Semua Bab Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel): Bab 131 - Bab 140
156 Bab
Part 131. Perkumpulan yang Aneh
“Fokus saja dengan apa yang kamu hadapi, Dav. Kamu tidak akan berhasil mengendalikan diri jika tidak fokus? Apa kau ingin sisi lain dirimu muncul dan menghancurkan semuanya? Di sana, ibumu sedang berjuang. Bukan hanya kau, ayah, dan adikmu saja. Tetapi banyak dari mereka yang bertarung memang mempertahankan apa yang mereka Yakini. Kau sebagai calon pemimpin mereka, sudah seharusnya tidak hanya memikirkan keluargamu saja.” “Tapi aku tidak menginkannya, Paman! Kau tidak mengerti juga!?” hardikku. Beberapa kali aku mendengar jika akku istimewa. Istimewa apanya? Bahkan untuk memusatkan pikiran saja aku tak mampu. Kalau hanya begini saja aku tak bisa, bagaimana dengan selanjutnya? Aku tak sanggup. “Dav, kau bisa berkata tidak, tetapi takdir memilihmu. Lihat! Serigala Devan bisa mengatasi semua masalahnya sendiri. Dia tidak salah mengenali lawannya. Dan juga, tanpa kau ketahui dia juga sedang melindungi ibumu. Mungkin
Baca selengkapnya
Part 132. Provokasi
“Mereka—para kaum penghianat, adalah jiwa-jiwa yang menginginkan pengakuan di dalam dirinya, Dav. Mereka memiliki banyak hal untuk dicapai, tetapi tidak bisa melakukannya sendiri. Untuk itulah Arthur menawarkan sesuatu yang mereka inginkan, tetapi tidak memberitahu apa yang dicapai. Arthur memanfaatkan krisis jati diri mereka untuk mencapai tujuan pribadi yang sampai saat ini belum pernah bisa dia capai.” Penjelasan dari Paman Davian membuatku semakin bingung. Waktu berjalan tanpa henti, meski aku ingin sekali memiliki kekuatan untuk menghentikannya. Sayang, semua hal yang sudah kupelajari hingga kini tidak ada yang berguna sama sekali. Karena itu, ada rasa yang membuatku berpikir jika aku tidak berguna. Serigala Devan hanya bisa membantai musuh yang seolah tidak ada habisnya itu. Aku panik, tentu saja! Tapi apa yang bisa kulakukan selain pasrah pada Devan? “Setidaknya tahan emosimu, dan pusatkan
Baca selengkapnya
Part 132. Ingin Pergi Saja.
Dalam kawanan mereka, para vampire kawanan baru memang begitu banyak, hampir tiga kali lipat dari jumlah keseluruhan. Akibatnya, kami cukup kewalahan. Kalau begitu, bukankah itu berarti ada banyak manusia yang terseret ke dalam pertempuran itu? Ras manusia memang paling banyak dan paling cepat berkembang. Namun, bukan berarti bisa seenaknya dijadikan alat untuk mencapai tujuan semu. “Kau dengar ucapannya?” Paman Davian mengataknnya dengan nada lirih. Namun, aku masih bisa mendengarnya. “Tentu saja, terdengar begitu jelas,” jawabku. Mana mungkin ucapan seperti itu tidak terdengar? Karenanya, aku sampai mengalami seikit tremor. Gila! Benar-benar gila! Orang itu seolah sama sekali belum tahu bahaya apa yang akan terjadi, jika apa yang dia inginkan tercapai. “Itulah kehebatan Arthur. Dia mengambil sisi lemah mereka yang putus asa, membungkus kehancuran dengan harapan semu yang menggoda. Dalam ke
Baca selengkapnya
Part 133. Harus Bagaimana
