saja menutup mulut!” teriak Saro.&l
Raveena berlutut di hadapan pintu, berharap kalau Hector tidak akan mengejarnya sampai ke kamar. Dalam keadaan panik, Raveena mengambil ponsel yang ia tinggalkan di kamar, kemudian berusaha menghubungi seseorang. Tapi, dia baru sadar kalau dia tak memiliki nomor orang lain, selain nomor Cerano. Dan semenjak Cerano meninggalkan mansion, pria itu belum pernah menghubungi Raveena, mungkin dia terlalu sibuk sampai tidak sempat memberikan kabar. Jadi, Raveena khawatir, Cerano tidak akan meresponnya apabila dia mengirimkan pesan sekarang. Namun, tak ada salahnya mencoba terlebih dahulu. Raveena : “Cerano, apa kamu punya nomor Tuan Russo?” Awalnya, Raveena berpikir Cerano akan mengabaikannya, tetapi ternyata pria itu langsung membalasnya dalam hitungan detik. Cerano : “Tentu ada, kenapa kau membutuhkan nomornya?” Raveena terdiam, tidak tahu harus merespon seperti apa. Kalau Raveena menceritakan kejadian hari ini kepada Cerano, bisa-bisa dia m
Keesokan malamnya, Cerano benar-benar kembali ke Sisilia, mengabaikan ucapan Raveena yang menyuruhnya untuk tidak terburu-buru. Namun, sikap buru-buru Cerano memang membawa petaka.Pria itu terlalu terburu-buru membasmi komplotan bandit, sehingga tidak terlalu mementingkan keselamatannya. Saat sedang beradu tembak dengan ketua dan para anggota bandit, tanpa sengaja perut pria itu terkena tembakan, sehingga dia dibawa pulang ke mansion dalam keadaan bersimbah darah.“Nona Hesper! Bos sudah pulang, tapi keadaannya agak buruk, sebaiknya kamu segera melihatnya!” seru Ugo begitu dia kembali ke mansion.Raveena yang tengah membaca buku di ruangan Cerano mendadak panik, dia melemparkan buku itu ke sembarang arah, kemudian berlari menuju Cerano yang sekarang sedang dirawat di klinik organisasi.“Di mana dia?” tanya Raveena kepada Henry, ekspresi wajahnya begitu panik.“Bos masih di dalam, Dokter Rachel sedang berusaha mengelua
Selama hampir lima menit, hanya suara deru napas Cerano serta monitor jantung yang terdengar di ruangan itu. Raveena tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggenggam tangan Cerano sejak dia datang.Tak lama kemudian, bulu mata Cerano bergetar tatkala dia mulai membuka mata, menampakkan dua manik cobalt yang terlihat kelelahan.“Raveena ….” bisik Cerano begitu dia berusaha menebak bayangan wanita di hadapannya.Raveena mengangguk, “Ya, aku Raveena. Apa kamu merasa sakit? Perlu kupanggil dokter?”Cerano menghembuskan napas saat tahu dia berhasil selamat dari insiden tembakan. “Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaanmu? Apa Hector mengganggumu lagi?”Raveena menggeleng, kepalanya menunduk begitu Cerano mengangkat topik Hector. “Dia tidak menggangu lagi. Maaf, Cerano.”Cerano berusaha mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Raveena yang murung. “Kenapa minta maaf?”“Kam
Walau Raveena berkata ingin tidur di sofa malam itu, wanita itu malah berakhir tertidur di kursi sebelah tempat tidur, karena bersikeras tidak mau jauh-jauh dari Cerano.Cerano berpikir bila Raveena akan pindah ke sofa saat malam, tetapi Raveena sama sekali tidak beranjak pindah walau pagi hari sudah datang. Sikapnya itu jelas saja membuat Cerano terkejut dan segera membangunkannya. “Raveena, bangun, kenapa kamu malah tidur di sini?”Karena Cerano terus mengguncang bahunya, Raveena perlahan terbangun dari tidurnya. Dia segera mengusap matanya sebelum mengangkat kepala untuk berhadapan dengan Cerano. “Ada apa, Cerano?”“Ya, Tuhan. Apa kamu tidur semalaman dengan posisi begini? Punggungmu bisa-bisa sakit, Raveena.”Raveena awalnya ingin menyanggah ucapan Cerano. Namun, Raveena bungkam karena punggungnya benar-benar terasa sakit usai membungkuk semalaman.“Jangan marah, aku cuman mau nemenin kamu,” bisik Raveena dengan suara pelan, persis seperti anjing kecil yang takut dibuang oleh pemi
