All Chapters of KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN: Chapter 111 - Chapter 120
163 Chapters
Bab 111
"Iya benar kamu, Ranti, si Anisa sudah mirip badut sekarang. Makanya, Anisa, kalau jalan itu hati-hati! Lagian kamu sudah biasa pake kaca mata kuda, kok malah dilepas karena kepingin gaya. Kalau sudah biasa pake kacamata kuda, jangan bergaya pake softlens segala, yang akhirnya kan seperti itu! Rasain kamu," ucap Riris. Mereka semua menertawakan aku serta menggunjingku dan juga mencemoohku. Tidak ada satu orang pun di antara mereka, yang mau membantuku. Mereka tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, serta mereka sedang berdiri di hotel milik siapa? "Sini, Mbak, aku bantuin bangun," ucap Si pelayan.Ia berusaha membantuku untuk membangunkanku, tetapi baru juga aku mau berdiri, pelayan itu di dorong lagi oleh teman-temanku. Alhasil kami berdua terjerembab, aku kembali terjatuh dengan posisi terlentang, sementara Si pelayan jatuh di atasku dengan posisi tengkurap."Ma ... maafkan aku, Mbak, aku gak sengaja! Maafkan aku, ya Mbak, jangan pecat aku!" Si pelayan berkata, sambil segera ba
Read more
Bab 112
"Maafkan, Mas ya, Nis! Mas, telat datang, dikira Mas, tidak akan terjadi hal seperti ini." Mas Andre meminta maaf kepadaku."Iya, Mas! Lagian, semua ini juga bukan karena salah Mas kok. Ini semua salah teman-temanku, yang memang sangat suka membullyku, dari dulu sampai sekarang." Aku memberikan maaf, serta menjelaskan bahwa ini bukan salahnya Mas Andre.Setelah itu kami pergi dari ruangan tersebut, untuk menuju parkiran. Namun baru juga keluar, pelayan yang tadi aku tabrak menghampiri. Ia begitu ketakutan, dan meminta maaf kepadaku, serta Papa dan Mas Andre. Ia meminta kami, supaya tidak memecatnya.Kami pun memaafkannya, sebab semua itu bukan salah si pelayan. Tapi semuanya salah temanku, yang kurang ajar. Beruntung tidak ada wartawan yang meliputku, jika ada maka kejadian tadi pasti langsung vital. Kami pun segera pulang, tetapi berbeda mobil. Aku bersama Mas Andre, sedangkan Papa dengan sopirnya.Setelah urusan dengan si pelayan selesai, kami pun pulang. Tetapi kami terpisah, aku
Read more
Bab 113
"Kamu jangan takut, sayang! Mas hanya meminta, apa yang telah menjadi milik Mas," ucap Mas Andre. Ia berkata dengan suara serak, ia pun menghembuskan nafas berat. "Ta-tapi ...," kataku menggantung."Tapi apa, Sayang," tanya Mas Andre dengan napas yang memburu.Hembusan nafasnya terasa hangat di wajahku karena wajahnya terlalu dekat, bahkan menempel di wajahku. Mendapat perlakuan seperti ini dari lawan jenis, membuat aku merasakan geleyar aneh di dalam tubuhku. Tubuhku, yang baru saja mandi, malah terasa panas, bahkan gairah yang terpendam kini meronta. Dulu aku berharap melakukan semua ini bersama Mas Bagas, orang yang sangat aku cintai. Tapi kenyataannya malah berubah, setelah aku tahu dia menghianatiku dan tidak tulus mencintaiku. Aku pun kini sadar akan kewajibanku dan aku putuskan akan aku serahkan segalanya untuk suamiku. Apalagi, Mas Andre telah menunjukan, rasa sayangnya padaku."Sayang, kamu mau 'kan melakukan kewajibanmu sekarang? Mas sudah tidak sanggup lagi untuk menahann
Read more
Bab 114
