All Chapters of KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN: Chapter 121 - Chapter 130
163 Chapters
Bab 121
Mas Andre begitu panik, saat melihatku seperti itu. Mas Andre pun mengajakku ke Dokter untuk memeriksakan kesehatanku ini. Ia takut jika aku mempunyai penyakit berbahaya, yang dapat mengancam keselamatan aku."Sayang, ayo kita periksa saja ke Dokter! Mas takut, kalau nanti kamu kenapa-napa," ajak Mas Andre."Nggak usah, Mas, aku nggak apa-apa, kok! Mungkin aku cuma masuk angin saja," tolakku.Aku menolak ajakan Mas Andre karena aku merasa hanya masuk angin saja."Kamu jangan suka menyepelekan kesehatan dong, sayang! Nanti, kalau kamu kenapa-napa, bagaimana?" Mas Andre terus saja membujukku, supaya aku mau memeriksakan kesehatanku ke Dokter."Sudahlah, Ndre, kalau nggak mau ya nggak usah dipaksa. Orang Anisanya saja, nggak mau diajak berobat juga," ujar Mbak Maya."Nggak bisa begitu dong, Mbak. Anisa itu sedang sakit, dia harus segera mendapat pemeriksaan dokter." Mas Andre bersikeras, dengan keputusannya.Mas Andre marah, saat mendengar Mbak Maya seolah tidak peduli padaku. Dia seaka
Read more
Bab 122
"Iya, benar, Mbak, kalau Mbak ini sedang hamil muda," terangnya."Mas, tolong dijaga kondisi Mbaknya ya, jangan sampai kecapean, atau pun stres! Karena usia kandungannya masih sangat muda, saat sepertivini masih rawan-rawannya," pesan Bu Dokter, saat memberitahu keadaanku kepada suamiku.Ternyata, sakit yang aku rasa saat ini, bukanlah sakit seperti apa,yang dikhawatirkan suamiku. Melainkan, efek karena aku sedang mengandung."Alhamdulillah, ya Allah," seru Kami berdua serempak mengucap hamdallah."Sayang, ternyata sakitmu itu karena, kamu sedang hamil. Kamu, sedang mengandung anakku. Terima kasih ya, Sayang," ucap Mas Andre, sambil memelukku, serta mencium pucuk keningku.Bu Dokter, yang ada di hadapan kami, mesam-mesem, saat melihat perlakuan Mas Andre padaku. Hingga aku menjadi malu, dibuatnya. Setelah selesai periksa dan menebus obat, kami pun segera keluar dari klinik. Mas Andre, menuntunku, sikapnya sudah seperti ke bocah saja. Sesampainya di dalam mobil, Mas Andre bukannya seg
Read more
Bab 123
"Anisa, Sayang, kamu sehat, Nak! Alhamdulillah, ternyata kamu akan memberikan Papa cucu. Kamu harus menjaga kesehatanmu, biar sehat pula janin yang kamu kandung! Kamu juga harus menjaga pola makannya, biar nutrisi yang masuk sesuai yang dibutuhkan," pesan Papa. Ia memberi petuah kepadaku, supaya aku menjaga janin yang ada di rahimku ini."Iya, Non, Bibi juga bersyukur banget! Allah, masih memberi kesempatan kepada Bibi, sampai bisa melihat Non Anisa berumah tangga, bahkan kini tengah mengandung. Semoga saja Bibi juga masih diberi kesehatan dan diberi umur panjang, hingga melihat Non Anisa lahiran. Bahkan semoga Allah memberi kesehatan kepada Bibi, supaya masih bisa mengurus anaknya, Non," timpal Bi Ijah, yang merasa bersyukur atas sayang diberikan Allah kepada kami. "Amin ya robbal alamin, semoga ya Bi," ucap kami mengamini doa Bi Ijah.Kami semua benar-benar merasa bersyukur, dengan kehamilanku ini. Apalagi diriku, yang merasa bahagia, dikelilingi orang-orang yang begitu menyayan
Read more
Bab 124