Pada sore hari, Cerano akhirnya diperbolehkan pindah ke kamar pribadinya supaya merasa lebih nyaman. Henry dan Ugo membantu Cerano pindah ke kamar menggunakan kursi roda, sementara Raveena dipinta pergi ke ruang pelatihan supaya tidak membuat teman-temannya yang lain curiga dia dekat dengan Cerano.“Bos, kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun, aku dan Ugo akan berusaha mengerjakan tugasmu untuk sementara waktu,” kata Henry dengan penuh percaya diri.Cerano yang baru saja dipindahkan ke tempat tidur langsung menahan napas sebentar saat lukanya terasa sakit. “Aku percaya kepada kalian. Namun, aku tidak mau terus berdiam diri terlalu lama. Besok aku mengajukan permohonan kepada Don Dante untuk membiarkanku kembali bekerja minggu depan.”“Bos! Kamu terlalu workaholic! Seperti kata Rachel, tidak ada salahnya kamu istirahat sejenak,” tukas Ugo.Cerano, “Aku bukannya gila kerja, tapi kenyataannya pekerjaanku memang sangat banyak. Selain itu, aku juga khawatir kepada kalian kalau aku absen t
Raveena kembali ke kamar Cerano dalam keadaan sangat lelah. Evaluasi mingguannya akan segera tiba, sehingga dia dan rekan-rekannya harus berusaha keras meningkatkan stamina supaya mendapatkan nilai tinggi saat evaluasi.Begitu Raveena masuk ke dalam kamar, dia melihat Cerano sedang tidur sambil memegang buku di tangannya. Sepertinya obat yang diminum oleh Cerano membuatnya cepat lelah sampai-sampai dia bisa ketiduran saat membaca buku.Dengan hati-hati, Raveena mengambil buku dari tangan Cerano, kemudian menyelimuti tubuh pria itu. Meski sudah berusaha untuk bergerak sepelan mungkin, tetap saja pria yang dipenuhi oleh kewaspadaan seperti Cerano langsung bangun.“Kamu baru kembali?” tanya Cerano dengan suara seraknya.Raveena tertegun, merasa kalau suara itu terdengar sangat seksi di pendengarannya. “Mhm, aku baru saja kembali. Kamu tidur lagi saja.”“Setelah bangun, rasanya aku tidak mau tidur lagi,” Cerano berkata, “Bagaimana harimu? Latihannya berjalan baik?”Raveena menarik kursi se
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Cerano segera menundukkan kepalanya dan mencium bibir Raveena. Ciuman itu tidak terburu-buru, cenderung lambat sehingga mereka bisa menikmati setiap lumatan yang mereka lakukan.Raveena masih khawatir dengan kondisi Cerano, tetapi ciuman Cerano membuatnya terbawa suasana sampai dia tidak lagi mau melepaskan ciuman mereka yang kian lama kian dalam.Cerano menarik lengan Raveena supaya tubuh mereka bisa semakin berdekatan, lalu di saat Raveena sedang lengah, tangan Cerano mulai merayap masuk ke dalam pakaian Raveena, mencari-cari dada Raveena yang masih ditutupi oleh bra.Begitu Cerano mengangkat bra milik Raveema ke atas, wanita itu segera sadar dan menahan tangan Cerano. “Cerano, ingat kata Rachel, kamu masih belum boleh bergerak terlalu banyak.”“Tenang saja, aku hanya akan menyenangkan kamu.”Karena setiap kali Cerano melihat Raveena, dia selalu ingin menyentuh tubuh wanita itu, meraba setiap jengkal kulitnya yang mulus dan lembut. Bisa dibilang, pria