"Yang, kamu lapar nggak?" Mas Andre bertanya, saat aku sedang melihat laju mobil Arya yang menjauh dari rumahku."Iya, Mas, kita 'kan belum makan sore," sahutku.Aku memberitahunya, kalau aku juga merasa laper. Sebab kami hanya baru makan tadi siang saja, sebelum dzuhur."Kalau begitu, kita intip ke dapur yuk! Kita lihat, ada bahan masakan apa saja di sana? Nanti kita masak bareng, sama Pak Edi," ajak Mas Andre."Tapi, Mas, aku belum bisa masak! Mendingan pesan aja seperti biasa," saranku.Aku memberi tahu suamiku, kalau aku belum bisa memasak. Jadi aku menolak ajakannya."Nggak apa-apa, lagian Mas nggak nyuruh kamu untuk memasak kok! Karena Mas tau, kalau kamu itu tidak pandai memasak. Mas ajak kamu ke dapur, biar nanti kamu bantuin Mas mengupas bumbunya. Kalau urusan memasak, serahkan sama Mas," ujar Mas Andre, sambil menepuk dadanya. "Oh ... ya sudah kalau begitu, yuk, Mas, kita masak!" Aku mengajak Mas Andre untuk segera memasak."Ayo, sayang," sahutnya.Kami berdua pun berjalan
Read more
Bab 115
Setelah mencuci tangan, kemudian aku masuk ke ruang makan untuk mengambil sop, serta nasi yang sudah dimasukan ke wadah. Aku, ingin memberikannya, buat keluarga Pak Edi di rumah. Soalnya Mas Andre masak banyak, jadi tidak mungkin, akan habis oleh kami berdua. Aku memberikannya seks to untuk keluarga Pak Edi, sebab daripada mubazir."Pak, ini bawa buat istri serta anaknya di rumah," ujarku, sambil menyodorkan wadah, yang berisi nasi, sop serta lauk pauk yang lainnya, yang tadi di masak suamiku."Ya, ampun, Non. Ngapain sampai repot-repot di bawain, buat keluarga Bapak segala? Padahal nggak usah Non, buat Non sama Aden saja. Tadi, Bapak 'kan sudah makan banyak di sini," tolak Pak Edi. "Nggak apa-apa, Pak. Mas Andre bikinnya banyak, sayang kalau nggak ke makan. Jadi daripada mubazir, lebih baik Bapak bawa pulang, buat keluarga Bapak di rumah." Aku memaksa Pak Edi, buat membawa makanan yang aku berikan tersebut."Oh, begitu ya, Non. Ya sudah, terima kasih ya, Non. Bapak permisi, assalamu
Read more
Bab 116
"Iya, Sayang, sepertinya memang Sonia yang itu. Apalagi tadi Pak Edi bilang, kalau dia adalah model. Memangnya kenapa, Sayang, kok kamu nanya-nanya begitu sih?" Mas Andre malah balik bertanya kepadaku."Nggak apa-apa kok, Mas, cuma mau tau aja," kataku."Pasti karena kamu cemburu kan sama, Mas?" Mas Andre bertanya, sambil alis matanya dimainkan.Aku pun menyanggahnya, tapi Mas Andre tidak percaya malah terus menggodaku, bahkan menggelitikku membuat aku geli dan tertawa. Kami berdua benar-benar sudah sangat akrab sekarang, setelah aku memberikan kewajibanku waktu itu. Keesokan harinya, aku dan Mas Andre lari pagi keliling komplek. Tapi aku tertinggal jauh oleh Mas Andre karena tadi saat sedang berlari, aku kecapekan dan akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kaki. Aku kemudian berlari lagi, walau hanya berlari kecil.Tapi ketika aku sedang melanjutkan lari, dari arah belakangku ada orang yang menyapaku. Aku merasa kaget, sebab aku belum kenal sama tetangga di komplek ini. Tapi kenap
Read more
Bab 117
"Lha, terus itu laki-laki yang ada di belakangmu siapa? Masa iya, kamu nggak mengenali, orang yang ngebuntutin kamu, Anisa!" Mbak Maya bertanya, sambil menunjuk ke arah belakangku. Aku pun segera menengoknya, ke arah yang Mbak Maya maksud. Ternyata ia menunjuk Arya, yang sudah ada dibelakangkku. serta terus membuntutiku."Oh, maksud Mbak Maya Mas Arya! Aku memang mengenalnya, Mbak dan Mas Andre juga mengenalinya! Karena dia itu tetangga kami di apartemen Mas Andre. Dan secara kebetulan, ia juga punya rumah di daerah ini. Kami barusan bertemu, juga tidak sengaja, kok, sama saja seperti Mbak yang bertemu Mas Andre. Kalian juga tidak sengaja bertemu kan," ujarku. "Iya, Mbak Maya, Arya itu tetanggaku di apartemen! Tapi aku baru tau, kalau ia juga punya rumah di daerah sini," bela Mas Andre, membenarkan ucapanku."Tuh 'kan, Mbak, aku nggak bohong!" kataku.Aku sangat senang, ketika Mas Andre membelaku di hadapan kakak ipar dan temannya itu."Mbak, bisa singkirkan tangannya dari tubuh s
