All Chapters of KEJUTAN UNTUK HARI PERNIKAHAN: Chapter 131 - Chapter 140
163 Chapters
Bab 131
Mereka berdua pun, langsung menatap layar pipih, yang aku sandarkan ke vas bunga yang ada di atas meja. Aku sengaja melakukannya, supaya mereka berdua bisa bersama-sama melihatnya. Mereka berdua, begitu serius memperhatikan rekaman tersebut. Aku melihat, wajah mereka memerah serta tangan mereka mengepal. Sepertinya mereka merasa kecewa bercampur marah, melihat apa yang tertera di layar handphone tersebut."Kurang ajar sekali, mereka bertiga. Bisa-bisanya mereka mau menghancurkan keluarga kita! Apalagi Si Maya, dia sengaja ingin mendekati Papa, hanya untuk menguras harta bendanya saja. Setelah berhasil menguasai, Anisa akan disingkirkan! Lihat saja nanti, tidak akan aku biarkan itu terjadi. Ayo, siapa diantara kita yang lebih pandai dalam mengatur strategi," sungut Papa.Ia berkata dengan penuh emosi karena melihat vidio tadi."Iya, Pah, Mbak Maya ini tidak bisa dikasih hati, ia malah minta jantung! Lihat saja, apa yang akan aku lakukan untuk kalian bertiga!" Mas Andre pun sama sepert
Read more
Bab 132
"Lho, kenapa Mbak bertanya begitu? Ya wajar dong, kalau kami ada di sini, orang ini kan rumah Papaku mertuanya Mas Andre. Seharusnya, kami yang bertanya kepada Mbak Maya. Mbak Maya mau ngapain datang ke rumah Papa? Apa Mbak Maya punya kontrak kerja dengan Papa," tanyaku membalikan pertanyaan, kepada Mbak Maya.Pertanyaanku barusan, membuat muka Mbak Maya memerah. Entah menyapa ia begitu, saat mendengar ucapanku barusan. Mungkin karena ia malu, entah karena emosi."Mbak datang kesini, hanya sedang bersilaturahmi saja, Anisa! Nggak apa kan, kalau Mbak berkunjung ke rumah Papamu?" Mbak Maya menjawab pertanyaanku, tetapi ia juga bertanya balik kepadaku. "Ya nggak apalah, Mbak. Selama silaturahmi itu murni, tanpa ada embel-embel." Aku, menyahut ucapan Mbak Maya. "Ya, iya lah, Anisa. Mbak murni kok, cuma mau bersilaturahmi ke rumah Papamu, nggak ada niatan apa pun. Oh iya, ini Mbak bawain kue basah. Itu buatan Mbak sendiri, lho," ujarnya, sambil memberikan satu buah kotak berisi kue basa
Read more
Bab 133
Ia malah bertanya, aku sebenarnya suka atau tidak jika dia berada dirumah Papa. Dan memang sebenarnya, aku tidak suka dengan kehadirannya di rumah Papaku. Apalagi, dengan maksudnya hanya mau merayu Papa. Tapi demi terwujudnya rencana kami, aku pun berpura-pura suka saja kepadanya."Nggak kok, Mbak. Masa iya, aku nggak suka sama ipar suamiku sendiri." Aku menjawab pertanyaannya dari Mbak Maya, sambil berpura-pura menyukai keberadaannya.Setelah itu, kami kembali mengobrol bersama, hingga tidak terasa telah sampai waktu ashar. Sedangkan, Mbak Maya tidak ada ciri-cirinya, akan segera pulang dari rumah Papa. Aku pun berniat tidak mau pulang, jika ia masih berada di rumah ini. Suara adzan ashar pun berkumandang, dari masjid dekat rumah Papa. Mas Andre dan Papa pun pamit untuk salat di mesjid.Sedangkan aku pergi ke kamarku untuk melaksanakan salat, sedangkan Mbak Maya bilang dia lagi datang bulan. Selesai salat, aku kembali ke ruang keluarga. Aku merasa tidak nyaman jika Maya masih berad