"Iya, Mbak, sebentar ya," kataku. Aku bangkit dan pergi meninggalkan mereka untuk meminta Bi Ijah, supaya membikinkan pesanan tersebut."Jangan pake lama, ya Aisa," seru Mbak Maya.Ia berkata tanpa memiliki etika, atau adab saat sedang berada di rumah orang."Iya, Mbak, tunggu ya," sahutku lagi.Setelah itu aku pun menyahut perkataannya Mbak Maya. Aku segera pergi ke dapur untuk meminta Bi Ijah, supaya membikinkan minuman pesanan Mbak Maya tersebut."Non, ngapain datang ke dapur! Sudah sana di dalam saja, biar Bibi saja yang masak, Non pokoknya tau beres aja," ujar Bi Ijah menyangka, kalau aku akan membantunya masak."Ngak Bi, aku ke sini bukan mau bantu Bibi memasak. Tapi aku cuma mau minta sama Bibi, supaya dibikinin jus orange dan juga mangga. Soalnya di depan ada tamu dua orang tamu dan meminta di bikinin jus," terangku.Aku memberitahu alasanku, kenapa menemuinya di dapur."Apa, Non, tamu meminta di bikinin jus! Siapa sih dia, kok rasanya seperti kurang ajar banget ya. Bertamu k
Read more
Bab 125
"Non Anisa, ini minumannya!" Bi Ijah datang, sambil membawa jus yang dipesan Mbak Maya."Oh ... rupanya ini pembantumu, Anisa!" Mbak Maya bertanya, sambil menunjuk ke arah muka Bi Ijah. "Iya ... benar, Mbak, saya ini Bi Ijah, yang menjadi asistennya Non Annisa. Terus ada masalah gitu sama Mbaknya ini, atau Mbak merasa keberatan kalau saya menjadi asistennya Non Anisa? Padahal kan bukan anda, yang kasih makan serta gajinya," terang Bi Ijah.Ia melawan perkataan Mbak Maya, sambil menyimpan minumannya di meja."Ih, songong amat ini babu. Memang bukan aku yang mebayar kamu, babu. Tetapi adik iparku, yang membayarnya," murka Mbak Maya, yang berkata seolah ia sangat peduli dengan Mas Andre. Bahkan ia tidak rela, jika suamiku itu memberikan gaji untuk Bi Ijah."Mbak, nggak ada kerjaan banget sampai memikirkan masalah gajiku segala. Padahal nggak ada tuh, hubungannya sama anda. Mau siapa pun yang keluar uang, toh yang memberi upah juga nggak keberatan, memberikannya buat saya." Bi Ijah terus
Read more
Bab 126
Papaku mengusir Mbak Maya dan Mbak Sonia, supaya segera pergi dari rumahku dengan alasan, kalau aku harus beristirahat."Iya, Pak, kami akan pulang. Kalau begitu kami permisi, assalamualaikum," pamit Mbak Maya."Waalaikumsalam," sahut kami bertiga serempak.Mereka berdua sepertinya merasa segan, jika harus membantah perkataan Papa. Padahal sepertinya mereka masih sangat ingin berlama-lama di rumahku, hanya saja mereka segan kepada Papaku itu."Bi Ijah, tolong pastikan mereka berdua supaya benar-benar pergi, dari area perumahan ini! Jangan sampai mereka berdua masih ada di pekarangan rumahku ini," perintah Papa. "Baik tuan, siap laksanakan," sahut Bi Ijah menyanggupi perintah Papa.Bi Ijah pun mengekor Mbak Maya dan Mbak Sindi untuk memastikan mereka berdua pergi dari area rumahku. Bi Ijah pergi dengan cara mengendap-endap, supaya mereka berdua tidak menyangka, kalau mereka sedang di buntuti. Papa sengaja, memerintahkan Bi Ijah untuk memantau kepergian Mbak Sindi dan Sonia, supaya me
Read more
Bab 127
"Ini namanya, Mas Arya, Bi. Dia tetangga apartemennya Mas Andre," terangku memberitahu Bi Ijah."Oh ... begitu, ya Non. Mas, kenapa tidak langsung ke kantornya Den Andre saja. Soalnya 'kan kalau jam segini, Den Andrenya kerja, Mas!" Bi Ijah memberitahu Mas Arya, kalau Mas Andre tidak ada dirumah. "Iya, Bi, aku juga tau kok, kalau Mas Andre jam segini sedang kerja. Tapi aku datang kesini bulan mau ketemu sama Mas Andre, tetapi aku cuma pengen ketemu sama Anisa sebentar, Bi!" Mas Arya memberitahu Bi Ijah apa maksud kedatangannya tersebut.Alasan kenapa ia mampir ke rumahku, hingga membuat aku terkejut mendengar alasan Mas Andre barusan. "Lho, mana bisa begitu, Mas! Non Anisa inikan sudah bersuami, jadi tidak bisa sembarangan pria datang untuk menemuinya karena takut terjadi fitnah. Kecuali atas izin Den Andre, yang menjadi suaminya. Apalagi Non Anisa sekarang, sedang mengandung buah cinta mereka, jadi dia tidak boleh banyak pikiran." Bi Ijah mengungkapkan apa yang diketahuinya kepada