Read more
Bab 118
"Ya sudah, ayo dong, buka pintunya, Sindi!" Mbak Maya, memerintahkan Mbak Sindi untuk segera membuka pintunya.Wajah Mbak Sindi semakin memucat, entah sayang dirasakannya saat ini. Mungkin ia takut ketahuan, kalau ternyata ia berbohong soal rumah yang katanya milik ya tersebut. "Sebentar, ya Maya. Aku mau meminta penjaga rumahku, supaya membukakan kuncinya dulu," ujar Sindi."Lho, kok mesti minta dibukakan sama penjaga rumah, Mbak? Memangnya Mbak Sindi nggak bawa kunci rumah sendiri," tanyaku."Nggak, aku nggak membawa kunci, Anisa. Aku tadi titip sama penjaga rumah, soalnya takut jatuh saat berlari," sahut Mbak Sindi.Pintar sekali, Mbak Sindi ini memerankan aktingnya. Ia sudah seperti pemain sinetron saja, atau mungkin juga dia pernah menjadi seorang pemain sinetron. Sindi pun kemudian menghampiri Pak Edi, kemudian ia meminta kunci rumahku. Pak Edi melirik ke arahku, aku pun kembali menganggukan kepala tanda menyetujui, kalau Pak Edi memberikan kunci cadangan rumahku ke Mbak Si
Read more
Bab 119
"Jadi begini, Maya, sesungguhnya aku memang bukanlah pemilik rumah ini! Aku hanya sedang menghayal, andaikan aku bisa memiliki rumah seperti ini. Aku ingin bisa punya setengah ini, makanya aku mengaku kalau rumah ini milikku," terang Mbak Sindi, kini ia berkata jujur kalau dia bukanlah pemilik rumah ini."Sindi, jadi selama ini kamu telah berbohong padaku? Jadi selama ini, semua yang kamu katakan padaku, hanyalah bualan belaka! Aku nggak menyangka, ternyata kamu tega membohongiku," ujar Mbak Maya marah.Ia tidak terima dan juga merasa kecewa kepada Sindi sahabatnya. Karna ternyata telah tega membohonginya. Mungkin juga ia merasa malu karena telah memuji-muji Sindi di hadapan kami, tapi ternyata semua tidak terbukti."Iya, Maya aku minta maaf padamu! Aku, hanya malu, kalau harus berkata jujur. Karena kenyataannya, aku sudah tidak lagi menjadi model. Aku juga nggak mau, kalau kamu juga akan menjauhiku. Karena aku sekarang nggak sekaya dulu. Aku tidak mau, jika kamu seperti teman-teman
Read more
Bab 120
"Mas, aku mau beli makanan dari online. Kira-kira apa saja sih yang mau di pesen," tanyaku."Yang pastinya harus yang enak-enak dong, Anisa. Jangan yang nggak enak, kalau untuk menjamu kami," sahut Mbak Maya."Iya, Mbak," sahutku.Mbak Maya menjawab pertanyaanku, padahal aku bertanya kepada suamiku. Kemudian Mas Andre pun memberitahuku, apa saja yang mesti di beli olehku. Aku pun memesan makanan, sesuai dengan apa yang dikatakan suamiku. Setelah menunggu beberapa saat, makanan pun sampai. Kami pun makan bersama di ruang makan, tidak lupa aku mengajak Pak Edi makan bersama kami. Tetapi seperti biasanya, dia selalu mengasingkan diri ketika makan. Selesai makan, mereka bertiga pun pamit pulang. Aku dan Mas Andre pun, mengantar mereka sampai teras. Setelah kepulangan ketiga orang itu, kami berdua segera mandi setelah itu beristirahat sambil menonton tayangan televisi. Sampi mereka bertiga pulang, mereka tidak tahu, kalau aku ini anak dari seorang bos besar. Hari telah berganti minggu,
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status