Read more
134
"Iya, Sayang, apapun yang membuatmu senang akan Mas turuti." Mas Andre menyetujui keinginanku.Ternyata Mas Andre tidak melarangku, ketika aku minta sama dia untuk menginap di rumah Papa."Apa yang dikatakan Nisa benar, kalian berdua sekali-kali nginep di sini. Biar Papa nggak kesepian," ujar Papa."Iya, Pah, " sahutku dan juga Mas Andre mentahut serempak.***Setelah salat subuh kami pun berniat pulang karena Mas Andre akan pergi ke kantor. Jarak dari rumah Papa ke rumahku lumayan jauh, jadi takut terkena macet dan Mas Andre kesiangan masuk kantor. Bahkan katanya ada meeting pagi, sedangkan perlengkapan ngantornya berada di rumah kami. Seusai pamit sama Papa dan Bi Sumi kami pun segera pulang, ke rumah pemberian Papa."Pah, Anisa sama Mas Andre pamit dulu, ya. Soalnya Mas Andrenya mau kerja, sedangkan perlengkapan kerjanya ada di rumah." Aku berpamitan kepada Papa."Iya, Nis, kalian hati-hati di jalan ya." Papa mengizinkan aku untuk pulang."Iya, Pah," sahutku.Kemudian aku pamit k
Read more
Nan 135
Tapi dari nada bicaranya, aku yakin kalau itu bukanlah suara Mas Andre suamiku, melainkan suaranya Mas Arya. Aku, terus berontak dan kaki ini berhasil menginjak kakinya, dengan sekuat tenaga. Hingga ia mengaduh kesakitan dan akhirnya pelukannya melonggar. Kemudian akhirnya, aku berhasil keluar, dari pelukan orang tersebut."Mas Arya, kamu ini apa-apaan sih, main peluk-peluk saja! Kamu itu 'kan tau, kalau aku ini sudah punya suami, aku ini istrinya orang, Mas! Apa kamu mau, aku laporkan kamu ke pihak yang berwajib, dengan tuduhan melakukan pelecehan? Kamu juga bisa dituntut, dengan tuduhan perbuatan yang tidak menyenangkan," ancamku. "Jangan seperti itu juga dong, Nisaku Sayang. Biar bagaimana pun juga, aku ini kan sayang banget sama kamu. Aku benar-benar tulus, sayang sama kamu," ucapnya."Mas Arya, maaf ya. Aku harus berapa kali lagi mengatakan, kalau aku tidak mencintai Mas! Aku ini sudah menjadi istri orang, istrinya Mas Andre. Jadi kamu jangan mengganggu aku, atau pun rumah ta
Read more
Bab 136
Pada saat, aku sedang bersantai di ruang keluarga, sambil menonton televisi. Gawaiku yang disimpan di atas meja berdering, segera aku meraih benda pipih itu dan ternyata, yang meneleponku adalah Papa. Aku pun segera mengangkat telepon dari Papa tersebut."Assalamualaikum, Pah," sapaku."Waalaikumsalam," sahut Papa. "Ada perlu apa, Pah? Tumben, masih pagi Papa sudah telpon Anisa. Apa ada yang urgent," tanyaku. Aku, bertanya kepada Papa, tentang maksud dan tujuan Papa menelponku. Padahal baru tadi pagi, aku pulang dari rumahnya. Tetapi sekarang Papaku sudah menelpon lagi."Nggak apa-apa kok, Nisa. Papa cuma mau mgasih tahu kamu, kalau tadi Maya datang ke rumah lagi. Dia berterus terang, ingin menjadi istrinya Papa. Papa sangat kaget mendengarnya. Karena Papa baru mendengar, ada seorang wanita yang melamar laki-laki." Papa memberitahuku tentang alasannya kenapa ia menelponku."Terus bagaimana jawaban Papa," tanyaku penasaran."Sesuai, dengan rencana kamu, Papa berpura-pura menerimanya.