Rasa keberatan kuajukan, beserta dengan banyaknya rasa rendah diri yang kumiliki. Haruskah aku juga menolak semua hal yang ada di depanku? Seperti meninggalkan tempat ini, misalnya. Aku bisa pergi jauh, dengan segala kemampuanku dan bersembunyi. Hidup tenang dan damai sendiri saja. Plak! “Jangan pernah seenaknya berpikir seperti itu!” Paman Davian berteriak marah setelah memukul kepala bagian belakangku. Meski di alam bawah kesadaran, ternyata rasanya cukup menyakitkan juga. Aku sampai terhuyung dan merasa pusing karenanya. “Lihat! Ada banyak korban yang tidak bisa kau bayangkan banyaknya jika kau melakukan hal itu!” lanjutnya. “Aku tidak mengerti, Paman! Kau tahu jika aku hanya schout—werewolf muda, dan masih berusia belasan tahun. Aku setidaknya harus melewati banyak pelatihan untuk bisa melaksanakan apa yang kau katakan. Akan lebih mudah bagiku untuk meninggalkan semuanya. Lagi pula
Baca selengkapnya
Part 134. Dukungan
“Sebisa mungkin, Dev, kita selamatkan Mom terlebih dahulu,” ucapku. Berharap Devan bisa mengerti jika keadaan Mom sudah hampir tidak bisa tertolong. Kalau sampai terlambat, aku tidak bisa memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain. “Tapi, bagaimana dengan yang di depan kita, Dav?” Aku mengerti dengan kekhawatiran Devan. Musuh di depan kami tidak hanya ada dua atau tiga orang saja, melainkan puluhan. Di antara mereka ada werewolf dan vampire. Dan aku, sama sekali tidak merasakan keberadaan penyihir di antara mereka. “Kau mau melakukannya bersamaku? Tidak ada pilihan yang mudah, tetapi bukan berarti tidak ada yang tidak bisa kita lakukan, kan?” Percayalah! Aku mengatakan itu bukan karena sudah merasa percaya diri akan bisa menghadapi mereka, tetapi karena pertaruhan semata. Siapa tahu setelah ini, kami bisa menyelamatkan Mom dan Dad, juga Daphne. Karena aku pernah mendengar dari Paman Sean,
Baca selengkapnya
Part 135. Aku Salah
Dia mungkin menyebalkan, tetapi bukan itu poin pentingnya. Yang ada hanyalah setelah aku bertemu dengan beliau, ada banyak hal yang berubah dari hidupku. Ada banyak hal yang tidak bisa kuungkap dengan kata-kata. Aku harus menjadi lebih baik. Mengingat sebelum ini aku sama sekali bisa dikatakan tidak bisa apa-apa, dan tidak memiliki kemampuan apa-apa. Namun, kata Paman Sean hal itu bukan berupakan sesuatu yang buruk. Hanya saja, satu sisi diriku sangat tidak bisa menerimanya. Aku ingin diakui, oleh siapa pun di dunia ini. Akan tetapi, rasa-rasanya hal itu sangat mustahil untuk didapatkan. Aku tidak memiiki kemampuan seperti Paman Sean atau ibuku dalam mengendalikan sisi serigala yang buas. Aku tidak bisa melawan rasa rendah diri, apalagi mendongkrak semangatku hingga ke titik yang bisa membuatku lebih hebat. “Kata siapa kau tidak mampu,” Ujar Devan. Aku terkesiap mendengarnya. Meski dia tengah menghadapi vampire yang tak terhitung
Baca selengkapnya
Part 136. Rencana Bertukar
Karena aku masih bisa melihat bagaimana Paman Davian memandang Mom dengan sendu. Ibuku tidak pernah menjadi orang yang pernah paman cintai, melainkan masih menjadi orang yang dicintainya. Padahal, Paman Davian dan ibuku sudah memiliki dunia yang berbeda. Mereka sudah tidak dipersatukan oleh waktu dan tempat. Juga, ibuku yang sudah dimiliki oleh orang lain. “Apa Paman masih ada sampai sekarang itu karena rasa cintamu padanya? Paman arwah penasaran?” tanyaku. Tiba-tiba saja mulut ini berkata seolah hal itu bukanlah sebuah masalah yang besar. Memang, apalagi yang bisa membuat arwah Paman Davian gentayangan sampai sekarang jika bukan karena rasa cintanya pada ibuku? Plak! Meski kuat, aku tidak begitu merasakan sakit atas pukulan paman. Sakit yang kurasa tentu hanya dari luka yang didapatkan oleh Devan. “Kau ini bicara sembarangan! Mana ada hal yang seperti itu di dunia ini!?” sang