Read more
Bab 128
"Jangan dululah, Bi. Karena aku takut, kalau Mas Andre akan bertambah protektif kepadaku nantinya. Pokoknya yang penting aku akan lebih berhati-hati saja," sahutku."Oh ... begitu, ya Non, ya sudah terserah Non saja. Sekarang lebih baik kita ke dalam yuk, Non! Takutnya orang rese lainnya akan datang lagi," ajak Bi Ijah."Iya, Bi. Ya sudah, ayo kita masuk saja!" Aku juga menyetujui, saat Bi Ijah mengajakku untuk segera masuk ke dalam rumah. Kami berdua pun segera masuk masuk ke dalam karena kami takut, jika nanti akan muncul lagi orang-orang yang tidak diharapkan. Aku pun kini duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi, sedangkan Bi Ijah pergi ke dapur untuk menuntaskan pekerjaannya.Semenjak Mbak Maya dan Sindi tahu, kalau aku anak orang kaya. Mereka tidak pernah lagi menjelek-jelekanku, malah terkesan menyanjungku. Aku cuma bisa tersenyum miring, saat melihat perlakuan mereka, yang mendadak betubah hingga seratus delapan puluh derajat tersebut.***"Nis, ngomong-ngomong Papa S
Read more
Bab 129
"Jadi, sebenernya begini, Non. Bibi tadi tidak sengaja, menguping pembicaraan Mbak Maya lewat telpon! Bibi pikir, kalau ia sedang mengobrol dengan Mbak Sindi. Karena ia selalu bilang, Sin di setiap perkataannya," terang Bi Ijah."Terus apa, yang Bibi dengar dari pembicaraan tersebut? Aku bertanya kepada Bi Ijah tentang apa yang ia ketahui."Jadi begini, Non, ternyata Mbak Maya dan Mbak Sindi itu sedang merencanakan sesuatu. Mereka berdua baik sama Non itu, hanya formalitas belaka, Non," ungkap Bi Ijah. Ia memberitahu sifat Mbak Maya yang sebenarnya. Ungkapan Bi Ijah barusan, membuat aku seakan percaya dan juga tidak percaya."Ah masa sih, Bi, kalau mereka seperti itu?" Aku bertanya balik, kepada Bi Ijah tersebut."Iya, Non, jangan dikasih selamat deh, kalau memang Bibi berbohong." Bi Ijah meyakinkanku, bahwa ucapannya tidaklah main-main."Kok, mereka berdua tetap saja jahat, ya Bi. Aku mengira, kalau mereka berdua sudah pada sadar," kataku merasa kecewa kepada Mbak Maya dan juga Mbak
Read more
Bab 130
"Maya, kamu serius 'kan, mau mengambil hati Papanya Anisa? Biar nanti Andre, aku yang urus dan kamu Arya, kamu tetap dekati Anisa. Kita harus membuat mereka bertiga salah paham satu sama lain, biar gampang memecahkan kebersamaan mereka!" Sindi, mengatur strategi untuk menghancurkan keluargaku"Iya, Sindi, aku mau mendekati Papanya Anisa saja! Toh dibanding Andre, Papanya Anisalah yang paling tajir melintir. Penampilannya juga masih okelah menurutku, ia nggak kalah sama yang muda," ujar Mbak Maya menyetujui."Oke, aku juga setuju dengan pendapat kamu Sonua. Tapi ingat, kalian berdua jangan sampai menyakiti calon istriku!" Mas Arya menimpali, perkataan Mbak Maya dan juga Sindi, serta memperingatkan mereka berdua. Perkataan mereka semua, membuat aku merinding dan serasa ingin muntah. Tetapi untung saja, semuanya itu masih bisa aku tahan. Setelah aku mendapatkan bukti yang aku rasa cukup, aku pun segera pergi dari tempat persembunyianku. Ternyata mereka bertiga berniat akan membuat kelu
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status