Read more
Bab 137
"Itu, Non, Mak Maya. Dia sudah ada di ruang tamu, Mbak Maya datang bersama Sindi. Mereka bilang ada hal yang mau diobrolin sama, Neng." Bi Ijah datang dan memberitahuku, bahwa tamu tersebut adalah Mbak Maya dan juga Sindi."Memangnya mereka mau ada urusan apa, ya Bi, sama aku. Ngapain mereka datang kesini?" Aku bertanya kepada Bi Ijah, tentang keperluan Mbak Maya dan Sindi datang ke rumahku."Bibi juga, tidak tahu Non. Lebih baik,m sekarang kita temuin saja duku, biar nanti kita tau, mereka ada urusan apa. Biar Bibi yang akan menemani, Non Anisa. Bibi takut, jika mereka datang karena mau mencelakai Non. Ayo Non, kita samperin," ajak Bi Ijah.Kemudian aku bangkit dari duduk, aku dan Bi Ijah, mendampingiku untuk menemui mereka berdua. Bi Ijah takut, jika Mbak Maya dan Sindi akan berbuat jahat padaku. Apalagi sekarang aku sedang mengandung. Makanya, Bi Inah bersikap ekstra waspada."Iya, Bi, ayo! Terima kasih, ya Bi, sudah mengkhawatirkan Nisa." Aku mengucapkan terima kasih, kepada Bi I
Read more
Bab 138
"Maaf, ya Mbak Maya. Kebetulan, kalau aku sekarang belum bisa memberi keputusan, antara setuju ataupun tidak. Aku akan membicarakannya dulu, dengan Mas Andre dan juga Papa. Mbak nggak apa-apa 'kan?" Tanyaku. Aku ingin melihat apakah Mbak Maya mau menunggu keputusanku atau tidak."Iya, Anisa, Mbak akan menunggunya kok, sebab semua ini juga demi keluarga kita nantinya." Mbak Maya berkata sok bijak. "Ok, lah, Mbak kalau begitu," sahutku.Aku berpura pura menyetujui, dengan semua yang diinginkan Mbak Maya'Mbak Maya, Mbak Maya. Kamu pikir aku tidak tau rencana busuk kamu? Aku yakin, kalau sekarang ini, kamu sedang mengesampingkan ego kamu. Kamu rela merendah meminta izin kepadaku, demi misi kamu agar berhasil. Tapi sayang, sampai kapanpun aku tidak akan tinggal diam, Mbak. Jika maksud kamu mendekati keluargaku, hanya demi menguras hartanya saja. Tunggu saja tanggal mainnya ya,' ucapku dalam hati."Oh iya, Nis, Mbak mau minta minum dong! Boleh nggak, minta jus jeruk sama jus mangganya?"
Read more
Bab 139
"Ayo kita masuk, Mas! Kamu, pasti sudah haus dan juga laper 'kan? Aku sudah minta Bi Inah, buat masakin kesukaan Mas. Maaf ya, Mas, aku belum bisa memasak makanan untukmu. Aku masih terasa mual, jika mencium bumbu dapur secara langsung," ujarku.Aku mengajak Mas Andre masuk dan akan segera aku ajak dia untuk makan. Agar tenaganya kembali pulih, tidak loyo seperti saat ini."Iya nggak apa, Sayang. Ayo kita masuk! Mas, memang sudah kehausan dan kelaparan ini. Apalagi, saat melihatmu sudah wangi dan cantik begini. Membuat Mas tambah laper saja ingin segera memakanmu," kelakar Mas Andre, saat mengomentari ucapanku."Ih, Mas, kamu kira aku ini makanan apa! Sampai bilang lapar saat melihatku," protesku, sambil memajukan bibirku, berpura-pura kesal. Padahal sebaliknya, aku sangat senang jika di gombalin oleh suami sendiri. Biarpun Mas Andre dulu terlihat jutek dan juga tegas, tetapi ternyata ia berjiwa romantis. Ia sangat pintar untuk membuat aku menjadi seorang istri yang bucin. "Ih i
Read more
Bab 140
"Kalau menurut, Mas, mendingan disetujui saja, Sayang. Ini juga termasuk cara, supaya misi kita berhasil kan," ujar Mas Andre."Oh ... begitu, ya Mas. Ya sudahlah, biar nanti aku setujui saja maksud Mbak Maya menjadi istri Papa. Aku akan membuat dia bahagia terlebih dulu, dengan cara aku menyetujui maksudnya. Aku akan membuat dia berbunga-bunga dulu hatinya, sebelum aku buat dia menangis darah," sungutku. Aku berkata dengan terbawa emosi, walaupun pada akhirnya menyetujui saran dari Mas Andre."Ya sudah, kalau begitu sana telpon dulu Papanya! Beritahu beliau, kalau kita setuju dengan maksud Mbak Maya," perintah Mas Andre.Ia menyuruhku untuk memberitahu Papa, tentang keputusan kami berdua. Aku pun segera mengambil handphone, yang tergeletak di atas meja, yang ada dihadapan kami. Aku pun kemudian mencari kontak atas nama Papa. Setelah ketemu, aku segera menghubungi beliau. Setelah menunggu beberapa saat, hubungan telpon pun tersambung. Aku pun segera memberi tahu maksudku menghubungi
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status