Baca selengkapnya
Part 137. Keinginan Damai
“Bukankah kau sudah melangkah sejauh ini? Aku yakin kau bisa melakukannya bersama Davian. Aku juga percaya untuk kali ini kau bisa melakukannya dengan baik,” tambah paman. Dia tersenyum, dengan senyuman yang belum pernah kulihat selama ini. “Lakukan, Dev! Kalian pasti bisa!” perintah paman. Jantungku berdegu kencang, seolah ada sesuatu yang menekannya, dan tubuh serta bibirku kelu untuk berucap. “Dav, kuserahkan untuk selanjutnya padamu.” Suara Devan lirih seperti dia sedang berbisik. Aku tertegun. Bayangan pertempuran di depan sana terasa sangat jelas. Seperti aku bisa melihatnya secara langsung tanpa perantara apa pun. Sepertinya, ucapan mereka sama sekali tidak main-main. Di detik berikutnya, aku merasakan tubuhku memanas, dengan kesadaran yang mulai perlahan menghilang. Padahal, aku sudah berusaha untuk menahannya mati-matian. Kepalaku terasa memberat, dan tubuhku lemas. Namun, ada
Baca selengkapnya
138. Suara
Sayang sekali. Ada banyak hal yang membuatku harus mengeluarkan tenaga lebih banyak, yakni ada banyak yang menungguku di depan. Vampire gila! Apa mereka tidak tahu aku harus segera mnyelamatkan ibuku, atau aku akan kehilangannya? Dengan jantung berdegup kencang, aku berusaha untuk menyingkirkan mereka. Tentu dengan taring dan cakar yang dimiliki Devan. “Dev, aku berhutang banyak pada tubuhku,” ucapku pada Devan. Cakaran demi cakaran aku kerahkan untuk menyingkirkan tubuh dingin nan gesit dari mereka. Beberapa ada yang tersungkur dan diam. Mungkin sedang mengumpulkan tenaga, atau menyembuhkan luka dari hasil perbuatanku. Kalau saja tidak banyak yang harus kusingkirkan, aku tak akan sungkan untuk menghabisinya langsung. Di saat seperti ini, di mana ayah berada? Daphne sudah tidak berdaya, dan sekarang giliran ibuku. Awas saja kalau sampai aku kehilangan mereka—atau salah satunya saja. Aku berjanji untuk t
Baca selengkapnya
139. Rasa Sakit
Begitu mengetahui siapa yang mengatakan hal itu, jantungku terasa berdegup semakin kencang saja. Napas yang memburu juga seolah mengatakan, dia orang yang tak boleh berada di depanku. Atau, aku akan kehilangan jati diri, lalu beralih pada musnahnya aku. “Kau anak kemarin sore yang tak seharusnya mengambil tempatku, Delta! Yang harus memiliki kewenangan untuk mengatur para werewolf bukan kamu atau ibumu, melainkan aku.” Aku mendecih sinis. Kudekap tubuh ibu yang sudah melemas dengan kedua tangan terkulai. Omong kosong apa yang dia katakan? Werewolf cacat yang di setiap katanya terdengar begitu arogan, seolah raja yang menguasai segalanya itu dia. Selama aku mengingat, belum pernah ada orang searogan dia. Bahkan jika itu Alpha yang pernah membuatku celaka. “Kau hanya werewolf jelek, tua, dan bau. Ah, jangan lupakan juga tubuhmu yang cacat itu! Mana mungkin kau cocok untuk memimpin para serigala yang lebih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status